Pages

Selasa, 15 Juli 2014

Kereta Api Supercepat Indonesia: Antara Impian dan Harapan

Perlunya Kereta Api Supercepat Jakarta-Surabaya
Jakarta dan Surabaya merupakan dua kota terbesar di Indonesia. Yang satunya ibu kota Indonesia. Satunya lagi ibu kota Provinsi Jawa Timur. Antara keduanya terbentang jarak 784 kilometer. Tentu itu merupakan jarak terjauh antara kedua kota yang berada di Pulau Jawa itu. Kedua kota ini merupakan pusat bisnis untuk Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Selain itu juga pusat pemerintahan, pendidikan, hiburan, dan perdagangan. Oleh karena keduanya memegang peranan penting, tentu dibutuhkan akses antara keduanya dalam bersimbiosis mutualisme. Akses itu jelas berupa transportasi. Jakarta dan Surabaya bisa dilalui melalui banyak akses transportasi. Bisa melalui darat, laut, dan udara. Di darat melalui jalan darat berupa jalan tol, jalan provinsi, atau jalur rel kereta api. Di laut melalui Laut Jawa dengan kapal-kapal laut besar atau kecil, dan di udara dengan pesawat terbang.
http://1.bp.blogspot.com/-5B9OcmeCCdo/TkDT9Jyy7UI/AAAAAAAAAEI/WRDgisCHcF0/s1600/argo.jpg
http://1.bp.blogspot.com


Jarak kedua kota yang cukup jauh tentu mempengaruhi aksesibilitas transportasi yang digunakan. Melalui kendaraan roda dua atau empat tentu membutuhkan waktu 2-3 hari. Dengan kereta api 1-2 hari dengan hitungan 10 jam. Kapal laut bisa 3 hari. Sedangkan pesawat terbang hanya 2-3 jam. Bila melihat aksesibilitas dan hitungan waktu tempuh, kebanyakan akan memilih pesawat terbang. Disusul kereta api. Wajar jika di beberapa momen seperti mudik Lebaran atau liburan dan kepentingan berbisnis, kedua moda transportasi ini selalu menjadi andalan mereka yang menginginkan kecepatan dan juga ketepatan.

Kenyataannya, meskipun menjadi transportasi primadona nomor wahid, terdapat beberapa kelemahan transportasi udara di Indonesia. Jadwal penerbangan yang delay atau ditunda, pencurian barang di bagasi, pajak bandara, akses ke bandara yang terhitung lama karena macet, serta maskapai abal-abal menjadi kelemahan-kelemahan yang kerap ditemukan dalam dunia penerbangan Indonesia. Kelemahan-kelemahan itu, mau tidak mau, membuat beberapa orang mengalihkan perhatian ke kereta api. Meskipun lama, di kereta api diberikan kenyamanan dan keamanan seperti di pesawat terbang. Belum lagi tarif kereta api yang cukup terjangkau. Dalam beberapa tahun terakhir, kereta api telah menjadi pilihan alternatif terbesar selain pesawat terbang untuk ukuran transportasi umum tercepat. Hal itu dikarenakan perubahan besar-besaran di dalam tubuh kereta api Indonesia yang dikomandoi Ignatius Jonan. Di tangannya, semua kereta api dari berbagai kelas didandani rapi dengan diberi AC. Beberapa tiket dipatok dengan tarif murah dan terjangkau. Beberapa jalur yang mati dihidupkan kembali dan pemesanan tiket bisa melalui online dan di agen-agen atau incovenience store yang dipercaya operator kereta api Indonesia, PT KA. Hal itu membuat kereta api seperti hidup kembali dari mati suri yang mendera sampai 2008.

Namun, tetap saja kereta api masih dianggap lama bergeraknya jika dilihat dari waktu tempuh. Jarak Jakarta-Surabaya yang ditempuh sampai 10 jam dan bahkan bisa molor karena kendala di tengah perjalanan seperti jalur rel yang terkadang hanya tunggal dan harus menunggu antrean membuat kereta api tetap tidak praktis. Beberapa armada kereta Jakarta-Surabaya, bahkan untuk kelas eksekutif seperti KA Argo Bromo Anggrek hanya berkecepatan 70 sampai dengan 125 km/jam.
http://3.bp.blogspot.com/-bNEZmaGHonE/TiYyCMIbAvI/AAAAAAAAAQ4/sWHAD1LXFiA/s1600/281660_2143367901230_1157208611_32403063_6884205_n.jpg
http://3.bp.blogspot.com


Melihat kenyataan itu, pihak pemerintah, dalam hal ini, Kementerian Perhubungan merasa perlu membangun sebuah moda transportasi supercepat berbasis rel, yaitu kereta api supercepat untuk menghubungkan kedua kota tersebut. Pembangunan kereta api supercepat ini juga didasari kenyataan bahwa Jakarta dan Surabaya merupakan pundi-pundi ekonomi Indonesia sehingga dengan adanya percepatan jarak tempuh dari 10 jam ke 3 jam akan menambah gairah para pebisnis itu sendiri ketika hendak berinvestasi. Selain itu, keberadaan kereta supercepat ini akan meningkatkan mobilitas manusia kedua kota, baik untuk berwisata atau kegiatan lainnya. Proyek kereta supercepat Indonesia yang dinamai Argo Cahaya itu dimunculkan pada 2012 dengan kecepatan mencapai 300 km per jam. Kereta ini akan mengambil bentuk shinkansen, kereta api supercepat Jepang. Karena itu, untuk pembiayaan dan pembangunan infrastruktur serta pengerahan tenaga ahli dikerahkan dari Jepang yang dinilai ahli dalam kereta supercepat.
Sempat hilang, proyek kereta supercepat ini muncul kembali pada 2014. Rute yang tadinya hanya Jakarta-Surabaya ditambah mengarah ke Bandung meskipun dinilai tidak layak. Biayanya pun mencapai Rp 150-200 trilyun. Sebuah biaya yang cukup fantastis mengingat membangun kereta supercepat perlu trek khusus berupa rel lurus dan kelokan yang tidak terlalu menikung serta tanjakan yang tidak terlalu menanjak. Bila keadaan rel tidak seperti yang dipersyaratkan, dikhawatirkan akan mengganggu perjalanan kereta api. Biaya yang sedemikian mahal pada akhirnya juga mengundang kepesimisan dari berbagai pihak dan juga membuat kesimpulan bahwa Indonesia tidak memerlukan kereta api supercepat sekalipun. Hal itulah yang diungkapkan Ignatius Jonan, CEO PT KA. Ia menginginkan adanya pemerataan infrastruktur di luar Jawa. Belum lagi adanya kekhawatiran bahwa keberadaan kereta akan mematikan pesawat terbang meskipun tiket kereta dipatok lebih mahal, sekitar Rp 500.000. Namun ada juga yang menginginkan proyek kereta api supercepat ini segera direalisasikan supaya bisa dinikmati 6 tahun mendatang. Selain bisa menghubungkan kedua kota dalam hitungan jam, transportasi ini juga bisa mengurangi kemacetan yang kerap terjadi, terutama di Tol Pantura. Bahkan, Dahlan Iskan, Menteri BUMN menginginkan proyek kereta api supercepat ini dibangun beriringan dengan proyek Jalan Tol Laut Pantura.


Kereta Api Supercepat dan Sejarahnya
Kereta api supercepat atau high speed train memang masih merupakan barang baru di Indonesia sebab kehadirannya akan dianggap serba 'wah'. Namun di beberapa negara seperti Jepang, Prancis, dan Cina keberadaan kereta api jenis sudah menjadi sesuatu yang biasa dan dirasakan perlu. Beberapa kota seperti Tokyo, Paris, dan Beijing bisa terhubung dengan kota-kota lainnya hanya dalam hitungan jam. Bukan hanya dengan kota di dalam negeri melainkan juga di luar negeri. Itulah yang terjadi di Eropa.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/90/Shinkansen_Series0_R67_JNRcolor.jpg
http://upload.wikimedia.org
Jepang merupakan negeri pelopor pertama kereta api supercepat. Pada 1964, dengan Shinkansen, Jepang berhasil menghubungkan Tokyo dengan Osaka dalam waktu hanya 3 jam dengan kecepatan 250 km per jam. Shinkansen, yang berarti jalur lurus baru, dan sebenarnya bukan mengacu pada nama kereta, dihadirkan untuk menjawab keresahan Pemerintah Jepang terhadap kepadatan di jalan raya dan jalur rel kereta api pasca Perang Dunia ke-2. Sukses Jepang itu kemudian diikuti Prancis yang menghadirkan TGV pada era 80-an dengan kecepatan mencapai 300 km per jam menghubungkan Paris dan Lyon. TGV pun kemudian dijadikan patokan bagi berbagai kereta api cepat di Eropa sejak itu. Keberhasilan Prancis itu kemudian ditiru beberapa negara Eropa lain seperti Spanyol, Jerman, dan Italia. Bahkan Italia pun memperkenalkan teknologi “tilt” yang memungkinkan kereta api supercepat bisa bergerak di rel konvensional sekalipun tanpa harus memakai rel khusus seperti di Jepang. Teknologi tilt ini kemudian juga dipakai di seberang Eropa, tepatnya di Amerika Serikat yang mempunyai kereta api supercepat bernama Acela Express dan menghubungkan Washington-Boston.
wikipedia.org

http://www.railway-technology.com/projects/amtrak/images/11-acela-express.jpg
railway-technology.com
Kereta api supercepat adalah moda transportasi darat yang bergerak sangat cepat dari transportasi rel konvensional dengan menggunakan kereta khusus dan melaju di atas rel yang juga khusus. Tentang kecepatan, Uni Eropa menyatakan mencapai 200 km untuk kecepatan minimum dan maksimum di atasnya. Mengenai standar kecepatan yang demikian, International Union of Railways agak berbeda. Bahwa tak semua bisa digolongkan kereta api supercepat meskipun mempunyai kecepatan 200 km. Inilah yang terjadi pada kereta api antar-kota di Eropa seperti IC (Jerman) dan Intercite (Prancis). Organisasi kereta api sedunia ini menganggap keduanya termasuk kereta api konvensional.

Kereta api supercepat adalah moda transportasi darat berbasis rel yang menggabungkan antara teknologi motor dengan pesawat terbang. Kereta ini digerakkan oleh tenaga listrik melalui pantograf yang terpasang di badan atas kereta. Jepang memang dianggap sebagai pionir kereta api supercepat namun dalam sejarah yang sebenarnya Jermanlah yang memulai memperkenalkan dan mengembangkan tipe kereta jenis itu. Ini terjadi pada 1899 ketika perusahaan kereta negara Prussia mengembangkan dan mengelektrifikasi jalur kereta sejauh 72 kilometer antara Marienfelde dan Zossen. Kereta yang digunakan ialah buatan Siemens-Halske. Pada 15 Mei 1933, Deustche Reisbahn-Gessellschaft memperkenalkan Fliegender-Hamburger yang menghubungkan Hamburg dan Berlin dengan kecepatan mencapai 160 km per jam. Itu berarti, Jepang hanya memperbaharui atau berinovasi dalam teknologi kereta supercepat yang kemudian melahirkan kebangkitan kembali kereta supercepat di Eropa. Pasca Perang Dunia ke-2, Jepang dan Eropa memang fokus pada pengembangan dan pembangunan transportasi berbasis rel, terutama kereta api supercepat. Ini agak berbeda dengan Amerika Serikat yang lebih mengutamakan pembangunan jalan tol sehingga pembangunan dan pengembangan kereta api supercepat di Amerika terbilang lambat.

Berdasarkan persebarannya, hanya sedikit negara di dunia yang mempunyai kereta api supercepat. Kebanyakan berada di Eropa. Sebagian di Asia Timur seperti Jepang, Taiwan, Cina, dan Korea Selatan. Negara-negara yang mempunyai kereta api supercepat ialah:
  1. Amerika Serikat
  2. Uzbekistan
  3. Portugal
  4. Spanyol
  5. Prancis
  6. Inggris
  7. Italia
  8. Jerman
  9. Belanda
  10. Belgia
  11. Rusia
  12. Finlandia
  13. Republik Ceska
  14. Finlandia
  15. Swedia
  16. Norwegia
  17. Turki
  18. Swiss
  19. Polandia
  20. Cina
  21. Taiwan
  22. Korea Selatan
  23. Jepang
  24. Denmark
  25. Austria
Dari 25 negara itu, beberapa di antaranya merupakan kereta supercepat lintas negara seperti Prancis, Inggris, dan Belgia yang mempunyai Eurostar, Jerman-Austria (ICE T), Jerman-Denmark (ICE TD), Austria-Republik Ceska (Railjet), Finlandia-Rusia (Sm6), Prancis-Belgia-Jerman-Belanda (Thalys), Italia-Swiss (ETR 470 dan 610), dan Belanda-Belgia (V250). Dari kesemua kereta supercepat itu, Prancis bisa berbangga karena mempunyai kereta supercepat yang rekor kecepatannya mencapai 574. 8 km per jam. Kereta itu ialah TGV POS. 
http://www.rail-pictures.com/1024/the-tgv-pos-unit-n-6575.jpg
rail-pictures.com

Selain 25 negara itu beberapa negara dikabarkan hendak membangun kereta supercepat. Negara-negara itu, antara lain:
  1. Indonesia
  2. Malaysia
  3. Singapura
  4. Thailand
  5. Arab Saudi
  6. Brasil
  7. Filipina
  8. Maroko
  9. Australia
  10. Argentina
  11. India
  12. Latvia
  13. Yunani
  14. Vietnam
  15. Hong Kong
  16. Kanada
Kesimpulan
Jika melihat keadaan di atas, tepat rasanya Indonesia mempunyai kereta api supercepat. Tentu ini bukan untuk gaya-gayaan tetapi melihat pada urgensi penggunaan transportasi berbasis rel itu untuk mobilisasi cepat menghindari kemacetan dan kepentingan ekonomis, baik untuk perdagangan dan pariwisata. Meskipun terlihat akan mahal dari segi harga, keberadaan kereta api supercepat diyakini mampu mendongkrak pendapatan negara apabila ada kereta supercepat yang dikhususkan juga untuk angkutan barang. Keberadaan kereta supercepat merupakan pertanda majunya sebuah negara. Kenyataannya, membangun kereta api supercepat ini tidak semudah membalikkan tangan. Perlu upaya dan proses serta kebijakan para stakeholder mengenai pengadaan moda transportasi ini. Setidaknya, pengadaan dan pembangunan kereta api supercepat bukan sekadar wacana di media massa. Apabila sekadar wacana, ia hanya akan menjadi proyek di atas kertas dan pada saat itu lagi-lagi Indonesia hanya bisa menjadi penonton majunya para jiran.



 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran