Pages

Minggu, 29 Juli 2012

Dalam Hati Kita Ada Rohingya

Kisah ini sudah terjadi berulangkali
selalu harus ada nyawa yang melayang dari mereka
yang terseret dalam pusaran konflik tiada ujung


Api berkobar dimana-mana
para penyerbu itu bagaikan serigala kelaparan
Ironisnya ada yang berjubah kuning keemasan


Tanda tanya bertebaran
mengapa harus ada orang berjubah agama
melakukan penyerangan, pembakaran,
juga pembantaian
dalam hitungan, detik, menit, jam, dan hari
membabi buta


air mata terburai-burai


Pilu menyesap


Haruskah semua terkecapi konflik kala si minoritas
melakukan harga diri iman
lalu ditaburi bumbu-bumbu untuk penyedap kehancuran itu


Inilah yang terjadi pada sebuah negeri bernama Myanmar
yang ribuan jauh kilometernya bercerai dari mata dan tubuh kita
lalu kita sibuk hanyut pada diri sendiri dan merasa tiada peduli


Di sanalah rasa takut dan kikuk membelenggu si mayoritas warga dalam impian menuju demokrasi


Suu Kyi terdiam


Tiada welas Asih


Rohingya dibiarkan terpojok
untuk musnah


Gugah hati untuk membantu
demi ukhuwah islamiyah
disertai keinginan berjihad
agar kejadian di Spanyol dan Bosnia tak terulang


Meski hanya dalam puisi tak puitis ini


Dalam hati kita ada Rohingya


Dan Dia bersama dengan yang teraniaya



Sabtu, 28 Juli 2012

Pada Mural ia Bercerita

Mentari merambat bersinar membelenggu sebagian fondasi yang tertanam kokoh
pada tanah yang terarsir rapi menjadi semen
Pada mukanya terlukis sebuah cerita yang menjadi sebuah lintasan karena hanya sekejap dan selibatan mata melihat
Ya ini bukan cerita biasa bagi mereka yang ingin memperhatikannya lalu melihatnya dan mungkin akan tersentuh
Ini juga bukan cerita bagi mereka yang terbiasa mengetik 140 karakter pada Twitter atau menulis status-status aneh nan galau pada Facebook
Ini adalah cerita tentang dirinya yang tertangkap lalu terpancar pada mural-mural yang bagaikan oase seni di tengah angkuh sengkarut gedung-gedung tinggi
Cerita untuk mereka yang peduli lalu bersimpati sebab pada mural itu ia bercerita tentang kehidupan
Marjinal yang melenguh sengsara

Rabu, 25 Juli 2012

Pada Secarik Kertas

Pada secarik kertas aku memegang
menyentuhnya perlahan lalu merasakan kelembutan polos seperti kata locke: tabula rasa

Pada secarik kertas aku memandangnya
mengarahkan pada otakku untuk berpikir
karena ku mau menuangkan apa yang kumau
mungkin itu tulisan atau gambar

Pada secarik kertas kusiapkan kedua tanganku
angkringansepur.blogspot.com
memegang pensil dan kuas
menggores dan melukis
membentuk kata-kata dan visual
melalui dorongan imajinasi
alami
tanpa harus kupaksakan

Pada secarik kertas aku lihat kembali
kini si tabula rasa sudahlah nampak
goresan dan coretan telah mewujud
merangkai menyatu
inilah karyaku


Selasa, 17 Juli 2012

Di Belakang TMP Kalibata

Asap rokok menari-nari
lalu membentuk siluet yang memekat muka
keriangan tercipta lewat lisan-lisan yang menggema
seperti sebuah kehidupan terang-benderang
meski hanya dalam sebuah tautan kecil
 
Aku hanya bersandar di tembok
menyaksikan semacam pertunjukkan kehidupan ini
tiada beban dalam gurat raut wajah-wajah itu
meski esok berpikir lagi apa bisa seperti ini
menjaring sesuatu demi mengisi perut
tetapi kontras dengan di belakang mereka
ketika jasad para pahlawan terbaring tenang
lalu hanya ditemani kegelapan, kesunyian, dan kebisuan

