Banyak sekali pemain sepak bola berkulit hitam yang bermain di timnas negara-negara Eropa terutama di Jerman dan Belgia. Nama-nama seperti Jerome Boateng, Leroy Sane, Serge Gnabry di Jerman serta Romelu Lukaku, Michy Batsuayi, dan Axel Witsel di Belgia merupakan sederet nama para pemain berkulit legam di dua timnas tersebut. Tidak ketinggalan pula Spanyol yang memainkan pemain kulit hitam yang di masa depan akan menjadi bintang, Ansu Fati.
Banyaknya pemain berkulit hitam terutama dari Afrika di timnas negara-negara Eropa belakangan ini menunjukkan adanya pengakuan dari negara-negara Benua Biru terhadap bakat-bakat alam dari Afrika yang tidak boleh disia-siakan demi mendongkrak penampilan timnas di ajang-ajang internasional nan bergengsi seperti Piala Dunia dan Piala Eropa. Kebanyakan adalah para imigran yang awalnya bekerja lalu menetap dan menjadi warga negara setempat.
Keberadaan pemain kulit hitam di timnas Eropa sebenarnya bukanlah fenomena baru karena terjadi sejak akhir abad ke-19. Adalah Andrew Watson, pemain kulit hitam pertama di Eropa yang bermain untuk timnas Skotlandia pada 1881 dalam sebuah pertandingan persahabatan melawan Inggris di London. Dalam pertandingan itu, Watson, yang semasa kariernya kebanyakan bersama Queen's Park Glasgow, mengapteni Skotlandia, dan ikut memberikan andil kemenangan Tartan Army 6-1 atas Tim Tiga Singa.
Dari Watsonlah kemudian arus pemakaian pemain sepak bola berkulit hitam mulai meningkat di Eropa, dan beberapa memberikan dampak yang cukup signifikan untuk prestasi negara-negara Benua Biru, baik di Piala Dunia atau Piala Eropa. Namun, dari sekian banyak negara Eropa yang menjadi anggota UEFA --termasuk di dalamnya negara-negara transkontinental seperti Turki, Azerbaijan, Georgia, dan Israel-- jika diperhatikan hanya ada 4 negara yang konsisten memainkan bakat-bakat berharga ini. Pemain-pemain kulit legam akan selalu terlihat jika 4 negara ini bermain, dan lama-kelamaan menjadi suatu ciri khas negara-negara tersebut. Lalu negara-negara apa sajakah yang benar-benar rutin dan konsisten memainkan para pemain kulit legam tersebut. Yuk, tanpa berlama-lama, mari kita simak!
Negara-negara yang Konsisten Memainkan Pemain Sepak Bola Berkulit Hitam
Prancis
Negara pertama adalah Prancis. Tentu kamu sudah tidak asing lagi jika menyaksikan tim berjuluk Les Blues sewaktu bermain dengan banyak pemain kulit hitam di dalamnya, yang kebanyakan berasal dari negara-negara Afrika Barat seperti Senegal, Kamerun, dan Ghana. Keberadaan para pemain Afrika di Prancis sendiri dimulai sejak Raoul Diagne menjadi bagian Les Blues pada 1931. Pemain keturunan Senegal ini memulai debut melawan Republik Ceska. Selain dari Afrika, pemain-pemain kulit hitam Prancis juga berasal dari kepulauan-kepulauan di Pasifik seperti Martinique, Kaledonia Baru kemudian Guyana Prancis di Amerika Selatan.
Keberadaan para pemain hitam dalam skuad Tim Ayam Jantan ini kerap dianggap sebagai tim Eropa berbau Afrika, dan bahkan mendominasi semua lini permainan Prancis sehingga hampir-hampir tidak menyisakan satu pun yang asli Prancis. Tidak hanya dari Afrika, pemain-pemain Prancis yang bukan asli Prancis juga berasal dari negara-negara Arab seperti Aljazair dan Tunisia. Zinedine Zidane menjadi salah satu buktinya. Keberadaan para pemain imigran dalam tubuh tim Eropa Barat tersebut sebenarnya merupakan pengejawantahan dari slogan persamaan derajat dan hak yang digaungkan pada Revolusi Prancis, dan imbas karena Negara Mode tersebut juga mempunyai banyak wilayah jajahan yang otomatis di kemudian hari menjadi pusat penghidupan bagi orang-orang bekas negeri jajahan.
Para pemain kulit legam dalam Les Blues tentunya mempunyai banyak peran penting dalam prestasi sepak bola dari kurun waktu 80-an hingga 2018. Mereka membantu Prancis menjuarai Piala Eropa 1984, Piala Dunia 1998, Piala Eropa 2000 hingga Piala Dunia 2018. Nama-nama seperti Jean Tigana, Marcel Desailly, Lilian Thuram, David Trezeguet, Thierry Henry hingga Paul Pogba dan Ousman Dembélè merupakan deretan nama-nama pemain kulit hitam yang mengharumkan Prancis hingga menjadi salah satu tim sepak bola yang cukup disegani. Namun, prestasi-prestasi ini kerap dipandang sebelah mata oleh politikus sayap kanan anti-imigran, Jean Marie Le Pen.
Belanda
Negara kedua yang juga konsisten memainkan para armada hitamnya adalah Belanda. Negara yang secara historis akrab dengan Indonesia kerap memainkan para pemain legamnya sejak akhir 80-an. Tentu semua akan tahu sosok hitam yang cukup membuat Tim Oranye berjaya di pentas sepak bola Eropa pada waktu itu. Ya, tidak salah jika menyebut nama Ruud Gullit dan Frank Rijkaard sebagai sosok yang membawa Belanda menjadi jawara Eropa pada 1988. Keduanya berpadu dengan pemain asli Belanda, Marco Van Basten, dan dikenal sebagai trio maut di akhir 80-an dan awal 90-an, baik di timnas maupun klub, AC Milan. Duo asal Suriname ini kemudian menjadi keran dibukanya para pemain kulit hitam di timnas Belanda. Nama-nama seperti Patrick Kluivert, Clarence Seedorf, Aaron Winter hingga Virgil Van Dijk, Quincy Promes, dan Memphis Depay merupakan nama-nama pemain kulit hitam yang pernah dan sedang berada di dalam Tim Oranye. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa permain-pemain kulit hitam Belanda yang pertama bukanlah Gullit dan Rijkaard.
Baca Juga: 5 Pemain Belanda yang Juara Liga Champions di Italia
Nama itu adalah Humphrey Mijnals, yang juga sama-sama berasal dari Suriname, dan memainkan debut bersama Belanda pada 1960 melawan Bulgaria. Namun, ia tercatat hanya 3 kali membela De Oranje, dan selanjutnya bermain untuk tim negaranya sendiri, Suriname, dengan 45 kali penampilan. Selain dari Suriname, pemain-pemain hitam Belanda juga berasal dari Aruba, Curaçao, dan bahkan Indonesia terutama Maluku. Hal ini yang terlihat pada diri Giovanni van Bronckhorst, yang mengapteni Belanda pada Piala Dunia 2010 hingga ke final. Sayang, De Oranye kalah dari Spanyol lewat gol tunggal Andres Iniesta.
Keberadaan para pemain kulit hitam di Belanda juga tidak lepas dari masa lalu Belanda yang merupakan salah satu negara penjajah melalui penjejelajahan dunia baru. Selain itu, para pemain kulit hitam ini juga untuk menggambarkan Belanda yang multikultural dan menghargai persamaan dan hak di samping juga Belanda tentu tidak akan menyia-nyiakan bakat-bakat alam dan terpendam dari warga negara non kulit putihnya demi prestasi.
Portugal
Selain Prancis dan Belanda, negara Eropa lainnya yang juga konsisten mempunyai pemain legam di dalamnya adalah Portugal. Berbicara pemain hitam dalam skuad Brasilnya Eropa ini, nama-nama seperti Abel Xavier, Costinha, Jose Bosingwa, William Carvalho hingga Rafael Sanches adalah kerap ada dan didengar telinga kita selain nama-nama pemain asli Portugal seperti Rui Costa, Luis Figo, Fernando Couto, Nani, dan Cristiano Ronaldo yang bersanding dengan mereka di atas lapangan. Keberadaan para pemain hitam di Portugal juga tidak lepas dari kemahsyuran Eusebio sebagai pemain hitam terkenal pada dekade 60-an dan 70-an yang kemudian menjadi legenda sepak bola negara tersebut hingga sekarang.
Namun pemain hitam pertama yang melakukan debut untuk Portugal bukanlah Eusebio, melainkan Guilherme Espirito Santo. Pemain keturunan Sao Tome dan Principe ini melakukan debut pada 1937 saat melawan negara tetangga, Spanyol. Kebanyakan pemain hitam di Portugal berasal dari Mozambik, Angola, Guinea Bissau, dan Sao Tome dan Principe, yang memang merupakan jajahan Portugal di masa silam. Bahkan, belakangan juga terdapat para pemain dari Brasil, salah satunya Pepe, yang kemungkinan memperkuat Portugal karena tidak mendapatkan tempat di Brasil.
Para pemain legam di Portugal ini pun juga mempunyai peran yang cukup signifikan bagi prestasi di sepak bola internasional dan Eropa. Eusebio sendiri punya peran membawa Portugal hingga semifinal Piala Dunia 1966 di Inggris. Prestasi cukup membanggakan itu kemudian ditambah lagi dengan keberhasilan Portugal untuk pertama kalinya juara Piala Eropa 2016 di Prancis. Pada laga melawan tuan rumah, sang penentu kemenangan adalah Eder yang merupakan pemain hitam keturunan Guinea-Bissau. Selanjutnya, para pemain hitam itu juga membawa Portugal meraih tempat ketiga di Piala Konfederasi 2017 dan juara Liga Bangsa Eropa 2019. Raihan ini cukup melebihi tempat ketiga di Piala Dunia 1966 dan runner-up di Piala Eropa 2004.
Inggris
Negara Eropa terakhir yang juga konsisten mempunyai dan memiliki pemain sepak bola berkulit hutam adalah Inggris. Tim Tiga Singa pertama kali diperkuat oleh pemain kulit hitam pada dekade 70-an melalui diri Viv Anderson yang melakoni laga debut melawan Republik Ceska. Setelah itu mulailah nama-nama seperti Jhon Barnes, Paul Ince, Sol Campbell, Rio Ferdinand, Ashley Cole, Joleon Lescott, Raheem Sterling, dan Jadon Sancho menghiasi skuad Tim Tiga Singa. Dari deretan nama-nama tersebut ada Paul Ince yang menjadi kapten Inggris pertama dari pemain kulit hitam ketika melawan Amerika Serikat pada Juni 1993 dalam sebuah pertandingan persahabatan.
Baca Juga: 3 Tim Kampiun Piala Dunia yang Juara dengan Brand Lokal
Kebanyakan pemain hitam di tubuh Inggris berasal dari negara-negara Karibia Barat seperti Jamaika, Saint Vincent dan Grenadies, dan Bahama. Selain dari Karibia Barat, juga dari negara-negara Afrika Barat seperti Ghana dan Nigeria. Hal ini karena merupakan dampak tidak langsung Inggris di masa silam sebagai salah satu negara penjajah. Namun tidak seperti kebanyakan 3 negara Eropa sebelumnya, peran para pemain kulit legam ini belum begitu terlihat signifikan untuk prestasi semenjak Inggris juara dunia pada 1966. Mereka hanya mampu membantu Inggris meraih tempat ketiga di Piala Dunia 1990 dan Piala Dunia 2018, serta semifinal Piala Eropa 1996 di kandang sendiri. Bisa dibilang peran pemain hitam di Inggris malah kalah jauh dari Jerman yang baru-baru saja memakai jasa pemain hitam tetapi sudah langsung memperlihatkan prestasi, dengan menjadi juara Piala Dunia 2014.
Bagus gan
BalasHapus