Mobil berlampu depan pop-up atau lampu depan yang tersembunyi biasanya identik pada balapan mobil di sirkuit.
Namun ternyata mobil-mobil dengan tipe lampu seperti itu pernah juga membalap di WRC.
Bukanlah sesuatu yang aneh melihat mobil berlampu depan tersebut yang penampilannya sporty rela berkotor-kotoran di WRC.
Berikut adalah 6 mobil berlampu depan pop-up yang pernah melintas di WRC.
Bagi penggemar dan penggila WRC, tentulah tidak asing dengan mobil yang satu ini.
Mobil WRC asal Italia ini memang merupakan mobil reli legendaris sepanjang masa.
Diproduksi oleh Lancia yang bermarkas di Turin, Lancia Stratos HF akan dikenang sebagai mobil reli dengan tampilan gahar nan sporty desain dari Bertone yang mampu melesat kencang berkat mesin V6 dari Ferrari.
Stratos HF memang dibuat oleh pabrikan Lancia untuk berkompetisi di WRC.
Prototipe mobil ini pertama kali diperkenalkan di Turin Motor Show pada 1971.
Selama melintas di WRC Grup 4, mobil dengan desain putih hijau karena disponsori oleh Alitalia -maskapai penerbangan nasional Italia-- ini memenangi gelar juara pabrikan 3 kali berturut-turut, 1974, 1975, dan 1976.
Mobil reli ini terakhir memenangi seri reli pada 1981 tepatnya di Reli Korsika, dan menjadi penanda pergantian Grup 4 ke Grup B tahun berikutnya.
Ternyata Ferrari yang identik dengan F1 pernah juga berkiprah di WRC, tepatnya pada tahun 1978-1985.
Mobil yang dipakai adalah 308 GTB produksi 1975 yang diperkenalkan pada Paris Motor Show di tahun yang sama.
Mobil bermesin V8 ini dalam keikutsertaannya di WRC dipercayakan kepada firma enjiniring bernama Micheloto yang bertugas mendadani 308 GTB agar sesuai dengan spesifikasi WRC.
Pemberian kepercayaan kepada Micheloto dikarenakan Ferrari terganjal prioritas utama pada F1 sehingga tidak bisa meninggalkan benar-benar ajang mobil jet darat tersebut.
Hal inilah yang membuat Ferrari tidak bisa mengharumkan nama di WRC sebagaimana di F1.
Sepanjang berlaga di WRC, Tim Kuda Jingkrak hanya mampu sekali berprestasi, posisi kedua di Reli Korsika 1982 di Grup B.
Jepang menjadi negara kedua produsen mobil dengan lampu depan pop-up setelah Italia di WRC.
Pabrikan pertama yang debut dengan mobil berjenis lampu tersebut adalah Mazda.
Perusahaan otomotif yang bermarkas di Hiroshima ini tidak tanggung-tanggung langsung menurunkan jagoannya, RX-7 yang di masa produksinya termasuk salah satu mobil sport yang mumpuni, dengan mesin Wankel yang jadi andalan.
Dimulai dengan debut di WRC Grup 2 pada 1981, pada 1984 RX-7 yang digawangi oleh Mazda Rally Team Europe berlaga di Grup B.
Sayangnya, keputusan itu tidak didukung secara finansial oleh Mazda.
Hal yang demikian berimbas pada performa RX-7 di WRC yang bisa dibilang singkat.
Apabila di balapan IMSA mobil sport coupe ini berjaya sampai 10 kali juara berturut-turut, di WRC hanya sekali berprestasi, posisi tiga Reli Akropolis 1985.
Flagship dan rela berkotor-kotoran di WRC. Itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan BMW M1.
Mobil flagship keluaran BMW ini rela bermain di WRC hanya karena BMW Prancis yang ingin melihat mobil reli ini melintas di jalanan aspal reli negara mereka.
Gayung pun bersambut. BMW Jerman membolehkan lalu oleh BMW Prancis dibentuklah tim bernama Oreca yang akan menaungi mobil.
Untuk pembalap pun tidak main-main. Tercatat nama-nama seperti Bernard Darniche dan Bernard Beguin direkrut.
Pengalaman keduanya yang pernah juara reli di Prancis diharapkan bisa membawa M1 berjaya di WRC.
Sayang, keinginan itu tidak sejalan dengan kenyataan. M1 gagal di WRC.
Dimulai dari kegagalan mesin hingga pipa oli ditambah dengan performa M1 yang kikuk serta spesifikasinya yang terlalu besar untuk ukuran WRC.
Meski begitu, sepanjang berkarier di WRC, baik di Grup 4 dan B pada kurun waktu 1981, M1 sempat sekali berprestasi, posisi ketiga Reli Antibes 1983.
Bagi penggila otomotif, Nissan Silvia 200SX akan dikenal sebagai mobil yang jago diajak nge-drift. Versi ekspor dari 180SX ini pernah juga melintas di WRC.
Kehadiran Silvia 200SX berawal dari dihapuskannya Grup B pada 1987 akibat menewaskan Heri Toivonen dan Sergio Cresto dalam sebuah kecelakaan.
Grup B yang dihapus itu lalu diganti dengan Grup A yang spesifikasi mobil WRC-nya dibuat untuk berkendara dengan hati-hati.
Nissan yang kala itu masih memakai Silvia 240SX lantas memilih Silvia 200SX untuk memenuhi syarat homologasi.
Dengan menggunakan mesin 6 silinder yang masih jarang digunakan mobil-mobil WRC kala itu, Silvia 200SX berhasil menempati peringkat pertama Reli Pantai Gading 1988, posisi kedua di Reli Safari 1988 dan 1989.
Prestasi itu patut dibanggakan oleh mobil reli Jepang ini selama melintas di WRC dari tahun 1987 hingga 1989.
Sebab, setelah itu Nissan lebih fokus pada balapan sirkuit.
Mobil berlampu depan pop-up terakhir adalah Toyota Celica GT-Four/Turbo 4WD.
Untuk penggemar WRC mobil pabrikan Jepang ini bukanlah hal asing di WRC.
Hal ini karena banyak kejayaan yang melekat pada mobil reli ini yang identik dengan warna putih merah hijau di bodi mobil karena Castrol sebagai sponsor utama.
Bermesin turbo dan berpenggerak 4 roda, mobil yang memang spesifikasinya untuk reli ini mampu menjadi juara WRC pada kurun waktu 1990-1994, bersaing dengan Lancia Delta Integrale.
Persaingan keduanya bahkan dijadikan sebagai video game.
Bahkan dengan Celica pula Toyota juara dua kali berturut-turut untuk pabrikan pada 1993-1994.
Sayang, pada 1995 kejayaan Toyota berakhir setelah diketahui Celica memakai pembatas udara ilegal.
Akibatnya, oleh FIA dilarang berkompetisi di WRC selama setahun.
Namun ternyata mobil-mobil dengan tipe lampu seperti itu pernah juga membalap di WRC.
Bukanlah sesuatu yang aneh melihat mobil berlampu depan tersebut yang penampilannya sporty rela berkotor-kotoran di WRC.
Berikut adalah 6 mobil berlampu depan pop-up yang pernah melintas di WRC.
Lancia Stratos HF
tech-racingcars.wikidot.com |
Mobil WRC asal Italia ini memang merupakan mobil reli legendaris sepanjang masa.
Diproduksi oleh Lancia yang bermarkas di Turin, Lancia Stratos HF akan dikenang sebagai mobil reli dengan tampilan gahar nan sporty desain dari Bertone yang mampu melesat kencang berkat mesin V6 dari Ferrari.
Stratos HF memang dibuat oleh pabrikan Lancia untuk berkompetisi di WRC.
Prototipe mobil ini pertama kali diperkenalkan di Turin Motor Show pada 1971.
Selama melintas di WRC Grup 4, mobil dengan desain putih hijau karena disponsori oleh Alitalia -maskapai penerbangan nasional Italia-- ini memenangi gelar juara pabrikan 3 kali berturut-turut, 1974, 1975, dan 1976.
Mobil reli ini terakhir memenangi seri reli pada 1981 tepatnya di Reli Korsika, dan menjadi penanda pergantian Grup 4 ke Grup B tahun berikutnya.
Ferrari 308 GTB
forza-mag.com |
Mobil yang dipakai adalah 308 GTB produksi 1975 yang diperkenalkan pada Paris Motor Show di tahun yang sama.
Mobil bermesin V8 ini dalam keikutsertaannya di WRC dipercayakan kepada firma enjiniring bernama Micheloto yang bertugas mendadani 308 GTB agar sesuai dengan spesifikasi WRC.
Pemberian kepercayaan kepada Micheloto dikarenakan Ferrari terganjal prioritas utama pada F1 sehingga tidak bisa meninggalkan benar-benar ajang mobil jet darat tersebut.
