Mata terkadang sipit, kulit putih kekuningan, tampilan pakaian serta arsitektur seperti Cina. Begitu juga dengan huruf yang digunakan. Menyerap dari Cina alias Kanji untuk menemani dan membedakan pelafalan Katakana dan Hiragana.
Itulah Jepang.
Dan sebagaimana halnya negara-negara yang menerima dan terpengaruh budaya Cina, demikian juga dengan Jepang. Jika Negeri Sakura terpengaruh dalam pakaian, arsitektur, dan sistem penulisan huruf, tidak demikian dengan nama orang-orangnya.
Nama-nama orang Jepang itu jika diperhatikan seperti nama-nama orang di dunia pada umumnya, dengan tidak menggunakan karakter seperti halnya nama-nama yang terpengaruh budaya Cina. Semisal nama Hidetoshi Nakata akan sama sistemnya dengan nama Benyamin Franklin. Bandingkan dengan nama-nama yang terpengaruh di Cina seperti Mao Tse-tung (kemudian diromanisasi menjadi Mao Zedong), Korea seperti Ban Ki-moon, dan Vietnam seperti Nguyen Xuan Puc.
Di negara-negara mata sipit selain Jepang nama terdiri dari tiga karakter. Nama pertama atau nama keluarga, nama tengah, dan nama diri. Dalam kebiasaan budaya Asia Timur, nama keluarga akan selalu ditaruh di depan. Ini berkebalikan dari budaya Anglo-Saxon. Dalam hal nama keluarga di depan, Jepang mengikutinya. Jadi, nama Hidetoshi Nakata itu jika di Jepang akan menjadi Nakata Hidetoshi. Nakata adalah nama keluarga sedangkan Hidetoshi adalah nama diri. Nah, begitu juga dengan nama Shinji Kagawa. Dia akan dibalik menjadi Kagawa Shinji. Jepang memang mempunyai kebiasaan mengikuti aturan Barat ketika nama orang-orangnya ditampilkan di luar Jepang. Alasannya untuk kemudahan identifikasi. Ini berbeda dari nama-nama Cina, Korea, dan Vietnam, yang akan selalu ditampilkan seperti aslinya.
Pertanyaannya mengapa Jepang kerap begitu berbeda dari tetangga-tetangganya terutama dalam hal nama?
Jepang memang salah satu negara yang terpengaruh budaya Cina, akan tetapi budaya Cina rupanya tidak merasuk ke dalam nama orang-orang Jepang. Sebelum Restorasi Meiji yang menandai modernisasi dalam kehidupan masyarakat Jepang, nama orang Jepang itu cuma satu kata tanpa embel-embel nama keluarga. Ini seperti nama orang Jawa, Sukarno, Soeharto, Soedarmono. Bahkan nama keluarga kerajaan juga begitu. Jadi, jangan heran apabila menemukan nama-nama kaisar Jepang seperti Hirohito dan Akihito selalu satu nama.
Namun pada masa sebelum Restorasi Meiji, nama keluarga sudah dipakai oleh kaum samurai, pedagang, pekerja seni, dan bangsawan. Ketika Restorasi Meiji dimulai, dan dengan alasan mengikuti gaya Barat, semua orang di Jepang wajib mempunyai nama keluarga. Ketika diwajibkan seperti itu mereka kebingungan lantas kaisar memberikan solusi untuk memberi nama keluarga berdasarkan nama tempat dan kata sifat seperti yama (gunung), mori (hutan), ichi (satu), dan take (bambu). Hingga akhirnya terciptalah nama-nama orang Jepang yang dikenal hingga sekarang ini. Karena nama-nama keluarga yang seperti itu tentu jika diartikan juga lucu. Seperti Haruka Nakagawa atau Nakagawa Haruka, mantan personel JKT48. Apabila diartikan menjadi sungai tengah yang sangat jauh.
Demikianlah mengenai nama-nama orang Jepang yang ternyata berbeda. Perbedaan penamaan ini sama halnya dengan perbedaan tahun baru. Apabila di Cina, Korea, dan Vietnam, selalu merayakan tahun baru pada Februari serta berdasarkan kalender bulan, Jepang malah ambil sikap untuk merayakan tahun baru bersamaan dengan Tahun Baru Masehi pada 1 Januari.
Wikipedia |
Itulah Jepang.
Dan sebagaimana halnya negara-negara yang menerima dan terpengaruh budaya Cina, demikian juga dengan Jepang. Jika Negeri Sakura terpengaruh dalam pakaian, arsitektur, dan sistem penulisan huruf, tidak demikian dengan nama orang-orangnya.
Nama-nama orang Jepang itu jika diperhatikan seperti nama-nama orang di dunia pada umumnya, dengan tidak menggunakan karakter seperti halnya nama-nama yang terpengaruh budaya Cina. Semisal nama Hidetoshi Nakata akan sama sistemnya dengan nama Benyamin Franklin. Bandingkan dengan nama-nama yang terpengaruh di Cina seperti Mao Tse-tung (kemudian diromanisasi menjadi Mao Zedong), Korea seperti Ban Ki-moon, dan Vietnam seperti Nguyen Xuan Puc.
Di negara-negara mata sipit selain Jepang nama terdiri dari tiga karakter. Nama pertama atau nama keluarga, nama tengah, dan nama diri. Dalam kebiasaan budaya Asia Timur, nama keluarga akan selalu ditaruh di depan. Ini berkebalikan dari budaya Anglo-Saxon. Dalam hal nama keluarga di depan, Jepang mengikutinya. Jadi, nama Hidetoshi Nakata itu jika di Jepang akan menjadi Nakata Hidetoshi. Nakata adalah nama keluarga sedangkan Hidetoshi adalah nama diri. Nah, begitu juga dengan nama Shinji Kagawa. Dia akan dibalik menjadi Kagawa Shinji. Jepang memang mempunyai kebiasaan mengikuti aturan Barat ketika nama orang-orangnya ditampilkan di luar Jepang. Alasannya untuk kemudahan identifikasi. Ini berbeda dari nama-nama Cina, Korea, dan Vietnam, yang akan selalu ditampilkan seperti aslinya.
Pertanyaannya mengapa Jepang kerap begitu berbeda dari tetangga-tetangganya terutama dalam hal nama?
Jepang memang salah satu negara yang terpengaruh budaya Cina, akan tetapi budaya Cina rupanya tidak merasuk ke dalam nama orang-orang Jepang. Sebelum Restorasi Meiji yang menandai modernisasi dalam kehidupan masyarakat Jepang, nama orang Jepang itu cuma satu kata tanpa embel-embel nama keluarga. Ini seperti nama orang Jawa, Sukarno, Soeharto, Soedarmono. Bahkan nama keluarga kerajaan juga begitu. Jadi, jangan heran apabila menemukan nama-nama kaisar Jepang seperti Hirohito dan Akihito selalu satu nama.
Namun pada masa sebelum Restorasi Meiji, nama keluarga sudah dipakai oleh kaum samurai, pedagang, pekerja seni, dan bangsawan. Ketika Restorasi Meiji dimulai, dan dengan alasan mengikuti gaya Barat, semua orang di Jepang wajib mempunyai nama keluarga. Ketika diwajibkan seperti itu mereka kebingungan lantas kaisar memberikan solusi untuk memberi nama keluarga berdasarkan nama tempat dan kata sifat seperti yama (gunung), mori (hutan), ichi (satu), dan take (bambu). Hingga akhirnya terciptalah nama-nama orang Jepang yang dikenal hingga sekarang ini. Karena nama-nama keluarga yang seperti itu tentu jika diartikan juga lucu. Seperti Haruka Nakagawa atau Nakagawa Haruka, mantan personel JKT48. Apabila diartikan menjadi sungai tengah yang sangat jauh.
Demikianlah mengenai nama-nama orang Jepang yang ternyata berbeda. Perbedaan penamaan ini sama halnya dengan perbedaan tahun baru. Apabila di Cina, Korea, dan Vietnam, selalu merayakan tahun baru pada Februari serta berdasarkan kalender bulan, Jepang malah ambil sikap untuk merayakan tahun baru bersamaan dengan Tahun Baru Masehi pada 1 Januari.
0 komentar:
Posting Komentar