Pages

Rabu, 17 Desember 2014

Iran (Persia)-Barat (AS-Eropa): Sebuah relasi

Sepasukan berjubah hitam pekat dan berwajah monster itu tiba-tiba menyeruak ke arah sepasukan berbadan kekar ala binaragawan. Mereka lantas bertempur dan pertumpahan darah tak terelakkan. Itulah gambaran adegan film 300 1 dan 2, film yang menggambarkan peperangan antara negara-kota Yunani dan Kekaisaran Persia. Peperangan itu terjadi pada 500 SM. Sekilas adegan itu merupakan adegan yang seru sebagaimana halnya film peperangan. 

tweakguides

Angelfire

historyofmacedonia

arthistoryjournal

earlyworldhistory


Namun adegan di atas yang menggambarkan rupa para prajurit, terutama prajurit Persia dipermasalahkan. Hal ini jelas menimbulkan ketidaksenangan untuk beberapa pihak sekaligus menyimpang dari sejarah. Banyak orang Iran protes mengenai hal tersebut. Perlu diketahui Persia adalah nama baheula Iran. Mereka memprotes tampilan yang demikian seolah-olah wajah mereka di masa lalu begitu menyeramkan dan barbar. Orang-orang Persia juga ditampilkan dalam wajah hitam Afrika bukan putih Indo-Eropa. Film 300 1 dan 2 seolah-olah telah menjadi pengingkaran keberadaban bangsa Persia di masa silam. Pada akhirnya, film itu dilarang tampil di Iran karena memarjinalkan dan menyudutkan.

Keadaan di atas hanyalah sekian contoh dari relasi antara Iran dan Eropa. Film itu dirilis ketika Iran sedang gembar-gembornya mempromosikan teknologi nuklirnya demi kesejahteraan. Namun niat Iran itu dipandang lain oleh Barat, terutama Amerika Serikat yang merupakan rival sejak 1979. Amerika Serikat memandang bahaya nuklir Iran yang dapat mengancam perdamaian dunia sehingga menyerukan pemboikotan dan penyerangan. Namun Iran menganggap santai seperti angin lalu dan terus mengembangkan nuklirnya hingga sekarang.

Perseteruan antara Iran dan Barat memang tidak bisa lepas dari masa lalu, yang kemudian tergambar secara subjektif dalam 300. Dalam sejarah peradaban dunia, Iran mempunyai sejarah masa lalu yang gemilang dan mengagumkan dengan nama Kekaisaran Persia. Inilah kekaisaran yang mempunyai wilayah membentang dari India hingga Eropa. Kekaisaran Persia merupakan lanjutan dari Peradaban Bulan Sabit Subur Mesopotamia. Orang-orang Persia adalah keturunan Indo-Eropa yang berasal dari Pegunungan Zagros. Pada masa Mesopotamia akhir mereka memberontak terhadap kekuasaan Assyria. Lantas mereka mendirikan Kerajaan Media yang dianggap sebagai kerajaan Persia awal. Kerajaan itu kemudian ditaklukkan oleh Koresh atau Cyrus yang mendirikan Kerajaan Persia Akhemeniyah pada 549 SM. Akhmeniyah merupakan Kekaisaran Persia pertama yang dalam perjalanan sejarahnya berinteraksi langsung dengan Eropa.

Yunani adalah negara Eropa pertama yang melakukan kontak dengan Persia. Berawal dari perdagangan dan koloni orang-orang Yunani di kekuasaan Persia. Orang-orang Yunani adalah orang-orang maritim di Eropa seperti halnya Funisia yang gemar mendirikan koloni di luar negara-kota Yunani. Karena itu, terdapatlah koloni-koloni Yunani di Siprus, Kreta, Italia, Prancis, Afrika, serta Asia Kecil. Kontak yang awalnya damai itu perlahan berubah menjadi peperangan terbuka ketika terjadi pemberontakan oleh orang-orang Yunani terhadap pemerintahan Persia di Asia Kecil. Pemberontakan itu dapat dipadamkan namun mengundang minat Koresh untuk meluaskan ekspansi terhadap negara-kota Yunani yang dianggap membantu terjadinya pemberontakan. Terjadilah peperangan antara Yunani dan Persia setelah itu. Peperangan yang terjadi selama tiga kali merupakan peperangan akbar antara negara-kota Yunani yang secara politis terbelah melawan Kekaisaran Persia Akhemeniyah yang mapan dan  terstruktur. Ini ibarat Daud melawan Jalut. Di atas kertas seharusnya Persia bisa memenangkan peperangan ini. Sayangnya, sebaliknya. Negara-kota Yunani seperti Athena dan Sparta bersatu padu melawan invasi Persia itu sehingga Persia dapat dikalahkan dan gagal menaklukkan Yunani meski telah berganti raja dari Koresh ke Ashyaweros (Xerxes). Peperangan ini dicatat dengan apik oleh Herodotus dalam bukunya, Histories. Sayangnya,  pencatatan itu sendiri mengandung unsur subjektif dengan menyebut Persia sebagai barbar dari timur. Istilah inilah yang seterusnya dipakai oleh Barat kala menyebut dan menghadapi Persia.

