Komunikasi
memang merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Hal ini
dikarenakan manusia adalah makhluk yang membutuhkan komunikasi untuk
bisa menyampaikan sesuatu yang ingin disampaikannya. Namun dalam
penyampaian pesan itu, tentu dibutuhkan sebuah medium. Medium inilah
yang nanti akan menjadi sebuah pesan penting sepertin yang pernah
diungkapkan McLuhan “medium is the message”. Pendapat McLuhan ini
didasarkan pada anggapan bahwa bukan suara atau penerimaan gelombang
yang berpengaruh penting seperti yang pernah diungkapkan oleh Shannon
dan Weaver, tetapi medium atau perantara yang dipakai dalam
penyampaian dan penerimaan pesan.
Medium
atau perantara inilah yang di kemudian hari menjadi unsur penting
komunikasi antar-manusia, baik individu maupun kelompok. Dalam
sejarahnya, komunikasi manusia dimulai dengan komunikasi berupa
tanda-tanda visual dan isyarat seperti asap, api, coret-coretan di
gua dan gerakan anggota tubuh. Komunikasi-komunikasi semacam itu
membutuhkan medium seperti batu dan kayu untuk menyalakan api serta
dinding gua untuk mencorat-coret dan gerakan tangan atau suara mulut
untuk membuat isyarat. Dalam perkembangan selanjutnya, medium dalam
berkomunikasi berkembang menjadi sebuah medium dalam bentuk fisik
seperti manuskrip, buku, perkamen, dan surat. Semua medium itu
mengembangkan komunikasi tertulis. Sedangkan untuk komunikasi lisan
mediumnya berupa maklumat atau pengumuman di depan publik. Seiring
berjalannya waktu, berkembanglah medium komunikasi yang hendak
menggantikan surat. Medium komunikasi itu berupa alat yang
dihubungkan oleh kabel dalam jarak sekitar beberapa meter. Melalui
kabel itulah terjadi semacam gelombang penyampaian suara dari si
pengirim dan penerima sehingga dalam jarak jauh pun pesan akan
terterima. Konsep medium komunikasi ini hendak menggantikan medium
komunikasi berupa mulut yang harus digunakan untuk berteriak dari
jarak jauh.
Konsep
medium komunikasi inilah yang akan mengilhami pembuatan telepon oleh
Alexander Graham Bell pada abad ke-19. Pada perkembangan selanjutnya
telepon akan menjadi alat komunikasi paling penting dalam kehidupan
manusia sebab kemampuannya untuk bisa berinteraksi dalam jarak sejauh
apa pun, baik dalam hitungan ribuan atau milyaran kilometer. Dengan
telepon pun, peran penyampaian informasi secara lisan yang dilakukan
dengan mengumpulkan orang-orang di alun-alun atau berteriak
keras-keras supaya bisa didengar mulai ditinggalkan. Telepon pun
dianggap paling efektif karena bisa berbicara tanpa harus keluar dari
rumah terlebih dahulu. Pada abad ke-20, penggunaan teknologi medium
komunikasi ini semakin meningkat meskipun beberapa medium lain
seperti surat dan telegram masih dibutuhkan. Ini karena sifat telepon
yang ekslusif dan terbatas dan hanya diperuntukkan bagi kalangan
tertentu saja. Belum lagi ditambah dengan biaya pemasangan telepon
itu sendiri yang membutuhkan teknisi dan segala macam tetek-bengek.
Seiring
berjalannya waktu, manusia mulai memikirkan sebuah medium komunikasi
yang bisa bergerak alias mobile. Konsep mobile amat diperlukan
manusia sebab sifat dari manusia itu sendiri yang suka melakukan
pergerakan ke manapun tanpa bisa dilarang, terutama ke tempat-tempat
publik. Konsep ini menjadi amat sangat penting ketika telepon sebagai
sebuah medium komunikasi modern dirasa tidak bisa mewakili keinginan
manusia tersebut. Telepon terhalang oleh tempat dan kabel yang hanya
terpasang pada area telepon tersebut. Sungguh suatu hal yang mustahil
untuk bisa membawanya keluar dari area tersebut. Pada gilirannya,
lahirlah sebuah konsep mobile berupa telepon genggam, yaitu sebuah
medium komunikasi yang bisa dibawa kemana saja alias tanpa kabel atau
wireless. Medium komunikasi ini hanya membutuhkan sinyal sebagai
unsur penghidup komunikasi.
Mengenai
medium komunikasi bergerak sebenarnya sudah muncul pada abad ke-19 .
Dan ini lagi-lagi oleh Alexander Graham Bell. Ia bersama rekannya
menciptakan fotofon, yaitu sebuah alat untuk melakukan percakapan
melalui berkas cahaya yang menghasilkan gelombang elektromagnetis.
Selain Bell, ahli fisika Jerman, Heinrich Hertz menciptakan gelombang
dari dua titik yang berbeda. Kemudian Guglielmo Marconi dianggap
sebagai tonggak sukses komunikasi tanpa kabel atau bergerak ketika
menciptakan sebuah alat komunikasi bernama radio yang mampu
mengirimkan pesan ke Samudera Atlantik.
Sifat
radio yang wireless dan bisa bergerak kemudian mulai memunculkan
konsep telepon seluler, yaitu penggabungan antara radio dan telepon
yang kemudian dipasang ke dalam kendaraan bergerak seperti mobil dan
motor. Tercatat Kepolisian Chicago di Amerika Serikat melakukannya
pada 1921. Komunikasinya bersifat satu arah. Pada 1940, Motorola,
sebuah perusahaan telekomunikasi di Amerika Serikat mengembangkan dan
menciptakan alat komunikasi seluler yang disebut dengan handy-talkie.
Komunikasi yang dimuat di dalamnya mulai bersifat dua arah. Penemuan
alat komunikasi ini menandai generasi komunikasi yang disebut dengan
generasi 0. Pecahnya Perang Dunia Kedua (1939-1945) berpengaruh
terhadap penggunaan alat ini terutama ketika di lapangan. Dalam
perkembangan-perkembangan selanjutnya, militerlah yang menjadi pihak
yang pertama kali menggunakan medium komunikasi seperti ini di saat
terjadinya pertempuran. Militer jugalah yang pertama kali menggunakan
salah satu teknologi dalam komunikasi seluler, yaitu CDMA, yang
awalnya digunakan untuk mengganggu transmisi musuh.
Pasca-Perang
Dunia Kedua, tepatnya pada 1970-an, berkembang dan ditemukanlah
telepon seluler generasi 1 oleh Motorola dan Nordic Mobile Telephone.
Dinamakan generasi 1 karena masih menggunakan teknologi 1G yang masih
bersifat analog dan menggunakan frekuensi AMPS antara 825 Mhz-894
Mhz. Sifatnya yang analog hanya memungkinkan komunikasi yang bersifat
regional belum lagi dengan ukuran yang cukup besar. Hal-hal yang
demikian menjadi penghalang bagi pengguna untuk bisa berkomunikasi
dengan cara bergerak.
Pada
era 90-an muncullah teknologi telepon seluler 2G atau generasi kedua
yang sudah menggunakan teknologi CDMA dan GSM. Frekuensi yang
digunakan berkisar pada 900 Mhz-1800 Mhz. Pada masa ini teknologi 2G
memungkinkan dimasukkannya fitur mengirim pesan singkat atau SMS.
Sinyal yang digunakan bukan lagi sinyal analog, melainkan digital.
Penggunaan chip pada telepon seluler memungkinkan bentuknya bisa
menjadi kecil dan benar-benar seukuran kantung. Teknologi 2G inilah
yang memungkinkan tidak terbatasnya pergerakan komunikasi bergerak.
Kemudian
pada era 2000-an muncullah teknologi 3G atau generasi ketiga. Di
sinilah telepon seluler mulai dicangkokkan program internet yang
memungkinkannya menjadi internet bergerak atau mobile internet. Dalam
teknologi generasi ketiga ini terdapat 3 standar yaitu, EDGE,
Wideband-CDMA, dan CDMA 2000. Pada masa teknologi ini fungsi telepon
seluler mulai mendekati fungsi komputer.
Terakhir,
adalah generasi keempat atau 4G. Sistem 4G ialah sistem yang mencoba
menawarkan beberapa infrastruktur dalam bertelekomunikasi seluler.
Infrastruktur seperti wireless, broadband, Wireless LAN, dan
Bluetooth digabung menjadi satu dan memungkinkan heterogenitas IP
pengguna untuk menggunakan sistem di manapun dan kapanpun. Teknologi
4G memungkinkan juga pengiriman data secara cepat dan tak terbatas.
Tentu
saja lahirnya generasi teknologi telepon seluler yang begitu cepat
ini sejalan dengan teori difusi inovasi yang pernah dipancangkan oleh
Rogers Everett. Teori ini mengatakan bahwa teknologi itu dapat
diterima oleh masyarakat. Penerimaan masyarakat akan teknologi
sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Hal ini juga
berdampak pada telepon seluler itu sendiri. Sebagai bagian penting
dari komunikasi bergerak, pada kenyataannya, telepon seluler yang
kini berubah menjadi telepon cerdas menjadi unsur terpenting dalam
kehidupan manusia. Teknologi yang pada awalnya hanya digunakan untuk
berkomunikasi dengan mengikuti pergerakan manusia berubah menjadi
teknologi yang bisa berkirim pesan singkat, menjelajalah internet,
dan bermain game. Hal inilah yang nanti merubah perilaku manusia
sebagai pengguna telepon genggam. James Katz dalam Handbook
of Mobile Communication
Studies menyatakan adanya apparatgeist,
yaitu budaya dan teknologi sebagai faktor penentu perilaku individu
yang cukup kolektif. Perilaku individu ketika berhadapan dengan
telepon genggam telah membuat individu itu tidak menyadari ruang dan
waktu dan tidak menyadari realita di sekelilngnya. Telepon genggam pun
menjadi ajang korporasi sosial yang memungkinkan
perusahaan-perusahaan pembuat telepon genggam terus membuat dan
menyediakan telepon genggam lalu bersaing satu sama lain demi
kepuasan dan usaha mencari konsumen.
Revolusi
telepon genggam cukup berpengaruh di negara manapun, termasuk di
Indonesia. Negeri berpenduduk 240 juta jiwa ini 80% penduduknya
menggunakan telepon genggam dengan kisaran satu orang mempunyai satu
atau lebih telepon genggam. Di Indonesia, revolusi telepon genggam
juga dimanfaatkan untuk, kebanyakan, berselancar di internet, instant
messeging. Selain itu, sms dan terakhir, menelepon. Tampak fungsi
telepon genggam telah menyimpang dari fungsi aslinya. Banyak kasus
yang terjadi dalam penyalahgunaan telepon genggam di Indonesia
seperti merekam video mesum atau kekerasan untuk kemudian diunggah ke
YouTube.
0 komentar:
Posting Komentar