Juni 1665. Sebuah nama baru dipancangkan besar-besar untuk menggantikan nama yang telah lama eksis di wilayah yang berada di muara Sungai Hudson dan berlanjut ke Teluk Manhattan, New Amsterdam. Nama baru itu merupakan hasil dari peperangan antara Belanda dan Inggris dalam Perang Inggris-Belanda ke-2 (1665-1667), sebuah perang antara dua negara penjelajah akibat rute pelayaran dan perdagangan mencari dunia baru. Adanya nama baru itu pun mengakhiri kekuasaan Belanda atas koloninya di Amerika Utara, dan selanjutnya dengan menyandang New York, nama tempat di Inggris, York tempat itu menjadi kota megapolitan terbesar di AS dan dunia.
***
Gambaran di atas sebenarnya merupakan sebuah peristiwa bersejarah mengenai sesuatu yang baru. Dalam hal ini adalah tempat. Memang, pada masa awal pencarian dunia baru, para penjelajah dari Eropa seringkali menandai tempat yang ditemukan dengan sebutan "baru". Baru di sini juga untuk menandakan bahwa segala sesuatunya haruslah baru, dan lepas dari hal-hal yang berbau lama. Meskipun, hal yang lama itu tetap dicantumkan setelah new. Contohnya New (Nieuw) Amsterdam, New England, atau New Sweden.
younggov.org |
Nama penamaan nama dengan kata "new" lalu diikuti tempat yang berbau lama, tempat asal juga karena para penjelajah itu merasakan kerinduan akan kampung halaman yang sangat atau semangat kedaerahan. Contoh, Batavia, nama dahulu Jakarta, aslinya bernama Nieuw Hoorn, tempat asal sang penemu, J.P.Coen. Namun, nama itu ditolak oleh Heeren Zeventien, Dewan Kehormatan VOC. Belanda memang mempunyai semangat kedaerahan tempat asal ketika menemukan tempat baru. Maklum, VOC dibentuk sebagai kongsi dagang yang berfungsi menyatukan para pedagang asal Belanda yang berlainan provinsi di "negeri kincir angin" tersebut. Tak hanya Batavia, beberapa nama tempat di dunia juga demikian. Sebut saja New Zealand atau dalam bahasa Indonesia disebut Selandia Baru. Nama ini berasal dari kata Belanda, Nieuw Zeeland. Zeeland sendiri adalah salah satu provinsi di negeri tersebut.
Namun, baru bisa berarti juga untuk identifikasi dengan tempat asal bermula. Nieuw Guinea, merupakan contoh bagaimana Belanda menamakan tempat itu hanya karena para penduduk aslinya memiliki kesamaan dengan penduduk Guinea yang terletak di Afrika Barat, rambut keriting, mulut tebal, dan kulit hitam, meskipun para penduduk yang sekarang menjadi Provinsi Papua di Indonesia termasuk ke dalam ras melanesia yang berasal dari Pasifik. Di Afrika Barat, Belanda memang mempunyai koloni dengan nama Guinea, yaitu Dutch Guinea (Guinea Belanda), untuk menandai bahwa Guinea itu punya Belanda. Ini karena negara-negara Eropa lain juga punya koloni di sana. Penamaan itu juga karena Belanda harus menyerahkan koloninya yang sekarang bernama Ghana ke tangan Inggris.
Penamaan nama tempat dengan "baru" di belakang hanya berlaku di dunia bahasa yang mengutamakan diterangkan-menerangkan (DM). Dalam hal ini bahasa-bahasa yang termasuk rumpun bahasa Austronesia, Indonesia dan Malaysia, yang berakar dari bahasa Melayu. Di dunia bahasa itu, utamanya di Malaysia, ada sebuah tempat bernama Johor Bahru. Kota yang termasuk kota metropolitan kedua di Malaysia setelah Kuala Lumpur itu merupakan Ibu Kota dari Negara Bagian Johor. Penamaan itu jelas untuk membedakan dengan Johor sebagai ibu kota negara bagian. Penamaan itu merupakan penamaan ulang dari kota yang sebelumnya bernama Tanjung Puteri.
Di Indonesia, hal itu nampak pada Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau. Pekanbaru yang berasal dari kata pekan yang berarti pasar atau kota dan baru, sebenarnya merupakan sebuah tempat perdagangan yang ramai di pinggiran Sungai Siak, Senapelan. Perdagangan ramai yang berada di tempat yang baru ini, kemudian atas usul dewan adat dinamakan ulang, demi kepentingan komersial, menjadi Pekanbaru setelah Sultan Siak, Sultan Muhammad Ali berusaha menjadikannya sebagai pasar besar yang baru pada awal 1780-an. Hal ini merupakan jawaban atas kegagalan ayah sang sultan, Sultan Abdul Jalil Shah Alamuddin, mendirikan pasar besar di tempat yang sama.
Di Indonesia, hal itu nampak pada Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau. Pekanbaru yang berasal dari kata pekan yang berarti pasar atau kota dan baru, sebenarnya merupakan sebuah tempat perdagangan yang ramai di pinggiran Sungai Siak, Senapelan. Perdagangan ramai yang berada di tempat yang baru ini, kemudian atas usul dewan adat dinamakan ulang, demi kepentingan komersial, menjadi Pekanbaru setelah Sultan Siak, Sultan Muhammad Ali berusaha menjadikannya sebagai pasar besar yang baru pada awal 1780-an. Hal ini merupakan jawaban atas kegagalan ayah sang sultan, Sultan Abdul Jalil Shah Alamuddin, mendirikan pasar besar di tempat yang sama.
Baru tak hanya harus dimaknai sebagai tempat yang baru ditemukan, tetapi juga harus dimaknai bahwa segala sesuatu yang bersifat fisik dan mental haruslah baru tanpa harus mengubah nama kota itu. Contoh, konsep Jakarta Baru yang dicanangkan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi. Jakarta yang bebas kemacetan, banjir, urbanisasi, dan tetek-bengek lainnya. Hanya saja kebaruan itu baru terlihat sebagian dari orang baru di provinsi sekaligus Ibu Kota Indonesia itu.
0 komentar:
Posting Komentar