Pengertian
KRL Jogja-Solo adalah layanan kereta rel listrik komuter yang melayani rute Yogyakarta dan Solo yang masing-masing berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Layanan kereta rel listrik atau KRL ini merupakan yang pertama beroperasi di luar wilayah Jakarta dan sekitarnya atau Jabodetabek-Lebak. Karena itu, banyak orang yang mengasosikan KRL dengan Jakarta dan daerah-daerah penyangganya. Alasan dipilihnya Yogyakarta dan Solo sebagai tempat beroperasi selain Jabodetabek-Lebak adalah karena tingginya mobilitas masyarakat di kedua kota terutama yang menggunakan transportasi massal. Kebutuhan akan transportasi massal yang efisien, efektif, ekonomis, dan aman juga menjadi alasan lainnya. Kedua kota sebenarnya sudah mempunyai transportasi massal berupa kereta Prambanan Ekspres. Namun, kereta yang disingkat Prameks itu ternyata kehadirannya dirasa belum cukup jika dikaitkan dengan kecepatan dan efektivitas sebab masih memakai diesel sebagai mesin penggerak. Selain itu, daya angkut penumpang pada Prameks maksimal hanya 800. Bandingkan dengan KRL yang mampu mengangkut hingga 1.000 lebih. Kereta komuter Jogja-Solo sendiri diproyeksikan menggantikan Prameks.
Rute dan Stasiun
Rute untuk KRL Tanah Jawa ini sekitar 60 kilometer meliputi Yogyakarta-Klaten-Solo. Jarak ini tentu saja masih kalah jika dibandingkan dengan jarak KRL Jabodetabek-Lebak yang mencapai hingga 418 km. Rute yang digunakan ini juga menggunakan rute yang sudah ada, yang sebelumnya merupakan rute Prameks. Untuk stasiun sendiri, KRL Commuter Line Jogja-Solo mempunyai 11 stasiun, yaitu:
- ·
Stasiun
Yogyakarta
- ·
Stasiun
Lempuyangan
- ·
Stasiun
Maguwo
- ·
Stasiun
Srowot
- ·
Stasiun
Klaten
- ·
Stasiun
Ceper
- ·
Stasiun
Delanggu
- ·
Stasiun
Bawok
- ·
Stasiun
Purwosari
- ·
Stasiun
Solo Balapan
Yang perlu
diketahui beberapa stasiun terletak dekat atau mempunyai akses ke tempat-tempat
penting seperti tempat wisata atau fasilitas publik. Stasiun Yogyakarta dan
Lempuyangan dekat dengan tempat-tempat penting di Yogyakarta seperti Keraton
Yogyakarta, Benteng Vredeburg, dan Kebun Binatang Gembira Loka. Stasiun
Brambanan dekat dengan Candi Prambanan
dan Candi Ratu Boko, Stasiun Maguwo dekat dengan Bandara Adi Sucipto,
Stasiun Klaten dengan Watu Sepur Bayat, dan Stasiun Solo Balapan yang terkenal
karena Didi Kempot dekat dengan Keraton Surakarta dan Benteng Vastenburg. Tentu
saja letak stasiun yang dekat dengan tempat-tempat wisata akan semakin
memudahkan akses jika ditempuh dengan KRL yang punya kecepatan 90 kilometer per
jam. Bandingkan dengan Prameks yang hanya 70 km per jam. Ini seperti halnya di
Jabodetabek-Lebak yang beberapa stasiunnya juga dekat dengan tempat-tempat
wisata atau pemerintahan seperti Stasiun Jakartakota (kawasan Kota Tua Jakarta),
Stasiun Bogor (Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor), Stasiun Sudirman (kawasan
bisnis dan perdagangan), dan Stasiun Rangkasbitung (Museum Multatuli).
Operator
Operator KRL Jogja-Solo adalah PT KCI atau Kereta Commuter Indonesia, anak usaha PT KAI, yang juga mengoperasikan KRL Jabodetabek-Lebak sejak tahun 2008. PT KCI sendiri bermarkas di Jakarta tepatnya di Stasiun Juanda, salah satu stasiun KRL Jabodetabek-Lebak. Untuk daerah operasi, KRL Commuter Line Jogja Solo berada di Daerah Operasi 6 Yogyakarta.
Armada
Kereta listrik Jogja-Solo akan memakai armada berupa KRL KfW i9000, yaitu kereta listrik yang sebelumnya pernah beroperasi di lintas Jabodetabek-Lebak, dan terakhir sebelum dihentikan operasionalnya karena masalah teknis beroperasi di salah satu lintas, yaitu di jalur Jakartakota-Tanjung Priok. Kereta ini sendiri buatan PT INKA, BUMN yang memproduksi kereta api, dan Bombardier, perusahaan transportasi asal Kanada yang terkenal dengan berbagai produk kereta apinya untuk beberapa transportasi massal cepat seperti Berlin U-Bahn dan London Underground. KRL KfW ini tentu saja berbeda secara tampilan untuk lintas Jogja-Solo ini setelah dirapikan kembali di pabrik INKA di Madiun, yaitu mempunyai livery merah corak batik Jawa yang memang sesuai dengan Yogyakarta dan Solo sebagai dua pusat kebudayaan Jawa. Selain KRL KfW, kereta lain yang juga siap melintas adalah KRL JR-205 Series yang sudah malang-melintang di Jabodetabek-Lebak. KRL ini akan digunakan sebagai sarana untuk membantu dan melengkapi.
Tiket dan Harga
Untuk tiket
KRL Jogja-Solo akan menggunakan tiket elektronik seperti halnya KRL
Jabodetabek-Lebak. Tiket elektronik ini dapat berupa tiket harian berjaminan
atau THB, kartu multi trip atau KMT, dan kartu elektronik dari bank seperti
E-Money, Flazz, Brizzi, dan Tapcash. Untuk pembeliannya bisa dilakukan di
konter loket stasiun pada THB dan KMT sedangkan kartu bank bisa di bank yang
mengeluarkan kartu tersebut atau merchant-merchant
yang bekerja sama dengan bank yang bersangkutan. Kartu elektronik ini juga bisa
diisi ulang melalui konter atau vending machine sedangkan kartu bank pada bank
atau merchant-merchant yang bermitra
dengan bank-bank yang bersangkutan. Kartu-kartu ini kemudian di-tap di gate-gate elektronik yang ada di
stasiun. Cara ini tentunya lebih praktis daripada Prameks yang masih
mengandalkan tiket manual dan nomor tempat duduk.
Harga tiket
juga akan sama seperti di Jabodetabek-Lebak, yaitu berdasarkan kilometer. Untuk
1-25 kilometer pertama tiket dihargai Rp 3.000, dan 10 kilometer berikutnya
bertambah Rp 1.000 serta berlaku kelipatan. Namun hal ini masih menunggu
penyesuaian lebih lanjut. Lalu apakah pengguna KRL Jabodetabek-Lebak bisa
menggunakan layanan ini? Dilansir dari akun Twitter @AnkerTwitter pengguna di
Jabodetabek bisa menggunakan KRL Commuter Line Jogja Solo dengan kartu elektronik
yang ada.
Baca Juga: Jalur-jalur KRL Jabodetabek
Rencana Operasi
KRL Commuter
Line Jogja-Solo hingga saat ini masih menjalani serangkaian uji coba sebagai
proses adaptasi terhadap jalur-jalur dari Yogyakarta ke Solo yang sudah
dielektrifikasi. Rencananya KRL Tanah Jawa ini akan beroperasi pada Januari
2021 jika tidak ada halangan sama sekali dan semua perangkat siap dijalankan.
0 komentar:
Posting Komentar