Selama ini kita mengetahui bahwa Perang Dunia Kedua kebanyakan terjadi Eropa dan Asia-Pasifik serta sebagian Afrika. Lalu bagaimana dengan kawasan Amerika Latin? Lokasi pertempuran yang kebanyakan terjadi di Eropa dan Asia adalah karena kedua wilayah yang lokasinya berdekatan tersebut merupakan lokasi utama beberapa pertempuran bahkan paling penting sekalipun.
Canva
Sebut saja Blitzkrieg Jerman ke Polandia, Pertempuran Britania, Pertempuran Stalingrad, D-Day Normandia Juni 1944, Penyerangan Jepang ke Pearl Harbor, Pertempuran Midway, Pertempuran Shanghai, dan Pengeboman Hiroshima-Nagasaki. Nama-nama pertempuran sangat populer dalam sejarah Perang Dunia Kedua. Bahkan karena populernya, beberapa kali pertempuran tersebut ditulis lalu diangkat ke layar lebar tentunya dengan mengambil sudut pandang yang berbeda.
Lalu bagaimana dengan kawasan Amerika Latin? Semasa Perang Dunia Kedua kawasan yang memanjang dari Meksiko hingga Argentina ini boleh dibilang kawasan yang damai dan aman. Tidak ada pertempuran di kawasan tersebut yang mengakibatkan kota dan desa hancur serta banyak orang terbunuh. Kehidupan berjalan seperti biasa termasuk ajang sepak bola di kawasan tersebut (Amerika Selatan), Copa America.
Semasa Perang berkobar, negara-negara Amerika Latin berupaya netral meskipun pihak yang bertikai berupaya menganggu kenetralan mereka seperti Jerman dan AS. Jerman diketahui merupakan mitra terbesar perdagangan di kawasan Amerika Latin sebelum perang terjadi seperti dengan Brasil, Cile, Peru, dan Argentina. Karena itulah, orang-orang Jerman terutama anggota Nazi bebas pergi ke sana kemari dari Jerman ke kawasan tersebut. Kondisi ini tentu saja mengkhawatirkan AS sebagai salah satu negara berkekuatan besar di benua Amerika yang tidak menginginkan negara-negara Latino terpengaruh oleh Nazisme.
Ketika perang berkobar, beberapa negara Amerika Latin seperti Brasil memutuskan perdagangan dengan Jerman namun menyatakan netralitas. Netralitas itu beberapa tahun kemudian berubah menjadi pernyataan perang dari Brasil kepada negara-negara Poros pada 1943 menyusul banyaknya kapal dagang dan penumpang yang ditorpedo oleh U-Boat Jerman. Mulai 1944 Brasil membantu AS dalam perang melawan Jerman di Eropa.
Selain Brasil yang turun langsung di medan tempur Eropa, negara Amerika Latin lainnya yang juga turun langsung ke pertempuran adalah Meksiko. Namun, berbeda dari Brasil, Meksiko turun di medan tempur di Pasifik melawan Jepang. Di bawah komando AS, Meksiko yang masuk dalam skuadron petempur 201 yang terkenal dengan nama Aguila Aztecas atau Elang Aztec. Skuadron ini membantu AS dalam perang melawan Jepang di Luzon-Chiapas, Filipina. Keterlibatan Negeri Sombrero dalam Perang Dunia Kedua terjadi karena ditorpedonya dua kapal tanker minyak itu oleh U-boat Jerman pada 1942. Selain bertempur di udara, orang-orang Meksiko yang ada di AS diikutsertakan dalam ketentaraan AS untuk membela Paman Sam.
Sebenarnya ada satu pertempuran fisik yang terjadi di kawasan tersebut namun pertempuran ini adalah pertempuran laut yang terjadi di dekat muara Sungai Rio de Plata yang melibatkan Jerman dan Inggris. Pertempuran yang dikenal dengan Pertempuran Rio de Plata pada Desember 1939 itu berujung dengan tenggelamnya kapal perang Jerman, Admiral Graf Spee di kawasan tersebut karena dikeroyok habis-habisan oleh kapal-kapal tempur Inggris yang memergoki kapal perang kelas berat Kriegsmarine berada di dekat muara Sungai Rio de Plata untuk perbaikan setelah peperangan di Atlantik. Adapun kapal tersebut berada di Uruguay, salah satu negara netral di Amerika Latin.
Simpati Dibalik Netralitas
Meski negara-negara Amerika Latin menyatakan netralitas, diam-diam ada beberapa negara yang menyatakan simpatinya kepada Jerman seperti Argentina yang baru mendukung Sekutu pada 1945 setelah Jerman mengalami kekalahan. Kondisi yang demikian pada akhirnya membuat para buronan Nazi kabur ke kawasan ini setelah perang. Salah satunya adalah Adolf Eichmann yang kemudian ditangkap oleh Mossad Israel lalu dieksekusi pada 1960.
Selain Argentina ada juga Urugay, Peru, dan Cile. Simpati terhadap Jerman juga diperlihatkan oleh para diktator di kawasan tersebut seperti Rafael Trujillo dari Republik Dominika, Jorge Ubico dari Guatemala, Tiburias Andino dari Honduras, dan Maximiliano Martinez dari El Salvador. Mereka semua terpikat oleh ketegasan dan gaya eksentrik yang dimiliki oleh Adolf Hitler untuk kemudian dijadikan acuan.
Negara-negara Amerika Latin sebenarnya cukup terkejut perang terjadi di Eropa karena hal itu dapat mematikan ekonomi kawasan ini yang sebelum perang merupakan mitra dagang terbesar Jerman. Ketika perang berkobar, AS yang tidak mau kawasan ini masuk pengaruh Nazi mulai berupaya menggalang negara-negara tersebut untuk melawan Jerman dan memberikan bantuan ekonomi sehingga kawasan Amerika Latin yang dipandang mempunyai industri potensial seperti di Meksiko dan Kolombia bisa terus membantu AS memenangkan perang. Apalagi laut di sekitar kawasan ini juga sudah diblokade oleh Inggris untuk menghalau Jerman. Bahkan saat Perang pecah di Pasifik AS sudah mengarahkan konsentrasi ke Terusan Panama yang sewaktu-waktu bisa diserang Jepang. Jepang sendiri memang pada Juni 1945 berniat menyerang terusan yang menghubukan Samudra Pasifik dan Atlantik melalui serangan dari kapal selam terbesar mereka I-400.
Jerman tentu saja tidak tinggal diam. Mereka melancarkan banyak operasi intelijen seperti ke Bolivia yang dinamakan Operasi Bolivar yang terjadi di Bolivia pada 1942. Operasi yang mengambil nama dari Simon Bolivar, pejuang revolusi kemerdekaan di Amerika Latin pada abad ke-19 ini bertujuan melakukan sabotase sumber daya alam yang ada di negara-negara Amerika Latin seperti minyak, katun, dan tembaga. Selain itu, operasi ini bertujuan menyabotase jalur perdagangan di Terusan Panama. Sayang, operasi intelijen ini gagal, dengan beberapa agen ditahan di Argentina.
Uni Soviet di Amerika Latin
Mulai berkiblatnya negara-negara Amerika Latin ke Sekutu pada Perang Dunia Kedua, juga secara tidak langsung membuat beberapa negara bersimpati pada Uni Soviet, salah satu Sekutu yang diserang Jerman pada 1941. Salah satunya adalah Kuba yang mengirimkan 42.000 rokok ke Uni Soviet kemudian pada 1942 menjalin hubungan diplomatik yang menandakan Kuba adalah negara Amerika Latin pertama yang menjalin kesepakatan dengan Negeri Tirai Besi. Hal yang demikian pada akhirnya berlanjut di masa Perang Dingin yang salah satunya menimbulkan peristiwa Teluk Babi pada 1962. Setelah Uni Soviet runtuh hingga hari ini Kuba masih terus melanjutkan kemitraan politik dengan penerus terbesar Uni Soviet, Rusia.
Selain Kuba negara-negara Amerika Latin lain yang juga menjalin hubungan diplomatik menjelang perang berakhir adalah Kolombia, Cile, Argentina, dan negara-negara Latin di kawasan Amerika Tengah. Bahkan Meksiko yang lebih banyak membantu AS sangat mengagumi patriotisme Uni Soviet saat melawan Jerman. Kondisi yang demikian akhirnya melahirkan polarisasi di Amerika Latin pada Perang Dingin yang membuat AS waspada dan curiga pada tetangganya karena lebih banyak berkiblat ke Uni Soviet hingga harus campur tangan lewat invasi militer.
Kesimpulan
Pada masa Perang Dunia Kedua, bisa disimpulkan bahwa kawasan Amerika Latin damai dan aman dari serangan dan kehancuran fisik yang diakibatkan oleh negara-negara yang bertikai di medan perang karena netralitas yang dianut meskipun berubah saat perang pecah juga di Pasifik yang menandakan kawasan ini bisa rentan terkena serangan dari Jepang. Dan terjadinya perang juga menganggu aliran investasi dari Eropa.
Meski demikian AS sebagai pemimpin Sekutu di Perang Dunia Kedua menghendaki semua negara Amerika Latin membantu AS melawan Poros dan memenangkan perang, dengan cara memberikan bantuan ekonomi, dan menggalang anti Nazi. Berpihaknya Amerika Latin pada Sekutu ini secara tidak langsung memberikan pintu masuk bagi Uni Soviet untuk memberikan pengaruh yang terasa di Perang Dingin.
Permasalahan yang dihadapi oleh kawasan Amerika Latin di masa Perang Dunia Kedua bukanlah ancaman dari luar, melainkan antar negara kawasan yang bertikai karena sengketa wilayah seperti yang dilakukan oleh Peru dan Ekuador yang berperang pada 1941 hingga 1942.
0 komentar:
Posting Komentar