Setelah kegagalan menguasai negara-kota Yunani dan hanya bisa mengadu domba melalui Perang Peloponesia, Persia berhadapan dengan Yunani Bersatu di bawah pimpinan Alexander Agung dari Makedonia. Raja muda yang sepertinya semenjak kecil terobsesi menaklukkan Persia berhasil mewujudkan impiannya. Persia dan wilayah kekuasaannya berhasil ditaklukkan pada 330. Raja Persia, Darius III, yang awalnya meremehkan kekuatan Yunani, melarikan dan berhasil dibunuh. Persia pun berada di bawah kekuasaan Eropa untuk pertama kalinya. Tindakan ini seperti tindakan balasan atas invasi Persia sebelumnya.

Setelah Yunani, giliran Romawi yang menjalin kontak dengan Persia. Ini pun sudah berabad-abad. Yunani telah dikuasai Romawi, yang merupakan penerus peradaban mereka. Romawi, mayoritas bangsa Latin, melakukan kontak dengan Persia ketika Romawi masih berbentuk republik. Tepatnya pada 92 SM. Bermula dari kontak antara Mithridates I dan II dari Persia dan Lucius Sulla dari Romawi mengenai kemungkinan persekutuan Persia-Romawi. Pada masa ini Kekaisaran Persia tidak lagi dipegang oleh Akhemeniyah tetapi oleh Parthia. Persekutuan itu memang terjadi namun yang terjadi selanjutnya adalah peperangan antara dua bangsa besar yang mewakili Asia dan Eropa. Peperangan itu berlangsung dari masa Persia dikuasai dua dinasti berturut-turut, Parthia dan Sassaniyah dan dari masa Romawi masih menjadi republik hingga kekaisaran. Peperangan keduanya berlangsung selama 7 abad. Berawal dari Perang Carrhae yang berhasil membunuh Jenderal Romawi, Marcus Crassus oleh Surena, perang keduanya merupakan perang yang menampilkan kedua belah pihak silih berganti meraih kemenangan dan meraih kekalahan. Dalam masa peperangan kedua kekaisaran itu juga terdapat hubungan baik antara kedua belah pihak. Seperti permintaan tolong putra Maurice, salah seorang kaisar Romawi yang terbunuh dalam intrik internal kepada Kaisar Persia, Khursou Parvis. Permintaan tolong ini lantas dibalas dengan pengerahan pasukan Romawi untuk menguasai kota-kota Persia. Kejadian ini terjadi pada masa Persia dipimpin Dinasti Sassaniyah dan Romawi oleh Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium.

Persaingan keduanya berakhir pada 629 yang ditandai oleh kembalinya salib suci ke Yerusalem oleh Heraklius. Pada masa keduanya tidak lagi berperang muncullah kekuatan Arab Muslim dari Hijaz yang sukses menguasai wilayah kedua kekaisaran. Persia bisa dibilang menjadi pihak yang paling merugi karena kekaisarannya diakhiri oleh kekuatan Arab Muslim. Sedangkan Byzantium baru runtuh pada 1453. Itu pun bukan oleh Arab, melainkan oleh Turki.

Persia yang selanjutnya dikuasai oleh Arab Muslim pada masa Kekhalifahan Umayah dan Abbasiyah akhirnya menjadi kekuatan yang independen di bawah Dinasti Safawiyah pimpinan Shah Abbas pada 1501. Ini adalah dinasti yang berbeda dengan dinasti-dinasti Persia sebelumnya. Zoroaster bukanlah lagi agama utama dan sudah digantikan oleh Islam Syiah yang dijadikan sebagai agama negara. Di masa inilah Persia mulai bertemu lagi dengan Eropa. Namun bukan Yunani, juga Romawi. Rusia negara Eropa yang dimaksud. Negara besar di Eropa Timur ini merupakan salah satu kekaisaran besar pada abad ke-16. Luas wilayah kekaisaran Rusia yang membentang dari Moskow hingga Siberia rupanya bertabrakan dengan keinginan ekspansi Persia. Apalagi di masa Dinasti Qajar Persia merupakan sekutu Prancis Napoleon di Asia. Perlu diketahui Rusia merupakan musuh Napoleon. Keduanya lantas bertempur. Tercatat pertempuran berlangsung selama 5 kali dan berakhir pada masa Dinasti Qajar pada 1828 dengan kemenangan Rusia. Kedua belah pihak kemudian mengadakan perjanjian damai di Turkmencay. Pada masa-masa bertempur ini Rusia sempat menguasai Sepahan, ibu kota Persia sebelum Teheran, Tabriz, dan Qazvin.


Itulah relasi antara Iran dan Barat yang sudah ada semenjak Iran masih bernama Persia dan Barat diwakili Yunani, Romawi, dan Rusia. Namun ada yang berbeda dari kelanjutan relasi itu. Iran sepertinya tidak mempunyai hubungan yang tetap tidak harmonis dengan titisan-titisan Yunani dan Romawi. Dalam hal ini Amerika dan negara-negara Eropa Barat. Tetapi dengan Rusia kebalikannya dan terlihat mesra. Tentu saja ini hasil dari kebijakan politik Iran pra dan pasca-Republik Islam Iran.  Setidaknya relasi negatif antara Iran dan Barat menunjukkan bahwa Iran masih diperhitungkan hingga disindir melalui 300.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran