FIFA.Com |
Italia adalah gudangnya pelatih berkualitas. Hal itu bukanlah
mitos karena faktanya para pelatih asal Italia selalu menuai kesuksesan tidak
hanya di negeri sendiri, tetapi juga di negeri orang.
Datang dari kultur sepak bola Italia yang lebih menekankan
pada taktik dan strategi, para pelatih Italia sukses membuat perubahan terhadap
klub luar negeri yang ditanganinya.
Variasi taktik dan strategi yang diemban oleh para pelatih
ini membuat wajah permainan sebuah klub menjadi tidak lagi membosankan.
Tercatat sudah banyak pelatih Serie A Italia yang sukses di
kompetisi negeri orang, termasuk juga di Premier League Inggris atau EPL yang tersohor
tersebut.
Setidaknya hingga saat ini ada 7 pelatih Negeri Piza yang
bisa membuat pundi-pundi prestasi di kompetisi yang tidak mengenal libur musim
dingin tersebut.
Siapa sajakah mereka?
Para Pelatih Italia yang Sukses di EPL
Gianluca Vialli (Chelsea, 1998-2000)
Goal.com |
Eks pemain Juventus pada dekade 90-an ini menjadi allenatore
pertama Negeri Menara Pisa yang sukses di Premier League.
Klub yang ditukangi pria plontos berumur 55 tahun itu adalah
Chelsea yang ia bawa juara untuk Piala FA pada musim 1999-2000, Piala Liga
1997-1998, Charity Shield 2000, Piala Winners 1997-1998, dan Piala Super Eropa
1998.
Dari kelima gelar itu, hanya title Premier League yang belum
pernah sama sekali dicicipi oleh pelatih yang semasa bermain untuk Juventus
membawa Si Nyonya Tua juara Liga Champions pada 1995-1996.
Awalnya, Vialli, yang kini lebih banyak menghabiskan
waktunya sebagai kepala delegasi di Tim Nasional Italia ini adalah pemain yang
didatangkan ke Chelsea pada 1996.
Bersama dengan Ruud Gullit yang diplot sebagai pemain
sekaligus pelatih, Vialli sukses menggelontorkan 58 gol untuk klub London Barat
tersebut.
Ia kemudian menggantikan si meneer yang dipecat pada Februari
1998, dengan status sebagai pemain-pelatih.
Vialli baru benar-benar menjadi pelatih mulai musim 1999-2000.
Di bawah komandonya, The Blues meraih 76 kemenangan dan 29 kekalahan.
Carlo Ancelotti (Chelsea, 2009-2011)
Goal.com |
Sebagai pelatih Italia kelas wahid, kemampuan Carlo
Ancelotti memang tidak perlu diragukan lagi termasuk ketika menangani Chelsea
selepas pindah dari AC Milan.
Pria yang dijuluki Don Carletto ini, dan sekarang menangani
Everton, menjadi pelatih Italia pertama bagi The Blues setelah dipecatnya
Claudio Ranieri pada 2004 yang tidak membawa prestasi apa-apa kecuali peringkat
kedua Premier League.
Tentu saja kedatangan Don Carletto ke Stamford Bridge disertai
dengan banyak ekspetasi terutama membawa Chelsea juara Premier League, serta
menghapus dominasi Manchester United.
Dan, di musim pertama pria Italia kelahiran Reggiolo ini sukses
membawa The Roman Emperor merajai Premier League.
Tak hanya Premier League, Ancelotti juga membawa Chelsea juara
Piala FA, dan di pembuka musim membawa anak asuhnya mengalahkan Manchester
United dalam ajang Community Shield.
Keberhasilan Ancelotti membawa Chelsea menjadi juara Premier
League membuat dirinya menjadi pelatih Italia pertama yang mampu berprestasi di
kasta pertama sepak bola Negeri Albion tersebut.
Sayangnya, performa Ancelotti yang gemilang itu tidak
berlanjut di musim kedua. Alhasil, dua jam setelah membawa Chelsea ke peringkat
kedua Premier League seusai melawan Everton pada Mei 2011, ia dipecat.
Selama dua musim melatih The Blues, ia membawa 67 kemenangan
dan 22 kekalahan, dengan persentase kemenangan sebesar 61.47%.
Roberto Mancini (Manchester City, 2009-2013)
Daily Mail |
Bagi penggemar Sampdoria dan Lazio, tentu tidak akan asing
dengan sosok yang satu ini kala masih aktif bermain.
Ya, Roberto Mancini yang kebanyakan menghabiskan kariernya serta
mendulang prestasi di kedua klub tersebut adalah salah satu pelatih asal Italia
yang termasuk sukses di panggung Premier League.
Allenatore yang sekarang menangani tim Azzuri ini pernah
merasakan manisnya merengkuh gelar juara Liga Inggris musim 2011-2012 ketika
menangani Manchester City.
Gelar tersebut merupakan yang pertama bagi klub berjuluk The
Citizens sekaligus penantian “panjang” kala City dibeli oleh Sheikh Mansour bin
Zayed Al-Nahyan pada 2008.
Gelar juara itu terasa begitu manis karena dalam perjalanan
merebutnya, City berhasil mengalahkan tetangga sekaligus pesaingnya, Manchester
United, dalam sebuah derbi pada 23 Oktober 2011.
Derbi itu sendiri berakhir dengan kekalahan telak MU di kendang.
Gawang MU yang dijaga oleh David de Gea digelontor 6 gol yang hanya bisa
dibalas lewat sepakan Darren Fletcher.
Lantas kekalahan tersebut membuat karier kepelatihan Sir
Alex Ferguson di MU benar-benar tercoreng untuk pertama kali.
Gelar Premier League itu menjadi yang pamungkas bagi Mancini
di City sejak mendarat pada 2009 menggantikan Mark Hughes.
Soalnya, setahun kemudian, atau tepatnya pada 2013, ia
dipecat oleh manajemen City karena tidak bisa mengulangi pretasi yang sama.
Sebelum merengkuh Premier League, allenatore yang pernah
melatih Inter, Lazio, dan Galatasaray ini telah meraih gelar juara Piala FA 2010-2011
dan Community Shield 2012.
Adapun Manchester City di bawah kepelatihannya telah menggelontorkan
191 gol dengan 113 kemenangan dan 40 kekalahan.
Roberto Di Matteo (Chelsea, 2012)
Sky Sports |
Nama Roberto Di Matteo sebenarnya di dalam dunia sepak bola sebenarnya
lebih banyak dikenal sepak terjangnya di Chelsea karena turut membawa The Blues
meraih banyak gelar pada dekade 90-an.
Hal itu juga yang membuat pelatih yang pernah membela Lazio
itu juga diragukan kala diminta menangani Chelsea untuk menggantikan Andres
Villas-Boas yang dipecat karena tidak sesuai harapan.
Namun, Di Matteo yang minim pengalaman soal kepelatihan tak
disangka-sangka mampu membawa The Roman Emperor juara Liga Champions musim
2011-2012, dengan mengalahkan Bayern Muenchen melalui adu penalti.
Prestasi itu membuat Chelsea jadi klub London pertama yang
mampu juara di kompetisi tertinggi Eropa.
Sebelum berhasil mengalahkan Muenchen di final, Chelsea
terlebih dahulu mengempaskan favorit juara Barcelona di semifinal.
Meski demikian, banyak nada sumbang bermunculan soal keberhasilan
The Blues tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa Chelsea memainkan sepak bola negatif
dengan memarkir banyak pemain di sector belakang.
Meski sukses meraih Liga Champions, karier Di Matteo terbilang
singkat di Stamford Bridge. Performa yang tidak sebanding di Premier League
membuat ia harus rela dipecat pada November 2012.
Selama menangani Chelsea, Di Matteo mempersembahkan 24
kemenangan dan 9 kekalahan, dengan persentase sebesar 57.1%.
Claudio Ranieri (Leicester City, 2015-2017)
DNA India |
Keajaiban terjadi di Premier League musim 2015-2016.
Pelakunya adalah Leicester City, klub semenjana yang tiba-tiba menjadi juara musim
itu.
Yang menarik adalah klub berjuluk The Foxes itu dinakhodai
oleh Claudio Ranieri, pelatih yang karier kepelatihannya biasa-biasa saja, dan paling
banter membawa tim yang pernah diasuhnya seperti Fiorentina dan Valencia juara
kompetisi piala domestik.
Keberhasilan pelatih berjuluk The Tinkerman itu membuatnya
menjadi pelatih yang untuk pertama kalinya juara kompetisi domestik kasta
pertama, dan itu di Premier League.
Ranieri yang pernah melatih Juventus, Inter, dan Roma, itu
tidak menyangka jika dirinya mampu membawa Leicester City juara, dan menjadi bagian
dari sejarah manis klub tersebut.
Padahal, materi dan anggarannya boleh dibilang kala
mentereng daripada kontestan lain yang jor-joran.
Namun, dengan kebersamaan dan kekompakan, Leicester berubah
menjadi tim yang tangguh dan patut diperhitungkan sejak itu.
Sayangnya, bulan madu Ranieri dan Leicester harus berakhir
di musim berikutnya. Setelah tidak mampu menampilkan performa seperti musim sebelumnya,
Ranieri pun harus merelakan diri lengser dari kursi kepelatihan.
Tercatat 36 kemenangan dan 23 kemenangan dari 81 penampilan
telah dicatat oleh pelatih kelahiran Roma tersebut selama menangani The Foxes.
Antonio Conte (Chelsea, 2016-2018)
Premier League |
Salah satu pelatih Italia yang juga sukses juara Liga
Inggris adalah Antonio Conte kala menangani Chelsea.
Datang dengan status sebagai mantan pelatih tim nasional
Italia, Conte yang sebelumnya melatih Juventus selama 5 musim dengan 5 kali
Scudetto berturut-turut langsung membawa Chelsea on fire di musim pertama.
Eks gelandang tengah dan kapten Juventus itu berhasil
membawa The Blues kembali ke tangga juara Premier League setelah terakhir
direngkuh pada era Jose Mourinho, 2014-2015.
Kala itu The Blues bersaing dengan Tottenham Hotspur dan
Manchester City. Di musim berikutnya, ia
membawa Chelsea juara Piala FA.
Sayangnya, pada musim juara Piala FA itu The Blues hanya
mencapai peringkat kelima, suatu pencapaian yang benar-benar tidak disukai
Roman Abramovich.
Akhirnya seusai musim 2017-2018, Conte, yang pernah juara
Liga Champions bersama dengan Juventus pada 1996, dipecat.
Selama masa kepelatihan di Chelsea, tercatat ia membawa 69
kemenangan dan 20 kekalahan dari 106 pertandingan.
Maurizio Sarri (Chelsea, 2018-2019)
Firstpost |
Ketika Antonio Conte ditendang, penggantinya masih juga
Italiano, Maurizio Sarri. Hal ini mirip dengan kedatangan Claudio Ranieri pada
2000 untuk menggantikan Gianluca Vialli.
Sebelum melatih Chelsea, Sarri yang kini melatih Juventus,
adalah pelatih Napoli dan klub-klub kecil. Tak ada prestasi sama sekali yang
diraihnya selama 29 tahun melatih.
Hal itulah yang membuat banyak pihak meragukannya. Apalagi
di awal-awal melatih Chelsea ia menerapkan taktik Sarri-ball yang ternyata
sulit diterapkan dan dikeluhkan beberapa pemain.
Chelsea sendiri di bawah kendalinya memang tidak bisa juara
Premier League karena hanya menempati peringkat ketiga di akhir musim.
Namun, pelatih yang namanya terangkat kala melatih Napoli
ini berhasil membawa The Blues juara Liga Eropa 2018-2019 setelah mengalahkan
Arsenal 4-1 di Baku, Azerbaijan.
Gelar prestisius itu adalah gelar pertamanya dalam karier
kepelatihannya. Akan tetapi, karena ia menghadapi banyak permasalahan internal
dengan pemain termasuk dengan Kepa Arrizabalaga, ia kemudian mengakhiri kontrak
pada akhir musim, dan kembali ke Italia.
0 komentar:
Posting Komentar