Hal inilah yang membuat Ferrari tidak bisa mengharumkan nama di WRC sebagaimana di F1.
Sepanjang berlaga di WRC, Tim Kuda Jingkrak hanya mampu sekali berprestasi, posisi kedua di Reli Korsika 1982 di Grup B.
Mazda RX-7
rallygroupbshrine.org |
Pabrikan pertama yang debut dengan mobil berjenis lampu tersebut adalah Mazda.
Perusahaan otomotif yang bermarkas di Hiroshima ini tidak tanggung-tanggung langsung menurunkan jagoannya, RX-7 yang di masa produksinya termasuk salah satu mobil sport yang mumpuni, dengan mesin Wankel yang jadi andalan.
Dimulai dengan debut di WRC Grup 2 pada 1981, pada 1984 RX-7 yang digawangi oleh Mazda Rally Team Europe berlaga di Grup B.
Sayangnya, keputusan itu tidak didukung secara finansial oleh Mazda.
Hal yang demikian berimbas pada performa RX-7 di WRC yang bisa dibilang singkat.
Apabila di balapan IMSA mobil sport coupe ini berjaya sampai 10 kali juara berturut-turut, di WRC hanya sekali berprestasi, posisi tiga Reli Akropolis 1985.
BMW M1
pinterest.fr |
Mobil flagship keluaran BMW ini rela bermain di WRC hanya karena BMW Prancis yang ingin melihat mobil reli ini melintas di jalanan aspal reli negara mereka.
Gayung pun bersambut. BMW Jerman membolehkan lalu oleh BMW Prancis dibentuklah tim bernama Oreca yang akan menaungi mobil.
Untuk pembalap pun tidak main-main. Tercatat nama-nama seperti Bernard Darniche dan Bernard Beguin direkrut.
Pengalaman keduanya yang pernah juara reli di Prancis diharapkan bisa membawa M1 berjaya di WRC.
Sayang, keinginan itu tidak sejalan dengan kenyataan. M1 gagal di WRC.
Dimulai dari kegagalan mesin hingga pipa oli ditambah dengan performa M1 yang kikuk serta spesifikasinya yang terlalu besar untuk ukuran WRC.
Meski begitu, sepanjang berkarier di WRC, baik di Grup 4 dan B pada kurun waktu 1981, M1 sempat sekali berprestasi, posisi ketiga Reli Antibes 1983.
Nissan Silvia 200SX
wallpaperup.com |
Kehadiran Silvia 200SX berawal dari dihapuskannya Grup B pada 1987 akibat menewaskan Heri Toivonen dan Sergio Cresto dalam sebuah kecelakaan.
Grup B yang dihapus itu lalu diganti dengan Grup A yang spesifikasi mobil WRC-nya dibuat untuk berkendara dengan hati-hati.
Nissan yang kala itu masih memakai Silvia 240SX lantas memilih Silvia 200SX untuk memenuhi syarat homologasi.
Dengan menggunakan mesin 6 silinder yang masih jarang digunakan mobil-mobil WRC kala itu, Silvia 200SX berhasil menempati peringkat pertama Reli Pantai Gading 1988, posisi kedua di Reli Safari 1988 dan 1989.
Prestasi itu patut dibanggakan oleh mobil reli Jepang ini selama melintas di WRC dari tahun 1987 hingga 1989.
Sebab, setelah itu Nissan lebih fokus pada balapan sirkuit.
Toyota Celica GT-Four/Turbo 4WD
autoblog.com |
Untuk penggemar WRC mobil pabrikan Jepang ini bukanlah hal asing di WRC.
Hal ini karena banyak kejayaan yang melekat pada mobil reli ini yang identik dengan warna putih merah hijau di bodi mobil karena Castrol sebagai sponsor utama.
Bermesin turbo dan berpenggerak 4 roda, mobil yang memang spesifikasinya untuk reli ini mampu menjadi juara WRC pada kurun waktu 1990-1994, bersaing dengan Lancia Delta Integrale.
Persaingan keduanya bahkan dijadikan sebagai video game.
Bahkan dengan Celica pula Toyota juara dua kali berturut-turut untuk pabrikan pada 1993-1994.
Sayang, pada 1995 kejayaan Toyota berakhir setelah diketahui Celica memakai pembatas udara ilegal.
Akibatnya, oleh FIA dilarang berkompetisi di WRC selama setahun.
0 komentar:
Posting Komentar