Enam Tahun Lalu di Anyer

Masih terngiang olehku saat dahulu kita
bersama-sama pergi ke Anyer
dalam waktuku pada enam tahun lalu
saat liburan panjang kuliah
tertawa-tawa dalam perjalanan
mencoba lari dari kegalauan
dan kegelisahan
tentang pekerjaan
tentang cinta

Sambil senandungkan lagu-lagu Sheila on 7
juga Ada Band
bermain-main di tenangnya pasir Anyer
bergembira di atas karang-karang
lalu menyapa anjing di malam hari
dan terlewatkanlah Piala Dunia
lampu pun mati
ditemani sebatang lilin memetik gitar
mendengar deburan ombak malam
melihat anak-anak pencari udang
dan dia datang
aku risi
sayang aku tak menyapanya
hingga menghilang di Jakarta

Minggu, 15 Juli 2012

Ku Tunggu Dirimu di Harmoni

Jam menunjukkan pukul sembilan tepat di pagi hari
tertera pada jam digital di handphone
Aku berdiri di Harmoni
diterpa sinar mentari pagi yang perlahan-lahan menyelekit
Dalam derasan kendaraan dari dua arah yang terpisah oleh kanal di tengah
lalu bercampur rupa-rupa kolonial dalam tampilan gedung-gedung di tepian 
sedikit bernostalgia
berlari dari kenyataan sekarang yang tidak memihak
kerumunan menyemut di shelter busway
menyanyikan akhir pekan yang hanya bersifat sehari


Dan kutunggu dirimu di Harmoni
di kawasan yang pernah kau ceritakan dengan bangga kepadaku
yang selalu kau mengingatnya sampai bersambung di Monas
Tapi nyatanya ketika waktu berjalan dan berganti
kau malah tak datang
harapanku luruh dalam jebakan warna-warni tak karuan
tergerus kesibukan tiada ampun
dan semua kebanggaan yang kau ceritakan itu sirna

Kamis, 12 Juli 2012

Malaikat dan Iblis

Dia datang membawa dendam
segenap rasa yang membara di dalam dirinya
mencari manusia yang telah mencoba merendahkannya
di depan yang menciptakan

Wajahnya yang dahulu elok rupawan kini telah berubah menjadi wajah sengsara
Menautkan kepedihan dan juga ketidakrelaan
Turun dari surga
mencoba menyesatkan mereka yang disebut kafilah bumi
untuk menemaninya surga tempatnya sendiri

alchoier.blogspot.com


Namun itu bukanlah hal mudah jikalau ia terhalangi
oleh manusia-manusia yang teguh beriman
dan selalu ada malaikat yang membisiki adanya kejahatan
padahal ia sendiri dahulu adalah malaikat

Bertarunglah kebaikan dan kejahatan
dan malaikat dan iblis adalah simbolnya
sebuah peringatan bagi manusia-manusia yang ingin mengikuti jalan-jalan di depan menuju kenikmatan atau kesengsaraan

Sampai akhir zaman

Rabu, 11 Juli 2012

Lancang-lelaku

Melancang lelaku sang arjuna
menguak ke dalam paras bercantik
menyuguhkan propaganda bersangkil-mangkus
yang luruh ke dalam pangkuan fana
sulisgingsul-lisal.blogspot.com
menebas rasa yang berparau-parau
menggelontorkan peluru-peluru penukil jiwa
dan tertanamlah tembusan dalam apa yang disebut peraduan

melancang lelaku sang arjuna
bersandiwara lepas di depan sang srikandi
atas nama yang dikasihsayangkan
merobek semua kemurnian

Senin, 09 Juli 2012

Tentang Kematian

Mari bicara kematian dan jangan katakan ini untuk menakut-nakuti
Pada dasarnya kematian pasti datang
menjemput tanpa diketahui
lalu membuat terkejut dan meratap

Kematian bukanlah akhir dari segalanya
ia hanyalah sebuah fase menuju ke kehidupan yang abadi
yang akan selalu ada dalam hati mereka yang menyatakan bahwa kematian itu nikmat

Kematian bukanlah juga pelarian
bagi tiap pengecut yang sudah putus asa akan keadaan
dan menginginkan dunia baru yang begitu nikmat
namun dirasa menyedihkan

Kematian hanyalah sebuah momentum peringatan 
bahwa kita hanyalah makhluk fana tak berdaya
yang seringkali terbuai surga-surga dunia
tetapi surga yang sebenarnya tak dibuai dan dirindukan

Itulah kematian
Dia sudah mengaturnya
karena yang bernyawa pasti akan melepas jiwa dan raga

Minggu, 08 Juli 2012

Renungan Semalam

chillinaris.blogspot.com


Terduduk ia pada tanah tak beralas
                                     
               lalu menerawang pada gelap yang membentang


seperti melihat perisai waktu nan menjelang
             
         dua bola mata menatap pada gelap di atas


tetapi yang terpikir adalah rerangkai berlaku 


                 seperti masih ada ganjalan dalam naluri


 ternukil gangguan


hilang menjadi keinginan absolut
melalui apa yang namanya perubahan


                         dan itu haruslah dijalankan


       Tuhan pun merestui


  jikalau hambaNya nampak merubah diri

Sabtu, 07 Juli 2012

Sejakkala

Sejakkala aku tahu terlampau terlintang
sesilang rasa yang tertumbuk pada sampiran keraguan
serupa wicara yang terterjang ombak ketidakpastian
dan keteguhan yang tertanam sirna

Sejakkala aku tahu ada yang terhidang
namun dalam kamuflase yang menyanyikan
nada-nada lembut memabukkan
lalu mengalun kekisahan yang tertancap
dalam ribuan tahun terlampaui
saat matahari selingkuhi bulan

Sejakkala aku tahu ini hanyalah kebelakaan yang manis
terjerat pada jejaring keraguan
lalu bersenandung dalam kelengahan hati
dan melenguh ketika semua berakhir

Jumat, 06 Juli 2012

Ego


Kemarin Ego bertandang ke rumahku. Menanyakan kembali apakah aku mau atau tidak. Dan sudah sepersekian kali aku ditanya bahkan diberikan ombak-ombak tanya seperti itu. Aku bilang tidak. Aku tidak mau karena aku tidak suka. Lagipula aku belum mengenal siapa Ego itu. Aku hanya mengenalnya sebentar.
rampak-naong.blogspot.com

Itu terjadi ketika aku sedang berjalan dalam ruang gelap gulita. Tanpa sekalipun aku membawa penerangan. Telepon genggamku yang dilengkapi senter itu saja tak bisa kuandalkan. Baterainya sedang tertidur. Jelas saja dalam keadaan demikian aku malah harus pelan-pelan dan meraba-raba. Kalau sudah begini aku jadi ingat ucapan mantan dosenku sewaktu kuliah dulu. Dia mengatakan, “Cinta itu buta karena bisa diraba-raba,”. Jelas aku geli dan tertawa tetapi itu ada benarnya juga. Hanya masalahnya, siapa yang aku raba-raba dalam gelap seperti ini. Baiklah kalau itu cinta. Tetapi, kalau dusta.
Dalam keadaan seperti kakek tua-renta yang harus berjalan dituntun, tiba-tiba saja ada yang memegang tanganku. Tentu saja dan jelas aku terkejut. Sebuah sinar lalu tersorot pada sebuah wajah. Kembali aku terkejut dan berteriak. Tetapi, buru-buru ia menghentikannya,
“Tenang, saya manusia kok bukan setan,” ujarnya pelan disertai senyum menunjukkan gigi.
Sekilas aku melihat wajahnya mirip denganku. Apa mungkin karena pengaruh gelap?
Ia lalu menuntun diriku keluar dari gelap itu menuju ke sebuah jalan terang,
“Oke, sampai di sini dulu saya anterin kamu,” ujarnya kemudian dengan dirinya yang masih berada di wilayah yang gelap.
“Makasih,” jawabku kemudian segera bertanya, “Siapa namanya?”
“Ego!” jawabnya dan seketika itu juga ia menghilang dalam gelap. Aku lalu merasa orang ini agak misterius tetapi aku tak mau memikirkan terlalu lama. Toh, aku harus bergegas pulang.
Semenjak itu, ketika aku tersesat dalam gelap, Ego selalu muncul untuk menolongku. Aku pun jadi heran juga. Ia menolongku ini entah karena memang ingin atau karena ada maksud. Lagipula tiap kali menolong selalu ia berada di ruang yang gelap ketika jalan terang sudah di depan mata lalu menghilang.
Maka, ketika kamar tidurku kugelapkan, dalam lowong waktu itu aku tak sengaja berpikir tentang Ego. Wajah, suara, dan gerak-geriknya terlihat mirip denganku. Tetapi, aku hanya melihatnya sekilas. Hm...apakah ia kembaranku? Tetapi, sejak kapan aku punya saudara kembar. Aku hanya anak tunggal. Apa mungkin ia diriku dari dunia paralel? Dunia yang orang-orangnya sama dengan diri kita namun nasibnya beda. Ah, tak mungkin. Mana ada seperti itu. Itu hanya di film-film. Ketika berpikir itu lambat-laun aku terlarut dalam mimpi.
Di dalam mimpi aku melihat sesosok lelaki yang sama denganku. Ia datang kepadaku sambil memperkenalkan dirinya, “Ego,”. Pakaiannya, kulihat sama dengan diriku. Saat itu aku berada di tempat tidur dan aku bertanya-tanya, apakah aku sedang bermimpi atau tidak sama sekali.
“Jangan kaget, kawan,” katanya, “Kenapa harus melihatku dengan tatapan curiga seperti itu?”
“Aku tidak curiga,” jawabku membela diri, “Aku hanya terkejut,”
Ia lalu melihatku lalu mendekatiku,
“Kita ini saudara, kawan,” ujarnya kemudian duduk di depanku.
“Saudara apa?” tanyaku heran.
“Saudara dalam diri,” jawabnya.
“Maksudnya?” aku malah tambah heran namun seketika itu juga ia malah menghilang dan aku tiba-tiba terbangun. Sadar aku, tadi itu mimpi. Mimpi yang aneh dan benar-benar aneh. Jam kulihat menunjukkan pukul 7 pagi. Alamak! Cepat sekali! Padahal, aku baru tidur sebentar. Tetapi, tiada waktu. Aku harus bergegas untuk mencari nafkah meski baru untuk diriku sendiri.
Saat hendak menyalakan mobil, tiba-tiba ada yang mendekatiku lagi. Ia lelaki berkumis tipis tetapi aku melihatnya ia seperti diriku dan berpakaian juga seperti diriku. Kemeja pendek dengan celana bahan. Ia lalu memperkenalkan dirinya, “Ego!”
Aku terdiam.
“Apa ada yang aneh?” tanyanya.
“Iya,” jawabku.
“Kau jangan anggap aku ini aneh,” ujarnya lalu menaiki mobilku. Saat itu aku tersadar,
“Heh, mau apa kau di dalam mobilku?” tanyaku merasa seperti terganggu.
“Kau mau kerja kan?” tanyanya.
“Iya,” jawabku ketus.
“Ya aku juga,” jawabnya santai melihat diriku yang memang terganggu kehadiran dirinya.
“Lalu?” tanyaku yang sepertinya dia akan bisa menjawab.
“Aku menumpang,” jawabnya.
“Baiklah,” kataku yang sadar buat apa harus berdebat dengan orang seperti ini. Lagipula, aku hendak telat.
“Sebut saja alamat kantormu dimana nanti,” kataku sambil mengendarai mobil.
“Oke,” jawabnya santai. Ia lalu menyebut alamat kantornya yang katanya berada di Kuningan dekat dengan SMA 3. Namun, saat ke sana lalu mempersilakan ia turun, aku terkejut dia tidak ada. Hah? Kemanakah ini orang? Bukankah tadi baru saja ia menuntunku untuk memberi tahu jalannya? Aku tengok ke belakang. Ia juga tidak ada. Sampai akhirnya, satpam di kantor itu menanyaiku,
“Maaf, mas mau cari siapa?” tanyanya.
“Eh, nggak, Pak,” jawabku, “Tadi saya sama teman saya tapi tiba-tiba aja menghilang,”
“Boleh tahu siapa nama teman mas?”
“Ego,”
Si satpam lalu diam dan berpikir kemudian berkata,
“Wah, nggak ada mas yang namanya Ego. Mas, salah alamat kali,”
“Iya ya,” kataku seperti orang bodoh,” Saya salah alamat. Makasih,”
Aku lalu menyetir mobilku kembali. Jujur, orang seperti apakah itu. Tiba-tiba muncul kemudian menghilang. Benar-benar seperti iblis,
“Harusnya kau jangan terkejut dengan diriku,” tiba-tiba saja ada suara di sampingku. Aku merasa mengenal suara itu. Namun saat menoleh malah tidak ada. Ah, sepertinya hanya perasaanku saja.
Karena kejadian itu, aku jadi telat ke kantor. Tapi, tidak telat rapat karena toh rapatnya juga molor dan aku masih mempersiapkan segala sesuatunya untuk presentasi nanti. Ya, untunglah itu lancar. Sampai aku kemudian pulang dan merasakan bahwa aku akan tidur nyenyak.
Namun, rupa-rupanya aku tertipu. Bukan nyenyak yang kudapat tetapi gangguan. Aku bertemu kembali dengan orang yang mirip denganku. Kali ini ia berpakaian berbeda denganku. Ia berpakaian seperti tukang bangunan dan memegang gergaji dan yang digergaji adalah tempat tidurku. Aku terkejut lalu berteriak,
“Hei, mau diapakan!” tanyaku.
“Oh, kau,” tanyanya menoleh padaku, “Mari kita kenalan dulu,”
“Tanpa harus mengenal aku sudah tahu siapa namamu. Kau Ego bukan?” tanyaku
“Betul,” ia lalu menggergaji lagi.
“Tolong jangan rusak tempat tidurku,” kataku setengah memohon setengah mengancam.
“Siapalah hendak merusak? Aku hanya membetulkan,”
“Apa pun itu jangan dan pergilah!”
“Baik, aku pergi,”
Ia tiba-tiba menghilang seperti dihempas angin. Ketika itu aku tersadar lagi dari tidurku dan tiba-tiba mendapati ada yang oleng. Saat kusadari ternyata, tempat tidurku rusak. Aneh? Kenapa bisa begini. Padahal, kemarin baik-baik saja. Lagipula aku tak pernah macam-macam dengan tempat tidurku. Sekejap, aku teringat mimpi tadi dan apa ada hubungannya? Aku benar-benar tidak tahu.
Jujur, aku tiada waktu lagi karena jam kembali menunjukkan pukul 7 pagi. Aku harus bergegas kembali. Lalu berharap semua berjalan lancar karena toh juga besok akhir pekan. Aku mau menyantai.
Saat esoknya, tiba-tiba ada yang mengunjungiku dan saat kulihat ternyata dia-dia lagi. Jujur, aku muak kenapa harus dia-dia lagi. Tetapi, mau bagaimana lagi. Aku persilakan masuk.
“Tolong jangan perkenalkan nama sebab aku sudah tahun siapa namamu,”
“Baiklah,”
“Oke, ke sini mau apa?”
Ia lalu diam lalu menatap diriku lalu berkata singkat,
“Mengajakmu,”
Aku yang mendengar lalu bertanya,
“Apa?”
“Mengajakmu,” ulangnya lagi.
“Mau mengajak apa?” tanyaku, “MLM atau bisnis investasi?”
“Mengajakmu masuk ke dalam diri yang sama,”
Aku yang diberi jawaban seperti itu jelas heran dan bertanya-tanya,
“Maksudnya apa?” tanyaku kemudian mengancam, “Jangan lo buat gue kebingungan atau nanti gue usir lo dari sini!”
“Eh, santai, kawan,” ujarnya menenangkanku, “Jangan pakai urat. Kita ini kan saudara dalam diri, kawan,”
“Saudara dalam diri apa? Sekali lagi jangan bingungin gue!”
“Kita ini satu, kawan. Saya ini bagian dari diri kamu dan kamu juga bagian dari diri saya. Kita nggak boleh berpisah,”
Aku tertawa,
“Macam orang berpacaran saja kau,”
“Apa yang saya katakan benar, kawan. Kita itu satu. Apa kau tak menyadari bahwa saya selalu ada dalam diri kamu dan menyertai kamu ketika kamu ada dimana pun. Begitu juga kamu,”
“Maaf, gue nggak pernah kok namanya menyertai. Yang gue tau menyertai bos gue,”
“Jadi, kamu merasa tak memiliki ego sama sekali,”
“Ego?” tanyaku heran, “Maksudmu memiliki dirimu? Hahaha...saya masih normal!”
“Kamu manusia atau bukan sih tidak merasa memiliki ego?”
Aku terdiam.
“Baiklah, sampai di sini dulu,” ujarnya menatap tajam padaku, “Nanti saya ke sini lagi. Ingat kita tidak bisa terpisah,”
Tiba-tiba saja ia menghilang seperti angin mendesir dan aku, jujur, merasa aneh. Siapalah tadi yang kujumpa? Manusia atau setankah? Berkata-kata yang menurutku aku tidak mengerti dan sama sekali tidak mengerti. Ah, tapi sudahlah buat apa aku pikirkan.
Namun, esoknya, lusanya, dan seterusnya ia datang kembali. Mengajakku untuk ikut. Jujur aku tidak mau. Aku tidak mengerti. Aku tidak paham. Tetapi, Ego selalu berkata bahwa ia ada di dalam diriku. Dan aku ada dalam dirinya. Sayang, aku tidak merasakannya.

