Belakangan waktu terakhir, kehebohan tengah menyengat di Bajina
Basta, Serbia. Bukan karena penemuan kuburan massal atau juga sisa-sisa perang --mengingat
Serbia merupakan wilayah perang pada awal 90-an dengan tetangga-tetangganya,
Kroasia dan Bosnia. Tetapi karena vampir. Kehebohan ini memang bukan kehebohan
main-main atau lelucon.
sheemoney.blogspot.com |
Sebut saja nama itu: Sava Savanovic. Nama ini cukup populer di
Serbia. Bukan sebagai tokoh manusia, melainkan tokoh vampir. Akhir November
kemarin, dikabarkan, sang vampir yang begitu mahsyur di negaranya, lepas dan
tengah mencari mangsa. Penyebabnya, rumahnya yang berada di pabrik penggilingan
hancur. Walhasil, berita lepasnya sang vampir tak pelak membuat panik warga.
Mereka langsung memasang bawang putih dan salib di rumah masing-masing supaya
si vampir tidak memasuki rumah mereka.
Jelas saja berita seperti itu tentu mengundang tawa bagi mereka
yang berada di luar Serbia. Bahkan ABC News menganggapnya itu sebagai lelucon
pra-Natal. Ini karena berita tersebut sungguh sifatnya takhayul. Dalam
kehidupan modern, takhayul menjadi sesuatu yang absurd dan irasional. Meski
begitu, dalam kehidupan modern juga takhayul masih bisa hidup dan mempengaruhi
mereka yang masih mempercayainya.
Meski kelihatannya aneh, berita mengenai vampir ini seperti sebuah
serangkaian berita mengenai hal yang sama. Pertengahan tahun ini, para arkeolog
menemukan dua makam yang diduga makam vampir di Bulgaria. Ciri-cirinya, pada
jenazah yang diduga vampir itu ditusuk dua pasak tiang di dada. Cara demikian,
menurut kepercayaan, orang yang meninggal tersebut tidak akan menjadi vampir.
Tiga tahun sebelumnya, juga ditemukan makam yang diduga vampir di Italia.
Kepercayaan masyarakat, khususnya masyarakat Eropa tentang Vampir,
bermula dari kepercayaan akan adanya isu-isu pembunuhan yang terjadi di malam
hari. Isu itu lalu berkembang dengan kepercayaan akan makhluk pengisap darah.
Pada tubuh korban yang terbunuh biasanya akan terlihat bekas gigitan atau
sayatan. Indikasi itu lalu mengarah pada seseorang yang baru saja meninggal
yang kemudian makamnya dibuka, dan terlihat jenazah yang meninggal itu masih
terlihat segar. Ciri-cirinya rambut dan kuku terlihat memanjang, mulut dan
hidung keluar darah, serta tubuh yang menggembung. Hal yang demikian
diasumsikan bahwa yang meninggal ini telah melakukan pembunuhan pada malam
hari. Maka, supaya kejadian yang sama tidak terulang kembali jenazah itu
ditusuk dengan pasak di dadanya dan mengempis.
Kejadian penusukan benda-benda tajam pada jenazah, baik sebelum atau setelah dikubur supaya tidak menjadi vampir, sejujurnya bermula
dari ketidaktahuan masyarakat akan pengetahuan ilmiah bahwa jenazah itu
menggembung karena mengalami pembusukan pada organ tubuhnya. Pembusukan itu
disebabkan bakteri-bakteri dalam tubuh dan penguapan gas yang kemudian membuat
tubuh jenazah menggembung. Ketika tubuh itu ditusuk dengan pasak, sering keluar
suara yang seperti suara erangan. Suara itu kemudian diindikasikan sebagai suara
vampir.
Mengenai vampir sendiri, awalnya berasal dari kisah tentang Lilith
dari Persia. Kisah ini bercerita tentang iblis betina pengisap darah yang gemar
mencuri anak-anak kecil. Dari kisah inilah, cerita tentang makhluk pengisap
darah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Di Eropa, yang merupakan markas
vampir, cerita dimulai dari kawasan Balkan dan Mediterania lalu berlanjut ke
Eropa Barat. Cerita-cerita yang muncul bervariasi, mulai dari bentuk makhluk
hingga kejadian. Maka, tak salah jika Bram Stoker, seorang penulis kenamaan
asal Inggris, menulis sebuah cerita tentang seorang bangsawan pengisap darah
bernama Count Dracula dalam novelnya. Di dalam novelnya yang berjudul Dracula
tersebut, Stoker mengakui kalau dirinya selain terinspirasi oleh cerita-cerita,
juga terinspirasi oleh kisah Vlad si pemancang, yang terkenal dalam perang
antara Rumania dan Turki pada 1400-an. Dari Bram Stokerlah nama Dracula
kemudian menjadi trademark untuk merujuk pada makhluk pengisap darah
namun dengan tampilan ala bangsawan. Hal inilah yang kemudian diadopsi oleh
banyak cerita setelahnya dan tayangan di televisi.
Jauh sebelum Stoker, sudah banyak sastrawan seperti Johann Wolfgang
von Goethe, Heinrich August Ossenfelder, Samuel Taylor Colleridge, dan Lord
Byron, yang menuliskan kisah si pengisap darah ke dalam karya-karya mereka.
Masuknya vampir itu jelas dipengaruhi kondisi masyarakat yang sudah terpengaruh
dan percaya akan munculnya vampir. Dalam cerita-cerita fiksi itu digambarkan,
selain sebagai pengisap darah, vampir juga diketahui mempunyai kegilaan akan
seks, sebab yang menjadi korbannya kebanyakan para wanita. Unsur-unsur erotisme
dan romantisme pun sering muncul dalam penggambaran tersebut. Apalagi mengenai
rupa vampir yang seram dan buruk rupa---meski di siang hari kelihatan sebaliknya,
serta mempunyai kelemahan jika menghadapi bawang putih, sinar matahari, dan
salib. Seiring berjalannya zaman, gambaran itu coba diubah Stephanie Meyer
dalam Twilight. Vampir dalam novel yang kemudian diadaptasi menjadi film
itu digambarkan tampan, kebal terhadap salib, bawang putih, dan sinar matahari.
Di Indonesia sendiri juga ada cerita mengenai si pengisap darah,
yaitu Leak. Makhluk ---mashyur dalam cerita rakyat Bali-- yang bisa berubah wujud menjadi apa saja, dan terbang hanya
dengan kepala dan isi perut. Sasarannya, para wanita yang sedang hamil dan para
gadis. Cerita ini bersamaan dengan cerita-cerita horor lainnya masih tumbuh
subur di Indonesia seiring dengan kondisi masyarakat Indonesia yang masih
terpengaruh hal-hal mistis. Apalagi cerita-cerita tersebut merupakan
produk dari dongeng urban masyarakat, dan masyarakat semakin percaya jika nama
dan tempat yang diceritakan benar-benar ada.
Memang, vampir, jika dari kacamata rasional, tidak ada dan hanya
ekspresi ketakutan masyarakat akan suatu bahaya yang mengancam seperti penyakit
atau epidemi. Atau juga ketakutan akan struktur yang lebih tinggi dalam
kehidupan mereka, kekuasaan. Apalagi dalam gambaran umum vampir, baik yang di
Eropa lewat Dracula, juga Sava Savanovic sendiri, atau di Cina, selalu
berpakaian gemerlap ala bangsawan mengingat kebanyakan dari mereka yang menjadi
mati semasa hidupnya adalah bangsawan, pada akhirnya menjadi simbol pengisapan
rakyat oleh yang berkuasa. Contoh tersebut sebenarnya sudah ada dalam kehidupan
sehari-hari, pejabat mengisap darah rakyatnya dalam berbagai bidang kehidupan
sehingga terus melarat.
0 komentar:
Posting Komentar