Pages

Kamis, 20 Desember 2012

Pohon Pisang dan Folklor Mistis di Asean

Pohon pisang. Sekilas jika kita memperhatikan, sejujurnya, tidak ada yang istimewa dari bentuknya. Hanya sebuah pohon berdaun lebar dengan tinggi batang tak lebih dari 3 meter. Di situ warna hijau muda mendominasi. Sekilas juga daun lebar itu bisa nampak seperti kincir angin. Pohon pisang akan menjadi istimewa kala orang-orang mencarinya untuk kemudian dimanfaatkan. Dari buah hingga bonggol semua bermanfaat. Buahnya bisa dimakan, baik dalam keadaan langsung dipetik alias tidak diolah atau diolah, daunnya bisa dijadikan alas makanan atau pelindung kepala seperti payung, bonggolnya bisa dijadikan obat. Begitu juga batangnya.

Nang Tani, hantu perempuan penunggu pohon pisang. Populer dalam folklor Thailand
(wikipedia.org)



Selain untuk kegunaan yang bersifat medis dan materiil, pohon pisang juga mempunyai keistimewaan dalam folklor, terutama folklor di Asia Tenggara atau Asean. Kita ketahui sebagian besar wilayah Asean yang tropis memungkinkan bisa tumbuh subur pohon yang diperkirakan berasal dari Afrika ini. Masyarakat Asean pun tak lepas tiap kehidupannya dengan pohon pisang. Karena itu, wajar jika folklor yang ada di masyarakatya pun mempunyai kemiripan.

Folklor di dalam masyarakat Asean yang berhubungan dengan pohon pisang lebih bersifat pada sesuatu yang mistis dan gaib. Mengapa? Mari kita lihat satu per satu. 

Di negara-negara melayu (Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) berkembang sebuah folklor mistis tentang pohon pisang yang dihuni setan perempuan berambut panjang, Pontianak atau Kuntilanak. Konon, hantu ini menempati pohon ini sepanjang siang sebelum malamnya berkelana untuk menganggu orang dengan suara khasnya. Dalam sebuah dongeng terkenal, dikisahkan, Syarif Abdurrahman Al-Kadrie, seorang sultan dari Kalimantan hendak membangun sebuah kesultanan baru di sebuah tempat yang strategis. Ketika hendak mencapai tempat yang dituju itu, ia dan rombongannya diganggu oleh pontianak. Sang sultan lalu memerintahkan menyerang hantu tersebut dengan meriam. Bola-bola meriam yang dipakai untuk menembak hantu perempuan itu, titik pendaratannnya dijadikan tempat sang sultan mendirikan kesultanannya kemudian, dan menggunakan nama pontianak sebagai nama kesultanannya. 

Keluar dari dunia folklor melayu, di negara-negara Indocina (Thailand, Kamboja, dan Laos) juga mempunyai folklor mistis yang sama. Masyarakat di sana percaya mengenai Nang Tani. Ia adalah setan perempuan yang juga menghuni pohon pisang. Perawakannya memakai kostum tradisional Thailand (aslinya folklor ini berasal dari Thailand, namun menyebar ke Kamboja dan Laos sehingga mempunyai cerita yang sama), berambut panjang, dan sering memegang batang pohon pisang dengan kaki tidak menyentuh bumi. Masyarakat di sana percaya jika di pohon pisang itu ada Nang Tani, maka mereka akan mengikat batang pisang dengan dengan seikat kain sutra.

Memang agak aneh menghubungkan pohon pisang dengan folklor mistis dalam kacamata rasional. Tetapi, itulah yang terjadi di masyarakat Asean. Hanya ada pertanyaan kenapa harus pohon pisang? Apalagi yang menghuni setan perempuan? Apakah ini ada hubungannya dengan pohon pisang itu sendiri, terutama buahnya, yang selalu dihubungkan dengan laki-laki?

Hm......

0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran