Photoshop |
Hal tersebut berkebalikan dengan Korea Utara. Situasi ini seperti gambaran umum kedua negara. Jika Korea Selatan terbuka, liberalis, dan industrialis, Korea Utara komunis, tertutup, dan lebih banyak diperbincangkan jika menyangkut nuklir dan Kim Jong-un.
Akan tetapi seperti apakah gambaran prestasi kedua negara
sehingga dikatakan ibarat bumi dan langit. Karena itu, mari kita langsung saja
melihat satu per satu, baik dari timnas maupun klub.
Timnas
Korea Selatan
Sky Sports |
Dijuluki dengan nama Taeguk Warriors, timnas Korea Selatan
merupakan salah satu tim raksasa di Asia yang bersanding dengan Jepang,
Australia, Iran, Cina, dan Arab Saudi.
Tim yang mempunyai jersey berwarna merah ini, dan sekarang
dilatih oleh Paulo Bento dari Portugal ini mempunyai beberapa pretasi yang
cukup menonjol sehingga membuat disegani.
Salah satu prestasi yang cukup menonjol adalah tim yang
sekarang berada di peringkat 40 dunia adalah mampu mencapai semifinal Piala
Dunia.
Yang lebih mengagumkan adalah capaian itu direngkuh kala
Korea Selatan menjadi tuan rumah bersama Jepang pada 2002.
Meskipun hal tersebut dilalui dengan berbagai kontroversi
terutama ketika melawan Italia dan Spanyol di babak gugur, prestasi Korsel yang
kala itu dilatih Guus Hiddink cukup membanggakan.
Bahkan, Guus Hiddink sendiri dijadikan sebagai warga kehormatan
oleh pemerintah negeri yang terkenal dengan Samsung dan LG tersebut.
Sayangnya, setelah capaian tersebut, Korsel belum bisa lagi
menyamai atau melampaui. Pada gelaran piala dunia-piala dunia selanjutnya, tim
yang dikapteni oleh Son Heung-Min selalu mentok di penyisihan atau babak 16
besar pada Piala Dunia 2010.
Selain Piala Dunia, Korea Selatan juga mempunyai prestasi mumpuni
di kawasan Asia, dengan menjuarai Piala Asia sebanyak dua kali, yaitu pada 1956
dan 1960 alias di dua gelaran pertama.
Pada 1956, Korsel juara di Hongkong setelah menang melawan
Vietnam Selatan dengan skor 5-3. Hasil itu membuat tim tersebut unggul 1 poin
dari Israel dalam kejuaraan berformat round-robin tersebut.
Selanjutnya, empat tahun kemudian, Korsel kembali menjuarai
ajang ini, dan istimewanya terjadi di tanah sendiri.
Kali ini juga dalam format yang sama Korsel berhasil unggul
dua poin dari Israel setelah menang melawan Taiwan dengan skor 1-0.
Namun, setelahnya, Korsel tidak mampu lagi juara Piala Asia.
Kebanyakan malah menjadi runner-up ketika mencapai final.
Terakhir, tim yang
pernah membantai Indonesia 7-1 dalam kualifikasi Olimpiade 2000 itu mencapai
final pada 2015, dan dikalahkan oleh tuan rumah Australia.
Selain Piala Dunia dan Piala Asia, Korsel yang disponsori oleh
Nike untuk Aparel ini juga menuai banyak prestasi di Asian Games.
Di olimpiade negara-negara Asia tersebut, Korsel juara Asian
Games cabang sepak bola sebanyak 5 kali, yaitu pada 1970, 1978, 1986, 2014,
2018.
Capaian tersebut merupakan yang terbanyak di antara
negara-negara Asia bahkan termasuk para pesaing Korsel seperti Iran yang punya
4 koleksi.
Bahkan, Jepang, seteru abadi Korsel di sepak bola Asia hanya
mampu mengoleksi 1 gelar sejauh ini, yaitu pada 2010.
Prestasi lain untuk tim yang pemain-pemain caps terbanyaknya
adalah Cha Bum-kun dan Hong Myung-bo juara di tingkat regional Asia Timur.
Di Asia Timur, yaitu pada EAFF Championship, Korsel menjadi juara
terbanyak dengan 5 kali juara. Di bawahnya adalah Cina yang sejauh ini hanya mampu
2 kali juara.
Prestasi minor lain untuk tim kedua dari Asia yang berlaga
di Piala Dunia setelah Indonesia itu adalah juara Dynasty Cup pada 1990.
Selain di tingkat dunia dan regional, Tim Negeri Ginseng
juga pernah berpartisipasi di Piala Emas Concacaf 2002, dan menempati peringkat
keempat seusai dikalahkan Kanada pada perebutan tempat ketiga.
Korea Utara
Retro Football |
Apabila Korea Selatan salah satu tim raksasa di Asia serta
kuda hitam di tingkat dunia, Korea Utara adalah kebalikannya.
Negara tetangga di sebelah utara Korsel ini jarang terdengar
kiprahnya di dunia sepak bola seiring dengan kebijakan isolasi atau tertutupnya
negara tersebut dari dunia luar.
Meski begitu, semenjak Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan
tim berjuluk Chollima selalu hadir di tiap pergelaran sepak bola internasional
terutama di Asia.
Salah satu peristiwa cukup fenomenal dari tim yang sekarang
dilatih oleh Yun Jong-su adalah pernah mencapai perempat final Piala Dunia 1966
di Inggris.
Peristiwa itu menjadi fenomenal karena Korut menjadi satu-satunya
tim Asia yang mampu melakukannya sebelum akhirnya dilampaui Korsel.
Pada perjalanan menuju perempat final itu, Korut mampu
mengalahkan tim tangguh Italia di pertandingan terakhir penyisihan grup.
Kala menghadapi Portugal yang digadang-gadang sebagai calon
juara, Korut sebenarnya sudah memimpin tiga gol terlebih dahulu.
Sayangnya, hal tersebut buyar oleh Eusebio, bintang Portugal kala
itu mampu mencetak quattrick yang kemudian disempurnakan oleh Jose Augusto.
Setelah prestasi fenomenal itu, Korut kemudian tenggelam,
lalu muncul pada Piala Asia 1980 di Kuwait.
Korut yang tampil sebagai debutan pada kejuaraan antarnegara
Asia tahun itu sukses mencapai semifinal.
Namun, langkah tim yang pernah dibantai Portugal dengan
skor telak 7-0 itu dikandaskan oleh tetangga di selatan, Korsel, dengan skor
2-1.
Pada perebutan tempat ketiga pun, tim yang sekarang berada
di peringkat 113 dunia itu kalah dari Iran, dengan skor telak 3-0. Meski begitu,
capaian ini merupakan yang paling bagus dalam kiprah mereka di Piala Asia.
Di ajang Asian Games, Korut juga pernah sekali juara, yaitu
pada 1978. Di Asian Games yang digelar di Bangkok, Thailand, itu, tim komunis
tersebut berhasil mengalahkan Korsel lewat drama adu penalti.
Setelah itu, prestasi Korut hanya menjadi runner-up pada
1990 dan dua kali peringkat keempat pada 1974 dan 1982.
Di ajang regional EAFF Championship prestasi terbaik tim
yang bermarkas di Stadion Kim Il-sung ini adalah dua kali peringkat ketiga dan
keempat.
Prestasi lainnya dari tim yang masuk kategori tim sepak bola
negara berkembang ini adalah juara dua kali AFC Challenge Cup pada 2010 dan
2012. Dan, juara Piala Nehru pada 1993.
Klub
Korea Selatan
Fifa.com |
Seperti timnasnya, klub-klub Korea Selatan juga merupakan klub-klub
raksasa dan kompetitif di sepak bola Asia, bersaing dengan klub-klub dari Jepang,
Cina, Iran, dan Arab Saudi.
Hal tersebut terlihat pada perhelatan tahunan AFC Champions
League. Pada kejuaraan antarklub Asia itu, klub-klub Korsel selalu tampil
superior, bahkan bisa menggelontorkan banyak gol terhadap tim-tim lemah
termasuk klub-klub Indonesia.
Klub-klub Negeri Ginseng termasuk juga yang sering juara
bersama-sama dengan klub-klub Jepang, Cina, dan juga, Australia.
Dalam catatan, ada 6 klub Korsel yang pernah menjuarai ajang
ini, yaitu Pohang Steelers, Seongnam FC, Jeonbuk Hyundai Motors, Suwon Samsung
Bluewings, Busan IPark, dan Ulsan Hyundai.
Dari keenamnya, Pohanglah yang paling banyak juara, yaitu 3
kali pada 1997,1998, dan 2009. Capaian ini disamai oleh Al Hilal dari Arab Saudi.
Sedangkan Seongnam, Suwon, dan Jeonbuk masing-masing dua
kali. Busan dan Ulsan masing-masing satu kali.
Di kejuaraan antarklub dunia, klub-klub Korsel mampu
bersaing dengan klub-klub dari Eropa dan Amerika Selatan.
Pohang Steelers contohnya. Pada 2009, klub yang dimiliki
oleh perusahaan tambang Posco ini mampu mencapai semifinal.
Namun, di semifinal Pohang dikandaskan oleh klub raksasa asal
Argentina, Estudiantes. Hal tersebut membuat Pohang tersingkir ke perebutan
juara ketiga.
Di pertandingan tersebut klub yang pernah dilatih pelatih Persija saat ini, Sergio Farias, mampu mengalahkan wakil Meksiko,
Atlante, melalui adu penalti dengan skor 4-3.
Selain Pohang ada Seongnam yang juga meraih semifinal pada
Piala Dunia Antarklub tahun berikutnya. Namun di semifinal, juara Asia 2010 itu
dikandaskan oleh Inter Milan dengan gelontoran tiga gol tanpa balas.
Hal tersebut membuat Seongnam yang kala itu dilatih oleh
Shin Tae-yon yang sekarang melatih timnas Indonesia ke perebutan tempat ketiga.
Nahas, tidak seperti Pohang, Seongnam harus gigit jari usai
dikalahkan juara Amerika Selatan, Internacional, dengan skor 4-2.
Korea Utara
Fox Sports Asia |
Tidak seperti klub-klub Korsel yang garang di Asia dan
mengejutkan di tingkat dunia, klub-klub Korut malah kebalikannya.
Sejauh ini, untuk tingkat Asia hanya April 25 yang boleh
dibilang menjanjikan. Klub yang dimiliki oleh Kementerian Bersenjata Korea Utara
mampu mencapai final Piala AFC pada 2019.
Sayangnya, klub penguasa Liga Korea Utara dengan 19 kali
juara itu kalah dari Al Ahed dari Lebanon, dengan skor 1-0 di Kuala Lumpur, Malaysia.