Kereta rel listrik atau KRL merupakan
pemandangan jamak bagi mereka yang tinggal di Jabodetabek. Di wilayah
megapolitan inilah, KRL menjadi transportasi utama sebagai akses ke
tempat bekerja, kawasan bisnis, perbelanjaan, pendidikan, dan juga
hiburan. Di Indonesia, Jabodetabek menjadi satu-satunya wilayah yang
jalur kereta apinya terelektrifikasi. Dari Maja di paling barat
elektrifikasi sampai Bogor di selatan, KRL Jabotabek yang telah
tersistem sepanjang 235 kilometer, telah memberangkatkan 500.000
penumpang per harinya. Kebanyakan penumpang itu ialah para pekerja
yang bekerja di pusat kota tetapi tinggal di daerah-daerah penyangga
yang dilalui jalur dan dekat dengan stasiun KRL. Kedekatan itulah
yang membuat para pekerja itu memilih KRL sebagai transportasi utama
untuk perjalanan pergi pulang ke dan dari tempat kerja. Alasan
lainnya, sifat KRL yang cepat tanpa hambatan serta ekonomis.
krl.co.id |
Hal inilah yang sering menyebabkan
kepadatan penumpang dari tempat asal ke tempat bekerja di pusat kota
dan begitu juga sebaliknya. Namun, hal yang berlawanan akan ditemukan
jika menggunakan kereta berlawanan arah. Salah satu contoh ialah
kereta ke arah Depok atau Bogor pada pagi hari yang nampak lengang
dan ramai oleh sekumpulan mahasiswa yang kuliah di pinggiran Jakarta
seperti di IISIP, Universitas Pancasila, Universitas Indonesia, dan
Universitas Gunadarma.
Namun, apabila kereta mengalami
gangguan seperti aliran listrik yang mati dan tersendat atau gerbong
kereta yang tiba-tiba berhenti di lintasan, akan muncul hal-hal
menjengkelkan yang membuat penumpang resah, kesal, marah, keki, dan
mau tidak mau memilih moda transportasi lain ke tempat tujuan.
Gangguan bukan sebatas itu saja. Ada gangguan yang bersifat force
majeur seperti banjir yang biasa terjadi pada di lintasan-lintasan
atau stasiun-stasiun yang bersebelahan dengan Sungai Ciliwung. Sebut
saja Sudirman, Tanah Abang, dan Kampung Bandan. Tetapi, tetap saja
KRL merupakan transportasi yang masih dianggap terbaik sebab tanpa
hambatan dan berjalan di jalur yang sudah ditetapkan tanpa harus
diganggu oleh kendaraan lain. Hal yang demikian biasanya terlihat
pada TransJakarta.
KRL Jabodetabek atau KA Commuter
Jabodetabek mempunyai enam jalur atau lintasan. Enam lintasan itu
tersebar di lima kota administratif di Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi,
Tangerang, dan Tangerang Selatan. Total tiga provinsi dilintasi KRL,
yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Dari enam lintasan, hanya
lima yang aktif, yaitu jalur merah untuk jurusan Jakarta Kota-Bogor,
Jakarta Kota-Depok, jalur kuning Jatinegara-Bogor, Jatinegara-Depok,
jalur biru Jakarta Kota-Bekasi, jalur coklat Duri-Tangerang, dan
jalur hijau Tanah Abang-Maja. Sedangkan jalur yang tidak aktif, jalur
merah jambu yang diperuntukkan untuk jurusan Tanjung Priok-Jakarta
Kota. Tidak aktifnya jalur ini disebabkan beberapa hal, terutama
masalah penertiban kawasan di sekitar jalur. Penertiban diperlukan
untuk keselamatan perjalanan kereta api di sepanjang kawasan yang
akan dilalui.
irfan-rhinoarashi.blogspot.com |
Setiap jalur mempunyai karakteristik
tersendiri. Jalur merah dan jalur biru mempunyai lintasan dan stasiun
melayang, yaitu Jayakarta, Mangga Besar, Sawah Besar, Juanda,
Gondangdia, dan Cikini. Awalnya, lintasan dan stasiun ini berada di
bawah dan bersisian dengan jalan raya. Namun, karena dirasa padat
lalu lintas yang dekat dengan lintasan-lintasan dan stasiun-stasiun
tersebut dan akan sangat membahayakan pengguna moda transportasi
lainnya, lintasan-lintasan dan stasiun-stasiun itu dinaikkan dan
dibuat megah. Sebenarnya, ada satu lagi lintasan dan stasiun
melayang, yaitu Stasiun Gambir. Sayang, stasiun yang juga termasuk
stasiun tertua di Jakarta ini hanya dijadikan stasiun lintasan dan
diperuntukkan bagi kereta-kereta Jawa. Pada jalur merah yang nampak
lurus ke arah Bogor terdapat satu kotamadya yang berbatasan langsung
dengan Jakarta, Depok. Keberadaan Depok di jalur merah tidak bisa
dilepaskan dari sejarah keberadaan kota tersebut dan dibangunnya
jalur yang menghubungkan Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor) via
Depok pada abad ke-19. Depok juga merupakan kota tempat dipo KRL yang berjarak 1 kilometer dari Stasiun Depok. Selain itu, di jalur ini terdapat dua
perguruan tinggi yang dijadikan nama stasiun karena letak keduanya
yang dekat dengan lintasan KRL, Universitas Pancasila dan Universitas
Indonesia. Karakteristrik lain, terdapat jalur dan Stasiun Cawang
yang jalurnya berada di bawah jalan raya MT Haryono. Di jalur merah
terdapat salah satu stasiun yang renovasinya dikerjakan oleh Antam
dan dijadikan stasiun percontohan, Tanjung Barat. Jalur merah
merupakan jalur tertua KRL sebab mulai beroperasi pada 1930.
curhatkrl.blogspot.com |
Di jalur biru, karakteristik yang
sebentar lagi muncul ialah jalur ganda-ganda yang menghubungkan
Manggarai hingga ke Cikarang. Jalur itu dibangun sebagai jawaban atas
padatnya jalur timur ke Bekasi yang juga merupakan jalur kereta api
ke Bandung dan Jawa. Kepadatan itu yang membuat perjalanan kereta di
jalur ini harus mengantre dan mengalah. Karena itu, perlu dibuat
jalur khusus KRL dan kereta Jawa. Di jalur ini terdapat Stasiun
Cakung yang di atasnya melintas flyover bus ke Terminal Pulo Gebang
dan melintasi Kanal Banjir Timur. Pada jalur ini ada dua stasiun
tidak aktif dan hanya dijadikan perlintasan, Cipinang dan Rawa Bebek.
Bekasi menjadi titik akhir dari jalur ini. Kabarnya, elektrifikasi
jalur hendak diperpanjang sampai Cikarang.
krl-jabodetabek.cocolog-nifty.com |
Jalur lainnya, jalur kuning, atau
tepatnya Jakarta Loopline merupakan jalur yang melingkari kota
Jakarta. Lingkaran itu dimulai dari Stasiun Manggarai lalu berakhir
di Jatinegara. Antara jalur kuning dan jalur merah mempunyai jalur
yang sama mengarah ke Depok dan Bogor namun berlainan ketika berada
di Manggarai. Jalur ini mempunyai 30 stasiun dan merupakan jalur
terpanjang di Jabodetabek. Stasiun-stasiun di jalur ini beberapa
bersebelahan dengan Sungai Ciliwung seperti Sudirman, Tanah Abang,
dan Kampung Bandan. Apabila musim hujan datang dan banjir, dipastikan
stasiun-stasiun itu akan berhenti beroperasi. Salah satu stasiun di
jalur ini, Kampung Bandan merupakan stasiun yang cukup unik karena
mempunyai satu jalur di atas dan di bawah. Di atas jalur mengarah ke
Ancol. Di bawah ke Jakarta Kota. Stasiun Kampung Bandan merupakan
salah satu stasiun tertua di Indonesia. Di stasiun ini tersedia
kereta pengumpan ke Jakarta Kota, KRLI Prajayana atau Djoko Lelono 3.
Kampung Bandan, selain Stasiun Sudirman, juga merupakan stasiun
favorit para penglaju karena letaknya yang berada di belakang
pusat-pusat bisnis dan perbelanjaan di Mangga Dua. Di seberang
stasiun ini terdapat Jakarta Inner Ring Road. Pada jalur kuning yang
berawal dari Jatinegara, salah satu stasiun dari masa kolonial serta
titik akhir pertama elektrifikasi jalur Jabodetabek pada 1925,
terdapat beberapa stasiun tidak aktif. Di antaranya, Mampang, Angke,
dan Pasar Senen. Untuk Angke dan Pasar Senen, kedua stasiun ini hanya
diperuntukkan bagi kereta ke arah barat (Banten) dan timur (Jawa
Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur). Jalur kuning juga
merupakan jalur dengan deretan perumahan kumuh di pinggir lintasan.
Dimulai dari Tanah Abang hingga Kampung Bandan. Puncaknya di Duri
yang berada di wilayah Tambora, salah satu wilayah di Jakarta yang
kerap ditimpa kebakaran.
Jalur selanjutnya ialah jalur coklat.
Jalur ini menghubungkan Duri dengan Tangerang. Jalur coklat bisa
dibilang merupakan jalur terpendek daripada jalur-jalur lain KA
Commuter Jabodetabek. Jalur ini hanya mempunyai 8 stasiun aktif dan 3
stasiun non-aktif, yaitu Grogol, Taman Kota, dan Tanah Tinggi. Jalur
coklat awalnya hanya mempunyai satu jalur namun kemudian dibuat dua
sehubungan dengan proyek kereta Bandara Soekarno-Hatta yang akan
dimulai dari Duri lalu ke Tanah Tinggi, Batu Ceper hingga ke bandara.
Pada jalur baru itu ada yang melintasi Cengkareng Drain. Jalur ini
mempunyai bentuk-bentuk stasiun yang agak berbeda dengan stasiun
kebanyakan di Jabodetabek. Dimulai dari Pesing hingga Batu Ceper,
stasiun-stasiun ini di jalur ini mempunyai peron dengan turunan dan naikan tidak
berundak dan mulus seperti perosotan. Lainnya, stasiun-stasiun di
jalur ini mempunyai pagar melengkung yang dibatasi tembok coklat di
antara pagar-pagar itu. Jalur coklat nampaknya merupakan jalur yang
teramat khusus sebab kereta yang ada di dalam jalur ini juga kereta
khusus, yaitu kereta buatan INKA dan BN Holec. Aslinya, kereta ini
bukanlah barang lama dalam sejarah KRL di Indonesia. Memulai debut
pada 1994, kereta ini awalnya merupakan kereta ekonomi yang bisa
dibilang tercanggih pada zamannya. Sayangnya, seiring berjalannya
waktu kereta ini pun menjadi kereta kumuh. Kereta juga sering
mengalami kerusakan. Belum lagi kesulitan suku cadang sehingga kereta
ini dipensiunkan dan dibuang ke Purwakarta. Mengingat usianya yang
masih layak dan dapat dipertahankan, PT KCJ, operator KRL, memutuskan
meretrofit kereta ini dengan mengirim kembali ke INKA dan mesinnya
diganti dengan mesin Woojin dari Korea Selatan. Stasiun terminus
jalur ini, Stasiun Tangerang merupakan stasiun besar dan tua yang
cukup sepi. Sama seperti Stasiun Jakartakota, stasiun ini merupakan
stasiun ujung. Dan sama seperti Stasiun Bogor, di depan stasiun
terdapat pasar.
kaskus.co.id |
Jalur terakhir ialah jalur hijau. Jalur
ini dibuka pada 2013 dan mengarah ke Tangerang Selatan dan Kabupaten
Bogor. Titik keberangkatan jalur ini dimulai dari Stasiun Tanah Abang
yang juga merupakan salah satu stasiun besar, tua, dan ramai karena
banyak penglaju yang ke stasiun ini untuk berbelanja pakaian di Pasar
Tanah Abang. Dari Tanah Abang jalur hijau akan terhubung ke Stasiun
Serpong, Parung Panjang, dan Maja. Jalur hijau merupakan jalur yang
unik karena beberapa stasiunnya berada di Banten dan Jawa Barat dan
silih berganti berputar seolah-olah beberapa kali memasuki dan keluar
dari tapal batas. Titik terakhir jalur ini ialah Maja yang sebenarnya
sudah berada di luar wilayah Jabodetabek karena berada di Lebak,
Banten. Bisa dibilang Maja merupakan stasiun terjauh KRL dan
merupakan stasiun kereta api terakhir dari perpanjangan elektrifikasi
yang dimulai dari Serpong lalu berlanjut ke Parung Panjang.
Dibandingkan jalur-jalur KRL lainnya, jalur hijau merupakan jalur
yang masih hijau dan perawan serta menawarkan banyak pemandangan asri
mengingat belum padatnya orang-orang yang tinggal di sekitar jalur
ini, kecuali di Serpong. Jalur ini melintasi jurang dan sungai serta
bersisian dengan jalan tol Jakarta-Serpong. Jalur ini, sebagaimana halnya jalur KRL, mempunyai jalur ganda. Namun jadwal
pemberangkatan lebih banyak ke Serpong daripada ke Parung Panjang
atau Maja yang hanya beberapa jam sekali. Ini dikarenakan jalur ini juga digunakan bagi kereta diesel ekonomi ac yang hendak ke Serang dan Merak sehingga selalu terjadi antrean setelah Stasiun Serpong. Di jalur hijau terdapat 1
stasiun tidak aktif, yaitu Ciater dan 1 stasiun baru, Jurangmangu
yang merupakan akses ke kampus STAN. Melihat potensi perkembangan
penduduk di jalur ini, PT KCJ berencana memperpanjang elektrifikasi
sampai Stasiun Rangkasbitung, yang merupakan salah satu stasiun
tertua di jalur ini selain Tanah Abang.
lintasanpelangi.blogspot.com |
Itulah karakteristik-karakteristik
jalur KRL Jabodetabek. Awalnya, jalur-jalur yang masuk dalam
lingkungan Daerah Operasi 1 Jakarta mempunyai 37 jalur yang kemudian
disederhanakan menjadi 6 dengan pemberian banyak warna. Beberapa
stasiun menjadi tumpuan transit semua jalur. Sebut saja Manggarai
(merah, kuning, dan biru), Duri (coklat dan kuning), Tanah Abang
(hijau dan kuning). Sedangkan Stasiun Jakartakota menjadi stasiun
pemberangkatan beberapa jalur, yaitu jalur merah dan biru. Beberapa
jalur dan stasiun juga terintegrasi dengan shelter bus TransJakarta. Yaitu Juanda (merah, biru), Cawang (merah, kuning), Manggarai
(merah, kuning, dan biru), Jakarta Kota (merah, biru), Jatinegara
(kuning, biru), Sudirman (kuning, merah), Kampung Bandan (kuning,
merah jambu), Gang Sentiong (kuning, merah), Pondok Jati (kuning,
merah), Kebayoran (hijau), Buaran, Klender Baru (merah, biru), dan
Palmerah (hijau). Bahkan ada jalur dan stasiun yang rencananya
terintegrasi dengan MRT Jakarta yang sedang dibangun, yaitu Kampung
Bandan dan Sudirman. Sedangkan Stasiun Manggarai akan dijadikan jalur
yang terintegrasi dengan kereta komuter bandara dan beberapa stasiun
di dekat Halim Perdanakusumah juga akan diintegrasikan dengan kereta
bandara ekspres. Selain terintegrasi dengan moda transportasi lain,
khususnya yang berada di DKI Jakarta, beberapa jalur atau stasiun di
luar DKI Jakarta juga terintegrasi, seperti dengan terminal bus.
Yaitu, Stasiun Depok Baru. Selain terintegrasi, beberapa stasiun di
luar Jakarta juga dekat dengan perumahan. Ini mengingat luar Jakarta
merupakan tempat tinggal sedangkan Jakarta tempat bekerja. Selain
perumahan, beberapa dekat dengan kantor-kantor pemerintahan dan
pusat-pusat perbelanjaan. Serpong, Cilebut, Citayam, Bojong Gede
merupakan contoh beberapa stasiun yang dekat dengan perumahan
sedangkan Depok Baru, Pondok Cina merupakan stasiun-stasiun yang
dekat pusat perbelanjaan, ITC Depok dan Depok Town Square. Stasiun
lainnya, Bogor dan Tangerang dekat dengan pusat perbelanjaan seperti
pasar tradisional dan modern, yaitu Pasar Anyar serta Taman Topi
Square dan Superindo. Kebanyakan stasiun terminus atau pemberhentian
akhir dekat dengan kantor pemerintahan. Bogor, Bekasi, Tangerang
merupakan contoh-contoh.
bismania.com |
Jalur dan stasiun KRL Jabodetabek yang
telah dimulai pada 1924 lalu bertahap pada 1927 hingga 1930 dan
berlanjut pada 2013 telah membantu mobilitas manusia yang tinggal di
Jabodetabek dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya, perombakan yang
dilakukan PT KCJ secara besar-besaran sejak 2011 dan terus berlanjut hingga sekarang telah mempengaruhi banyak orang
untuk pergi berkereta api ke tempat kerja daripada menggunakan
kendaraan pribadi. Hal itu sebagai bagian dari upaya mengurangi
kemacetan di ibu kota. Namun, tetap masih ada yang harus diperbaiki
seperti pelayanan dan aliran listrik yang kerap ngadat jika hujan
datang.
0 komentar:
Posting Komentar