Pages

Rabu, 01 Oktober 2014

Imperialisme Bahasa di PBB

Manusia adalah makhluk sosial atau zoon politikon. Begitu Aristoteles berkata. Kesosialan itu terlihat dari upaya manusia yang ingin selalu hidup berkelompok dan berorganisasi. Dalam berkelompok atau berorganisasi itu supaya tujuan-tujuannya dapat tercapai tentulah dibutuhkan komunikasi. Komunikasi kebanyakan berbentuk bahasa. Bahasa yang digunakan dapat berupa lisan, tulisan, atau gestur. Karena itu, dapat dikatakan bahasa merupakan aspek terpenting dalam sebuah kelompok/organisasi yang diciptakan manusia. Selain itu, bahasa yang dipergunakan dapat dimengerti semua pihak yang mendengarkan sehingga akan tercipta satu kesamaan dan pandangan meskipun latar belakang para pendengarnya berbeda-beda.
wikipedia

Hal itu yang sepertinya berlaku untuk sebuah organisasi internasional seperti PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa. Organisasi ini didirikan pada 1945 sebagai sebuah organisasi yang berupaya mencegah perang besar seperti Perang Dunia ke-2 terulang kembali serta berusaha menjaga perdamaian melalui misi-misi perdamaian yang sering diadakan ke beberapa negara yang sedang terkena konflik. Dalam prakteknya, status PBB sebagai organisasi internasional antar-negara dengan beranggotakan 193 negara, tentulah membutuhkan bahasa yang juga berstatus internasional sebagai komunikasi pengantar yang mudah dimengerti dan dipahami.

Dalam kesehariannya, PBB mempunyai 6 bahasa yang berstatus internasional. Bahasa ini juga merupakan bahasa resmi dan bahasa kerja. Mereka adalah bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Rusia, bahasa Cina, bahasa Spanyol, dan bahasa Arab. Melalui enam bahasa itu, para pemimpin negara atau diplomat yang kebetulan mendapat kesempatan berpidato di PBB bisa menggunakan satu dari enam bahasa tersebut. Terutama bagi mereka, perwakilan dari negara-negara yang memang menggunakan salah satu bahasa resmi itu. Namun bagi yang berasal bukan dari negara-negara yang tidak menggunakan bahasa-bahasa itu sama sekali bisa menggunakan bahasa resmi di negaranya yang kemudian akan diinterpretasikan ke dalam enam bahasa resmi PBB atau menggunakan salah satu dari enam bahasa itu.

Keenam bahasa resmi PBB itu digunakan dalam berbagai pertemuan yang diadakan PBB melalui badan-badannya seperti Sidang Umum, Dewan Keamanan, dan Dewan Ekonomi dan Sosial. Keenam bahasa itu bekerja melalui penerjemahan yang terus-menerus oleh para penerjemah lisan (interpreter). Para penerjemah lisan itu bernaung dalam salah satu badan PBB bernama United Nations Interpreter Service atau Badan Pelayanan Penerjemahan Lisan PBB. Para penerjemah lisan itu bekerja dalam meja khusus bahasa yang akan diterjemahkan dan tanpa henti sehingga cukup menguras tenaga. Mereka harus mengetahui bahasa-bahasa lain selain bahasa yang diterjemahkan. Misal, penerjemah bahasa Spanyol minimal harus mengetahui bahasa Inggris dan Prancis, namun belum tentu ia mengetahui bahasa Arab atau Cina. Begitu juga sebaliknya. Dalam prakteknya, para penerjemah lisan ini dikepalai oleh seorang koordinator multibahasa, suatu jabatan yang ada di PBB sejak 2000.
UN General Assembly hall
wikipedia
Setiap bahasa resmi di PBB mempunyai hari bahasa. Hari bahasa itu ada yang ditetapkan berdasarkan hari kelahiran seseorang yang cukup berpengaruh dalam sejarah bahasa mereka. Seperti bahasa Inggris yang mempunyai hari bahasa di PBB pada setiap 23 April. Tanggal itu merujuk pada hari kelahiran William Shakespeare, sastrawan Inggris yang memulai penggunaan bahasa Inggris modern dalam karya-karyanya seperti Hamlet dan Romeo dan Juliet. Dan ada juga yang ditetapkan berkaitan dengan penemuan tempat baru di abad-abad penjelajahan. Dan itulah yang berlaku pada bahasa Spanyol di PBB. Hari bahasa itu ditetapkan berdasarkan tanggal penemuan Amerika oleh Christopher Columbus pada 12 Oktober.

Kemudian akan timbul pertanyaan mengapa bahasa-bahasa itu yang menjadi bahasa resmi di PBB? Padahal ada banyak bahasa yang lain bagi sebagian orang sangatlah pantas menjadi bahasa di organisasi itu. Ini semua berkaitan dengan sejarah pendirian PBB pada 1945. Keberadaan bahasa-bahasa resmi di PBB sesungguhnya bersifat politis. PBB yang berawal dari Piagam Atlantik, yang drafnya dikeluarkan pada 1941 oleh Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Rooselvelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchil. Di dalam piagam itu disebutkan kata 'United Nations'. Kata ini diucapkan pertama kali oleh Presiden Rooselvelt sebagai istilah untuk merujuk pada negara-negara yang bersekutu dengan Amerika Serikat pada Perang Dunia ke-2 untuk melawan Jerman, Italia, dan Jepang.Piagam Atlantik itu kemudian berubah menjadi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 24 Oktober 1945 dan ditandangani oleh perwakilan dari 50 negara di San Fransisco, Amerika Serikat. Termasuk di antaranya lima negara sekutu pemenang perang; Amerika Serikat, Prancis, Uni Soviet, Rusia, dan Cina. Lima negara ini kemudian menjadi anggota tetap PBB yang mempunyai hak veto.

wikipedia
Sebab sifatnya yang politis, Piagam PBB itu kemudian dibuat dalam bahasa-bahasa negara-negara pemenang perang itu. Dan kemudian menjadi bahasa-bahasa resmi di PBB. Pertimbangan bukan sekadar mereka memenangkan perang, melainkan juga karena kekuatan yang dimiliki negara-negara itu. Amerika Serikat sebagai pemenang perang jelas merupakan kekuatan baru yang mempunyai dampak cukup besar pasca Perang Dunia ke-2. Apalagi Amerika memainkan peranan penting dalam penyebaran bahasa Inggris ke seluruh dunia melalui propaganda-propaganda politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Inggris dan Prancis, tetap masih dianggap berpengaruh meskipun merupakan kekuatan lama, terutama di Eropa dan negara-negara bekas jajahannya. Terutama Inggris yang kerap menjalin relasi Trans-Atlantik dengan Amerika. Sedangkan Uni Soviet merupakan kekuatan besar yang luas wilayahnya hingga mencapai Asia Tengah dan Siberia sehingga patut diperhitungkan. Begitu juga dengan Cina yang dianggap strategis, baik dari segi wilayah maupun keberadaan negara itu sebagai sekutu berharga Amerika dan Eropa di masa Perang Dunia ke-2 dalam menghadapi Jepang.  Selain kelima negara yang bahasanya dijadikan bahasa resmi di PBB, bahasa Spanyol pun dimasukkan karena faktor dukungan negara-negara di Karibia, Amerika Tengah, dan Amerika Latin terhadap para sekutu di masa Perang Dunia ke-2. Negara-negara ini menggunakan Spanyol sebagai bahasanya. Ironisnya, Spanyol sebagai negara asal bahasa ini bukanlah salah satu dari sekutu itu mengingat di masa perang negara ini menjalin hubungan persekutuan dengan Jerman.

Pada 1973, PBB memasukkan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi. Pertimbangannya lagi-lagi bersifat politis, yaitu minyak yang dihasilkan negara-negara petrodolar dan merupakan bahan penting bagi industri-industri di negara Barat. Selain minyak, kepentingan berinvestasi dan kekuatan negara-negara muslim (baik negara-negara Arab maupun non-Arab) juga menyertai.

Bila melihat pemaparan di atas, jelas pemilihan bahasa-bahasa resmi di PBB bukan melihat pada cakupan bahasa-bahasa itu dituturkan. Inggris dituturkan di 60 negara di lima benua dengan pusat di Amerika Serikat. Sementara Prancis di 29 negara. Spanyol 79 negara, Arab 27, Rusia dan Cina sama-sama berbagi angka 10. Hegemoni masa lalu juga cukup mempengaruhi. Seperti yang terlihat pada Inggris dan Prancis. Di masa lalu, terutama masa-masa kolonialisme dan imprealisme, kedua negara saling berlomba memiliki tanah-tanah jajahan di lima benua. Perlombaan itu berdampak pada penyebaran bahasa kedua negara masing-masing. Bahasa-bahasa itu dituturkan di wilayah-wilayah koloni. Jauh sebelum bahasa Inggris menjadi lingua franca seperti sekarang ini, bahasa Prancis terlebih dahulu yang mendapatkan status tersebut. Namun hal tersebut berubah pada 1919 ketika hendak ditandatanganinya Perjanjian Versailles yang menjadi perjanjian berakhirnya Perang Dunia ke-1. Atas permintaan Presiden Woodrow Wilson (AS) dan Perdana Menteri Lloyd George (Inggris), bahasa Prancis yang sedari awal hanya akan dijadikan bahasa resmi perjanjian mulai disandingkan dengan bahasa Inggris. Peristiwa ini dianggap sebagai perlawanan bahasa Inggris terhadap dominasi bahasa Prancis. Dari perjanjian itulah lahirlah Liga Bangsa-Bangsa yang kemudian menggunakan dua bahasa itu sebagai pengantar.

Akibat masa lalu yang cukup mempengaruhi itu, PBB pun, meskipun memasukkan bahasa selain Inggris dan Prancis sebagai bahasa resmi, tak pelak juga menjadikan mereka sebagai bahasa kerja di samping sebagai bahasa resmi. Selang beberapa tahun kemudian status-status bahasa resmi yang lain di PBB ditingkatkan menjadi bahasa kerja. Namun perubahan itu tak berdampak apa-apa. Inggris dan Prancis kerap mendominasi, dan belakangan Inggris. Di luar badan-badan utama PBB seperti Sidang Umum, Dewan Keamanan, dan Dewan Ekonomi dan Sosial, beberapa badan lainnya tetap memakai bahasa Inggris dan Prancis sebagai pengantar. Hal yang demikian membuat bahasa resmi lainnya tersingkir sehingga memunculkan kritik, terutama dari Spanyol yang meminta agar PBB memberi perhatian lebih. Situasi inilah yang oleh Robert Philipson disebut sebagai imperalisme bahasa, yaitu dominasi atau pemaksaan pemakaian satu bahasa terhadap bahasa lainnya. Situasi ini juga mengakibatkan hanya dipakainya satu bahasa tertentu dilihat dari efisiensi, jumlah penutur, dan hegemoni politik dan ideologi. Dalam hal ini, bahasa Inggris telah berhasil menempatkan diri sebagai bahasa wajib bagi para diplomat PBB, yang kemudian disusul oleh bahasa Prancis. Itu terlihat dari diwajibkannya para penerjemah lisan atau diplomat untuk bisa berbahasa satu dari dua, Inggris atau Prancis. Selain itu, penamaan misi perdamaian kebanyakan memakai dua bahasa itu meskipun di lapangan pada helm pasukan PBB lebih sering tertulis UN yang mengindikasikan bahasa Inggris lebih mengglobal daripada bahasa lainnya, terutama bahasa Prancis. Di jejaring sosial seperti Twitter tampak bahasa Inggris lebih mendominasi. Begitu juga untuk logo-logo/banner pertemuan tingkat tinggi lebih mengutamakan bahasa Inggris. Bahkan pesaing bahasa Inggris, bahasa Prancis pun dikritik karena hanya mempunyai jumlah penutur yang sedikit dibandingkan dengan bahasa Spanyol. Hal yang demikian memunculkan keinginan menjadikan bahasa Spanyol sebagai bahasa internasional kedua setelah bahasa Inggris. Namun semua tidak berarti jika dihadapkan pada hegemoni bahasa. Faktor lain yang cukup mempengaruhi ialah biaya penerjemahan dokumen ke semua bahasa resmi sehingga tidak efisien.

gimun.org

Dominasi satu bahasa terhadap bahasa lainnya di PBB yang menyebabkan imperealisme dan hegemoni bahasa hanyalah satu contoh ketika sebuah organisasi internasional antar-negara menghadapi permasalahan multibahasa di dalamnya. Permasalahan ini akan selesai jika ada persamaan status penggunaan bahasa-bahasa yang berada di dalam organisasi itu. Namun itu semua kadang tidak terlaksana akibat kurangnya biaya dan mengganggap penggunaan satu bahasa resmi lebih efisien apalagi jika ia berstatus lingua franca. Namun yang dialami PBB tidaklah terlalu kompleks bila dibandingkan dengan Uni Eropa yang mempunyai 24 bahasa resmi.



2 komentar:

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran