Tadi malam, suasana hati cukup senang sekali. Kenapa? Indonesia berhasil menang atas Korea Selatan 3-2. Kemenangan ini menempatkan Indonesia menjadi juara grup G dari 3 kali bertanding dan lolos ke Piala Asia U-19 di Myanmar tahun depan. Kemenangan yang cukup membanggakan. Bagaimana tidak? Lawan yang berhasil dikalahkan itu Korea Selatan, salah satu raksasa sepak bola Asia dan juara 12 kali Asia U-19. Jarang-jarang timnas, di level apa pun, bisa menang atas tim "negeri ginseng" itu. Apalagi kemenangan itu dilengkapi dengan permainan yang tidak mengenal kata inferior complex. Salut!
|
wikipedia.org |
Nah, terkait kemenangan itu, saya pun memosting status di Facebook. Saya bilang bahwa Indonesia sudah mengalahkan dua negara sinosfer. Pertama Vietnam. Kedua Korea Selatan. Nah, kemudian saya harap kemenangan ini berlanjut ke timnas senior yang akan menghadapi negara sinosfer lainnya, Cina. Syaratnya sih satu, jangan inferior complex. Nah, berbicara tentang sinosfer, pasti ada yang bertanya-tanya apa itu sinosfer. Saya sendiri setelah memosting itu jadi tertarik menuliskannya di blog ini.
Kata 'sinosfer' saya dapatkan pertama kali ketika hendak menuliskan Vietnam di blog ini, salah satu negara ASEAN yang ternyata lebih kuat pengaruh Cina-nya. Sepintas memang jika melihat Vietnam, tampilan luar budaya Vietnam mengarah ke Cina atau kecina-cinaan. Dan setelah ditelusuri, rupanya "negeri Paman Ho" ini memang pernah, dalam sejarahnya, dikuasai Cina, selama beberapa abad. Dimulai dari masa Dinastin Han. Ketika lepas dari Cina pada 938, Vietnam tetap meneruskan pengaruh Cina itu pada tulisan, ritual, dan pakaiannya.
Lalu bagaimana dengan sinosfer dan pengertiannya? Sinosfer sendiri berasal dari bahasa Inggris,
Sinosphere. Kata ini saya Indonesiakan supaya bisa mudah diucapkan dan disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia tentang serapan asing. Sinosfer yang berasal dari sinosphere itu sebenarnya merupakan penggabungan dua kata,
sino dan
atmosphere.
Sino berarti Cina, sedangkan
atmospehere suasana/ lingkungan. Harfiahnya berarti, suasana cina. Nah, maksud dari sinosfer sendiri adalah suatu tempat atau lingkungan yang secara kultural mayoritasnya adalah orang-orang Cina atau dalam pengertian lain, tempat yang dahulunya secara historis dan kultural pernah di bawah kekuasaan Cina.
Sinosfer sendiri mempunyai nama lain yang dikenal sebagai
sinic world atau dunia Cina. Nama ini juga erat kaitannya dengan Asia Timur sebagai wilayah dari Sinosfer. Kebanyakan negara di Asia Timur merupakan negara Sinosfer. Hal ini karena pengaruh budaya Cina amat lekat dan kuat di negara-negara tersebut. Negara-negara itu, antara lain Cina, Hongkong, Makao atau Cina Raya, Taiwan, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, dan Vietnam. Pengaruh budaya itu terlihat dari tulisan, prinsip konfusianisme, buddhisme, pakaian, makanan, serta struktur sosial dan politik. Hal itu sesuai dengan pendapat Nishijma Sadao, ahli sinosfer dari Universitas Tokyo.
|
confusedlowai.com |
Bagaimana sinosfer bisa terjadi dan berkembang? Hal ini tentu ada hubungannya dengan penyebaran agama Buddha dari Cina ke beberapa negara tetangganya yang kemudian dilanjutkan dengan invasi dan pendudukan. Korea dan Vietnam menjadi wilayah yang mempunyai sinosfer atau budaya Cina karena invasi dan pendudukan dinasti-dinasti Cina di kedua wilayah itu. Sedangkan Jepang, karena penyebaran Buddha yang dikonversi dengan shinto, serta banyaknya orang Jepang yang belajar tentang kesusasteraan di Cina. Dari sinilah, hal yang paling dapat diketahui dengan mata telanjang, lahirlah tulisan-tulisan bahasa setempat namun ditulis dengan aksara Cina. Di Jepang muncul Kanji, Korea muncul Hanja dan Hangeul, Taiwan Zhuyin, dan Vietnam Han Nom. Dari kelimanya, hanya Vietnam yang tidak memakai lagi aksara itu semenjak dikuasainya negara di Indocina itu oleh Prancis sampai Perang Dunia ke-2. Gantinya, Vietnam memakai aksara Latin.
Dari segi ekonomi, hampir semua negara sinosfer merupakan negara-negara maju, kecuali Vietnam dan Korea Utara. Beberapa malah disebut sebagai macan asia. Sebut saja Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, dan satu negara di Selat Malaka, Singapura. Singapura bisa dianggap sebagai sinosfer mengingat mayoritas penduduk negeri kecil di antara Malaysia dan Indonesia ini beretnis Cina. Akan tetapi, sinosfer bukan secara geografis. Sebab itu tadi, Sinosfer utamanya berpusat di Asia Timur. Belakangan, Cina, sebagai pusat sinosfer, juga tengah menggeliat sebagai kekuatan ekonomi baru. Mereka semua tengah berusaha mengganti posisi Jepang, sebagai negara sinosfer yang lebih dahulu mapan pasca Perang Dunia ke-2.
Sayangnya, kemapanan ekonomi, kesamaan budaya, dan filosofi, tidak serta-merta membuat negara-negara sinosfer rukun, baik dalam politik dan kedaulatan. Sejarah beberapa negara sinosfer menunjukkan bahwa mereka sering berkonflik satu sama lain. Jepang, misalnya, sering berkonflik dengan Cina, terutama perang memperebutkan Kepulauan Ryukyu, perang saat terjadinya Perang Dunia ke-2 dengan menyerang dan menduduki Cina, dan terakhir memperebutkan Kepulauan Senkaku. Jepang malah nampak ketakutan melihat kekuatan Cina belakangan ini, terutama militernya hingga kemudian berupaya menghapus konstitusi yang tidak lagi mengharuskan armada militer Jepang tidak sebagai unsur bela diri demi menghadapi Cina. Tak hanya dengan Cina, Jepang juga terkadang berkonflik dengan Korea, jika dikaitkan dengan pendudukan "negeri matahari terbit" itu dari 1910 hingga 1945. Apalagi kunjungan para pejabat Jepang ke kuil Yasukuni menjelang peringatan Perang Dunia ke-2 yang selalu disambut protes besar-besaran di Korea dan Cina. Korea yang terbelah dua pun juga tersurut konflik. Pecahnya Perang Korea pada 1950 menjadi titik awal konflik antara utara dan selatan, akibat beda ideologi, sampai sekarang. Lalu Cina juga berkonflik dengan Taiwan soal status Taiwan dari Cina yang dianggap sebagai provinsi yang membangkang. Konflik ini terjadi akibat perang saudara yang berlangsung di Cina pasca-terusirnya Jepang dari Cina. Dan dengan Vietnam, Cina pun berkonflik mengenai Kepulauan Spratly. Kedua negara pun pasca Perang Dunia ke-2 pernah bertempur di perbatasan.
Nah, itulah sinosfer. Kondisi/suasana budaya yang memang berasal dan dipengaruhi oleh Cina. Kesamaan itu terkadang membuat kita sulit membedakan pada tampang, mana yang Cina, mana yang Jepang, mana yang Korea. Hanya ketika mendengar bahasanya dan melihat tulisannya, kita baru tahu. Meskipun sama, tak selamanya beberapa negara itu kompak jika berbenturan dengan kepentingan nasionalnya. Ya seperti Indonesia dan Malaysia saja.