Jika di Indonesia mempunyai danau
terbesar, Danau Toba, dan sudah cukup termashyur hingga ke seluruh
jagad, Kamboja pun juga mempunyainya. Nama danau itu Tonle Sap. Danau
ini terletak di Siem Reap, kota terbesar kedua di Kamboja setelah
Phnomh Penh, ibu kota negara tersebut. Jaraknya dari kota sekira 19
kilometer, tepatnya berada di sebelah selatan. Tonle Sap
merupakan danau terluas di Asia Tenggara. Jika kita mengarahkan mata
ke peta Kamboja akan terlihat jelas sebuah cekungan besar.
Tonle Sap dalam bahasa Khmer berarti
sungai besar air tawar. Penamaan itu merujuk pada keadaan danau yang
merupakan campuran air sungai dan danau. Tak seperti danau-danau
lainnya di muka bumi, Tonle Sap merupakan danau yang cukup unik. Pada
musim penghujan panjang danau bisa mencapai 12.000 kilometer persegi
dengan kedalaman air 12 meter. Sedangkan pada musim kemarau hanya
mencapai 250 kilometer persegi dan kedalaman airnya hanya sedalam
1.50 meter. Jadi, dengan keadaan yang demikian ketika Anda berkunjung
ke danau pada musim penghujan, Anda dapat menyaksikan keadaan air
danau yang nampak menggenangi beberapa area. Seolah-olah pemandangan
yang demikian memberikan kesan pada Anda sedang terjadi banjir.
Aliran danau berasal dari Sungai Tonle
Sap yang mengarah pada Sungai Mekong, sungai terbesar di Asia
Tenggara. Tonle Sap bukanlah sekedar danau. Ia merupakan rumah bagi
beberapa masyarakat yang tinggal dan menggantungkan kehidupan di atas
danau. Ada 1.115 keluarga yang tinggal di atas danau tersebut.
Masyarakat ini melakukan kegiatan sehari-harinya di atas danau. Mulai
dari mencari nafkah seperti memancing, menjaring dan membuat keramba
ikan hingga mengolah lalu menjualnya ke daratan melalui perahu atau
menjual di daerah apung tersebut. Rumah-rumah di atas danau itu
dibuat terapung dan bisa dipindahkan sewaktu-waktu, terutama jika
terjadi bencana alam. Keadaan terapung ini bisa kita samakan dengan
di Banjarmasin yang mempunyai pasar apung.
Di Tonle Sap selain rumah terapung kita
juga bisa menemukan penangkaran buaya siam. Namun buaya siam bukanlah
spesies asli danau. Buaya ini hanya hidup di Sungai Mekong. Begitulah
yang dikatakan kepada saya oleh seorang tukang perahu bermotor yang
memandu kami dan menceritakan tentang Tonle Sap. Spesies asli danau
ini adalah patin raksasa mekong dan merupakan spesies legendaris.
Dikatakan legendaris sebab spesies ini merupakan spesies yang amat
langka dan dilindungi. Dagingnya yang enak dan bernilai ratusan dolar
menjadi penyebabnya hingga populasinya pun berkurang. Bahkan
di danau ini pernah ditangkap ikan patin yang beratnya hampir
mencapai 674 ponds. Berat itu melebihi berat normal yang
dimiliki satwa air tersebut, yang berkisar antara 250-500 ponds
dengan panjang antara 8 hingga 10 kaki.
Selain patin raksasa hidup juga beragam
spesies lainnya. Kebanyakan dari spesies itu adalah burung-burung
seperti pelikan dan elang. Perlu diketahui di Tonle Sap hidup 200
jenis burung dan ikan. Kebanyakan burung yang hidup merupakan jenis
dari bangau. Apabila di suatu tempat masih
terdapat bangau, itu berarti tempat tersebut masih bagus ekologinya.
Bangau dalam sistem ekologi merupakan rantai penyeimbang makanan.
Keadaan demikian masih terlihat di Tonle Sap. Tidak nampak sampah
atau limbah. Danau itu masih terlihat bersih dan murni. Di beberapa
bagian danau dibangun generator listrik untuk menyuplai listrik dari
air danau tersebut. Tonle Sap bisa dibilang merupakan warisan
berharga Kamboja sebab dari danau inilah situs sejarah Angkor
terhidupi. Dan di sanalah keseimbangan lingkungan masih terjaga.
Wajar jika pada 1997 UNESCO menetapkannya sebagai titik penting
keanekaragaman hayati.
0 komentar:
Posting Komentar