Axios |
Amerika Serikat dikenal sebagai salah satu negara adidaya
yang gemar berperang di negara lain. Sejak kemerdekaan negara itu pada 1776,
tercatat sudah banyak peperangan yang dilakukan.
Mulai dari dataran Amerika, Eropa, Afrika, hingga Asia,
semuanya pernah merasakan salakan senapan mesin, derap langkah lars, dentuman meriam
hingga kedahsyatan bom AS.
Dari situ pula timbul banyak korban jiwa. Kebanyakan rakyat
sipil yang tidak tahu sama sekali perihal berperang.
Belakangan ini juga kita melihat para serdadu Paman Sam gemar
berperang di Timur Tengah dengan alasan HAM dan kebebasan berpendapat alih-alih
sumber daya alam seperti minyak.
Namun sebelum sering beraksi di Timur Tengah, para serdadu negeri
asal Rambo lebih banyak memuntahkan senjata di kawasan Asia Timur terutama pada
abad ke-20.
Tercatat dalam berperang di kawasan tersebut, AS telah
menghadapi 3 negara kulit kuning. Apa saja sih 3 negara di Asia Timur itu? Yuk, mari kita simak!
Negara-negara Asia Timur yang Pernah Melawan AS
Jepang
National Interest |
Negara pertama di Asia Timur yang dihadapi AS dalam sejarah perang
abad ke-20 adalah Jepang. Ya, AS menghadapi Jepang dalam Perang Dunia Kedua di
kawasan Pasifik pada 1941 hingga 1945.
Awal mula peperangan kedua negara ini dimulai dari ulah Jepang
yang secara mendadak menyerang pangkalan militer AS di Pearl Harbour pada 7/8
Desember 1941.
Penyerangan mendadak yang menimbulkan banyak korban jiwa,
dan sampai sekarang diingat sebagai hari memalukan dalam sejarah AS itu membuat
Paman Sam tak perlu berpikir panjang untuk mendeklarasikan perang terhadap
Jepang beberapa jam setelahnya.
Setelah penyerangan mendadak yang menuai kesuksesan itu, Jepang
makin digdaya untuk berperang ke negara-negara Asia-Pasifik yang dikuasai
kolonialis kulit putih.
Semua mencapai puncaknya ketika Jepang berhasil menaklukkan
pertahanan orang kulit putih terakhir di Corregidor, Filipina, pada Mei 1942.
Ironisnya, pertahanan tersebut juga digawangi oleh AS,
negara kulit putih terakhir di kawasan Asia-Pasifik.
Namun setelah rentetan kemenangan yang gilang-gemilang itu,
Jepang mulai kehilangan taji terutama setelah pertempuran di Midway pada Juni
1942, dan mulai banyak mengalami kekalahan.
Puncaknya adalah pada 6-9 Agustus 1945 ketika AS mengebom
Hiroshima dan Nagasaki, dan membuat Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945 lalu
penyerahan diri pada 2 September 1945.
Meskipun ada yang sangsi bahwa Jepang menyerah bukan karena
bom atom tetapi serangan pasukan Uni Soviet di Manchuria pada 9 Agustus 1945.
Alasan Jepang nekat dan berani menyerang negara-negara kulit
putih di Asia-Pasifik, terutama AS selain didasari oleh nasionalisme yang tinggi,
penyetaraan hak dengan orang-orang kulit putih, juga karena kebutuhan ekonomi
dan sumber daya alam yang meningkat setelah Restorasi Meiji.
Apalagi, AS berani mengembargo minyak bumi ke Jepang akibat
tindakan brutal para serdadu Negeri Sakura di Nanjing, Cina, pada 1939.
Kini, setelah Perang Dunia Kedua, AS malah berkawan dengan
Jepang, dan menjadikan Jepang sebagai sekutu strategis terutama untuk menghadapi
Cina.
Namun, AS masih berhadapan dengan Jepang di bidang perdagangan
dan teknologi, dan mobil-mobil Jepang seperti Toyota dan Honda sukses di pasar Negeri
Paman Sam.
Korea Utara
History.net |
Kamu yang sering membaca berita di internet atau menonton
televisi tentu tahu perseteruan AS terhadap Korea Utara terkait dengan rudal
nuklir yang dimiliki oleh negara Kim Jong-un tersebut.
Nah, perseteruan ini bukanlah yang pertama kali mengingat ini
adalah perseteruan lanjutan setelah berakhirnya Perang Korea melalui sebuah
gencatan senjata pada 1953.
Di perang yang meletus di Semenanjung Korea itu, AS secara
tidak langsung terseret di dalamnya, dan menghadapi Korea Utara yang berhaluan
komunis.
Keterlibatan AS pada perang selama 3 tahun ini (1950-1953)
dimulai ketika negara tersebut menjadi pelindung dan pemberi bantuan militer
terhadap Korea Selatan yang non-komunis.
Semua dilakukan Negeri Paman Sam supaya Korea Selatan tidak
jatuh ke tangan Korea Utara yang dibeking penuh oleh Uni Soviet dan Cina.
Apalagi pihak AS beranggapan setelah merdeka pada 1948,
Korea Utara semakin agresif dalam persenjataan yang dibantu Uni Soviet.
Meski begitu, pihak AS sama sekali tidak menambah pasukannya
untuk menjaga Korea Selatan apalagi setelah diberlakukannya Garis Paralel ke-38
sebagai pemisah kedua negara pada 1946.
Akibatnya, tanpa disadari Korea Utara yang kuat dalam persenjataan
dan ketentaraan itu secara terang-terangan berani menyerang Korea Selatan pada
24 Juni 1950.
Penyerangan secara mendadak itu mengagetkan Korea Selatan
dan AS. Keduanya kelabakan menghadapi serbuan Korea Utara yang berhasil mendesak
keduanya hingga Busan.
Pada akhirnya AS mulai ikut campur secara langsung dalam
perang saudara ini. Dipimpin oleh Douglas McArthur, pasukan AS mulai didatangkan
dari Jepang dan Filipina untuk bertempur di Semenanjung Korea yang memasuki musim
dingin.
Tentu saja bukan perkara mudah bagi AS untuk bisa menaklukan
Korea Utara yang komunis. Negara ini mempunyai semangat yang sama dengan Jepang
kala bertempur.
Bahkan, AS sebenarnya cukup kewalahan menghadapi tentara
Korea Utara yang benar-benar berperang untuk menyatukan Korea di samping ada
bantuan dari Uni Soviet dan Cina.
Misi AS pun di Semenanjung Korea gagal ketika Perang Korea, salah
satu perang terdahsyat dalam Perang Dingin itu, harus diselesaikan lewat gencatan
senjata.
Artinya, perang bisa kembali meletus di Semenanjung Korea.
Hingga hari ini, AS masih menyiagakan pasukannya di perbatasan Korea Selatan, serta
di Jepang.
Bahkan, tidak jarang pula, Negeri Paman Sam melakukan latihan
tempur bersama para sekutunya di laut Kuning yang terkadang membuat gusar Korea
Utara.
Cina
Dewasa ini sering terdengar oleh kita bahwa di masa yang
akan datang atau dalam waktu dekat AS akan berperang dengan Cina jika melihat
perkembangan militer yang pesat si Negara Tirai Bambu dalam waktu yang cepat.
Perkembangan militer di kawasan Asia Pasifik itu cukup mengkhawatirkan
negara-negara tetangga Cina terutama Jepang yang memang punya hubungan buruk
sejak akhir abad ke-19.
Perkembangan militer itu yang membuat Jepang semakin massif
memperbarui kekuatan militernya setelah Perang Dunia Kedua.
Melihat situasi yang demikian apalagi Cina juga agresif
ingin menjadi penguasa di Laut Cina Selatan, AS yang berada di kawasan itu
melalui Armada ke-7-nya tentu tidak tinggal diam.
Negeri Paman Sam semakin memperkuat militernya untuk melindungi
para sekutunya. Perang kedua negara tinggal soal waktu.
Akan tetapi, jika melihat pada sejarahnya, baik AS maupun
Cina sebenarnya pernah berhadapan langsung, dan medannya adalah Perang Korea.
Ya, pada perang tersebut Cina terjun karena AS yang berani
menyinggung kedaulatan Negeri Tirai Bambu di Manchuria.
Meskipun demikian alasan sesungguhnya adalah Cina ingin melakukan
intervensi militer membantu Korea Utara dalam perang melawan AS.
Tidak tanggung-tanggung Cina mengerahkan pasukan berkekuatan
hingga 400.000 orang dalam usaha mengusir AS yang dianggap sebagai imprealis.
Dalam peperangan melawan Cina di Korea itu AS cukup kewalahan.
Tentara Cina sebagaimana tentara-tentara Asia Timur punya kemampuan dan semangat
yang luar biasa.
Tentara Cina punya kelebihan mampu mengenal medan daripada
tentara AS yang terlihat buta, dan tidak punya referensi sama sekali.
Dalam beberapa foto dan gambar Perang Korea terlihat tentara
Cina bisa memenangkan pertempuran melawan AS yang teknologi militernya lebih
oke.
Pada akhirnya, pertempuran antara AS dan Cina harus berhenti
seiring dengan gencatan senjata di Panmujom pada 1953, sehingga belum terlihat
siapa pemenang, siapa pecundang.
Apabila dikaitkan kembali di masa sekarang, perang AS dan Cina
bukan lagi pada perkembangan alat-alat militer, melainkan pada perdagangan dan
teknologi.
Kasus teranyar adalah Huawei yang dianggap sebagai mata-mata
oleh AS, membuat pimpinan perusahaan tersebut ditahan AS hingga sekarang, serta
membuat Huawei tidak didukung lagi oleh Google pada produk-produknya.
Kesimpulan
Nah, itulah 3 negara Asia Timur yang pernah dihadapi AS
dalam perang-perang yang dilakoni sepanjang abad ke-20.
Dari situasi di atas kita bisa menyimpulkan bahwa negara-negara
Asia Timur bukanlah kawasan yang sebenarnya mudah dikuasai oleh karena keadaan
alamnya serta budaya masyarakatnya yang bermental baja dan pantang menyerah.
Bahkan, AS saja harus membuat Jepang bertekuk lutut lewat bom
atom bukan melalui invasi langsung karena tahu karakter orang Jepang yang begitu
luar biasa dalam berperang, siap sedia berkorban demi negara secara
bersama-sama.
Alasan lainnya juga adalah untuk menghemat ongkos peperangan
dan menyelamatkan nyawa para serdadu yang akan mati sia-sia.
Tindakan mengebom lewat bom atom ini yang akhirnya dikecam
oleh Kaisar Hirohito sebagai tindakan barbar dan pengecut, bukan tindakan samurai.
Hal ini tentu berkebalikan dengan situasi di Timur Tengah
yang terlihat begitu mudah dikuasai dan jadi mainan untuk alat-alat tempur Negeri
Paman Sam.
Selain kondisi alam yang kebanyakan didominasi oleh padang pasir,
juga karena mental masyarakat Timur Tengah yang benar-benar pragmatis alias
akan mendukung siapa yang paling kuat sehingga loyalitas bisa dibuang
jauh-jauh.
0 komentar:
Posting Komentar