Kamis, 05 Juli 2012

Wuzzz....

Wuzzzz....
  melambai-lambai....
wuzzzz....
   terbang....
Wuzzzz....
  berkibar-kibar
Wuzzzz.....
   berjatuhan........
Wuzzzz...
           Wuzzzzzzzzzz....
                               Wuzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz.....................
                  

Selasa, 03 Juli 2012

Awan-awan

Kau cerita padaku suatu waktu
sambil menunjuk pada awan-awan di atas sana
Ingin sekali ke sana
lalu tinggal di atasnya
Aku pun jadi teringat Negeri di atas Awannya Katon Bagaskara
Kutanya padamu kenapa
kau cuma bilang: kedamaian
Kedamaian apa, tanyaku lagi
dan kau cuma menjawab, kedamaian
Memangnya di bumi tidak damai, tanyaku kembali
tidak, jawabmu singkat

Waktu berlalu dan aku ingat akan hal tersebut,
Hendak kutanya lagi pada dirimu,
Kau masih ingin ke sana
iya, jawabnya,
kenapa, tanyaku
kedamaian, jawabmu lagi-lagi singkat
kedamaian apa, tanyaku lagi heran dengan dirimu
kedamaian, lagi-lagi kau hanya menjawab singkat
aku pun heran
Tak sadarkah awan-awan di atas sana sudah berubah
sama seperti di bumi
masih juga kau ingin ke sana
masih, jawabmu singkat
kenapa, aku tanya sekali lagi
kedamaian, lagi-lagi itu jawabmu

Angin bersemilir menyentuh ragaku
saat aku ingat itu lagi
pada awan-awan yang kupandang 
aku jadi tetap teringat padamu
percakapan kita di waktu lampau
kedamaianlah keinginanmu
nyatanya kau sudah mendapatkannya
saat jiwa akhirnya lepas dari ragamu
saat tak sengaja ku melihat kau persilahkan kereta api mencium tubuhmu
 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran