Pages

Rabu, 02 Oktober 2013

Tonle Sap, Warisan Keanekaragaman Hayati Kamboja

Jika di Indonesia mempunyai danau terbesar, Danau Toba, dan sudah cukup termashyur hingga ke seluruh jagad, Kamboja pun juga mempunyainya. Nama danau itu Tonle Sap. Danau ini terletak di Siem Reap, kota terbesar kedua di Kamboja setelah Phnomh Penh, ibu kota negara tersebut. Jaraknya dari kota sekira 19 kilometer, tepatnya berada di sebelah selatan. Tonle Sap merupakan danau terluas di Asia Tenggara. Jika kita mengarahkan mata ke peta Kamboja akan terlihat jelas sebuah cekungan besar.


Tonle Sap dalam bahasa Khmer berarti sungai besar air tawar. Penamaan itu merujuk pada keadaan danau yang merupakan campuran air sungai dan danau. Tak seperti danau-danau lainnya di muka bumi, Tonle Sap merupakan danau yang cukup unik. Pada musim penghujan panjang danau bisa mencapai 12.000 kilometer persegi dengan kedalaman air 12 meter. Sedangkan pada musim kemarau hanya mencapai 250 kilometer persegi dan kedalaman airnya hanya sedalam 1.50 meter. Jadi, dengan keadaan yang demikian ketika Anda berkunjung ke danau pada musim penghujan, Anda dapat menyaksikan keadaan air danau yang nampak menggenangi beberapa area. Seolah-olah pemandangan yang demikian memberikan kesan pada Anda sedang terjadi banjir.

 

Aliran danau berasal dari Sungai Tonle Sap yang mengarah pada Sungai Mekong, sungai terbesar di Asia Tenggara. Tonle Sap bukanlah sekedar danau. Ia merupakan rumah bagi beberapa masyarakat yang tinggal dan menggantungkan kehidupan di atas danau. Ada 1.115 keluarga yang tinggal di atas danau tersebut. Masyarakat ini melakukan kegiatan sehari-harinya di atas danau. Mulai dari mencari nafkah seperti memancing, menjaring dan membuat keramba ikan hingga mengolah lalu menjualnya ke daratan melalui perahu atau menjual di daerah apung tersebut. Rumah-rumah di atas danau itu dibuat terapung dan bisa dipindahkan sewaktu-waktu, terutama jika terjadi bencana alam. Keadaan terapung ini bisa kita samakan dengan di Banjarmasin yang mempunyai pasar apung.

Di Tonle Sap selain rumah terapung kita juga bisa menemukan penangkaran buaya siam. Namun buaya siam bukanlah spesies asli danau. Buaya ini hanya hidup di Sungai Mekong. Begitulah yang dikatakan kepada saya oleh seorang tukang perahu bermotor yang memandu kami dan menceritakan tentang Tonle Sap. Spesies asli danau ini adalah patin raksasa mekong dan merupakan spesies legendaris. Dikatakan legendaris sebab spesies ini merupakan spesies yang amat langka dan dilindungi. Dagingnya yang enak dan bernilai ratusan dolar menjadi penyebabnya hingga populasinya pun berkurang. Bahkan di danau ini pernah ditangkap ikan patin yang beratnya hampir mencapai 674 ponds. Berat itu melebihi berat normal yang dimiliki satwa air tersebut, yang berkisar antara 250-500 ponds dengan panjang antara 8 hingga 10 kaki.


Selain patin raksasa hidup juga beragam spesies lainnya. Kebanyakan dari spesies itu adalah burung-burung seperti pelikan dan elang. Perlu diketahui di Tonle Sap hidup 200 jenis burung dan ikan. Kebanyakan burung yang hidup merupakan jenis dari bangau. Apabila di suatu tempat masih terdapat bangau, itu berarti tempat tersebut masih bagus ekologinya. Bangau dalam sistem ekologi merupakan rantai penyeimbang makanan. Keadaan demikian masih terlihat di Tonle Sap. Tidak nampak sampah atau limbah. Danau itu masih terlihat bersih dan murni. Di beberapa bagian danau dibangun generator listrik untuk menyuplai listrik dari air danau tersebut. Tonle Sap bisa dibilang merupakan warisan berharga Kamboja sebab dari danau inilah situs sejarah Angkor terhidupi. Dan di sanalah keseimbangan lingkungan masih terjaga. Wajar jika pada 1997 UNESCO menetapkannya sebagai titik penting keanekaragaman hayati.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran