Pages

Jumat, 19 Januari 2018

Jasa Copyediting Murah

Ingin naskah buku dan tulisan rapi dari segi kebahasaan?
Segera hubungi saja saya untuk jasa edit naskah atau copyediting di 087783010519 atau faqirfan@gmail.com.
Per lembar per naskah Rp 50.000
Siap mengerjakan secara profesional dengan hasil yang berkualitas.

Faaqih Irfan Djaelani
Freelance copyeditor

Selasa, 02 Januari 2018

Mengapa Kebanyakan Penjajah Adalah Negara Eropa?

Mengapa hampir semua negara di Eropa di masa lampau adalah kolonialis? Atau lebih gampangnya, kenapa kebanyakan penjajah berasal dari Eropa? Pertanyaan ini tentu sering terngiang-ngiang jika kita membaca sejarah mengenai penjajahan dan pendudukan atau kolonialisasi. Kerap disebut beberapa negara Eropa yang namanya begitu populer dalam sejarah penjajahan dunia: Inggris, Prancis, Spanyol, Portugal, dan Belanda. Ini adalah nama-nama negara Eropa yang memulai langkah mengolonisasi pada abad ke-15 hingga 17.
Kemudian pada abad ke-17 hingga 20 muncullah negara-negara Eropa lain yang dianggap kesiangan yaitu, Rusia, Jerman, Belgia, dan Italia. Keempat negara ini bersaing dengan pemain lama dalam mencari wilayah baru demi kepentingan ekonomi. Dan akhirnya, kolonialisme pun pelan-pelan berakhir setelah Perang Dunia II.
Cuma, seperti pertanyaan tadi, mengapa kebanyakan penjajah adalah negara-negara Eropa?
Untuk memahami hal itu ada baiknya kita mengetahui kondisi sosial dan geografi Benua Biru ini. Eropa adalah salah satu benua di dunia yang terletak bersatu dengan Asia di sebelah timur sehingga disebut Eurasia, dan berbatasan dengan Afrika di sebelah selatan, menghadap ke Kutub Utara di utara, dan bersempadan dengan Samudra Atlantik di barat. Jika kita perhatikan dari peta letak Eropa itu berada di utara. Wilayah yang demikian memungkinkan Benua Biru mempunyai empat musim: gugur, semi, panas, dingin.
users.rowan.edu
Sayangnya, keberadaan empat musim itu tidak ditunjang oleh keberadaan sumber daya alam yang mumpuni seperti rempah-rempah. Untuk rempah-rempah, mereka pun harus membeli ke tempat lain, yaitu ke pasar-pasar yang menjual barang-barang tersebut seperti di Konstantinopel atau di Genoa. Tentu saja membeli rempah-rempah bukan langsung dari sumbernya menyebabkan rempah-rempah itu menjadi tidak berkualitas, baik dari harga maupun barang. Dan ketika Konstantinopel direbut oleh Ustmaniyah pada 1453 sehingga jalur perdagangan rempah-rempah ditutup, membuat Eropa harus berpikir keras untuk dapat membeli rempah-rempah langsung dari sumbernya demi kelangsungan hidup. Maka, dimulailah penjelajahan dunia baru yang berpegang pada gold, gospel, dan glory.
Ketiadaan sumber daya alam seperti rempah-rempah, juga tidak adanya tanah yang subur alias mengandung ph asam yang tinggi seperti di Jawa, membuat orang-orang di benua ini berpikir keras bagaimana supaya bisa makanan yang mereka punya dan diolah bisa tahan untuk jangka waktu yang lama. Apalagi pasar untuk menjual makanan hanya diadakan per pekan.
enotes.com
Dari situlah orang-orang di benua ini berinovasi membuat tempat penyimpanan makanan sehingga makanan tersebut awet, dan juga makanan tersebut tidak bisa dihabiskan semaunya. Belakangan tempat penyimpanan makanan tersebut populer dengan nama kulkas. Selain kulkas, mereka juga berinovasi membuat makanan yang bisa tetap dimakan sepanjang melakukan perjalanan jauh, yaitu makanan kaleng.
Nah, selain inovasi untuk makanan tadi, keadaan alam Eropa yang empat musim membuat orang-orang di benua ini terutama di bagian utara begitu disiplin dan tidak mau menyia-nyiakan waktu dengan bersantai atau mengaret. Mereka beranggapan seperti dalam peribahasa time is money bahwa waktu itu akan hilang begitu saja jika tidak dimanfaatkan sehingga akhirnya merugi. Apalagi keadaan ini juga tergambar dalam tata bahasa Eropa yang mempunyai banyak kala atau tenses. Banyaknya tenses dan berubahnya kata kerja mengindikasikan bahwa segala sesuatu yang ada di pagi hari, bisa berubah di siang, sore, dan malam. Dan yang terjadi di hari ini tentu akan berbeda di keesokan harinya.
Alam Eropa yang tidak menguntungkan juga menjadi ladang berpikir kritis para manusianya terhadap sekitarnya. Dari sinilah muncul filsafat yang diprakarsai oleh Plato, Sokrates, dan para penerus mereka yang tergabung dalam filsafat Barat. Ilmu ini semakin mendapatkan tempat setelah munculnya renaisans dan aufklaerung. Para manusia Eropa yang merasa terkungkung oleh hal-hal yang dogmatis mulai memberontak dengan mengekspresikan diri dalam bidang ilmu pengetahuan seperti seni dan budaya. Di situlah mereka mulai berani membuka diri dan berkata bahwa yang menentukan hidup seseorang adalah diri sendiri, bukan orang lain apalagi Tuhan. Dan ini sejalan dengan low context culture yang mereka anut.
Pada akhirnya kajian untuk mempelajari manusia dan tingkah lakunya muncul melalui antropologi. Dari ilmu yang menitikberatkan pada eksistensi manusia inilah timbul keinginan untuk mempelajari budaya manusia lain, dalam hal ini di luar Eropa. Bak gayung bersambut keinginan untuk mempelajari itu sejalan dengan penjelajahan dunia baru. Ketika didapati bahwa manusia dan budaya di luar itu sungguh berlainan muncul anggapan-anggapan merendahkan dan rasialis. Apalagi hal tersebut didukung dengan anggapan bahwa kulit putihlah yang terbaik karena merupakan manusia pilihan Tuhan. Akibatnya, manusia-manusia di luar itu harus direndahkan, diperbudak, dan dikuasai hanya untuk mendapatkan rempah-rempah yang diinginkan.
Situasi ini sejujurnya juga berkaitan dengan teori yang mengatakan bahwa belahan bumi utara akan membutuhkan selatan demi keberlangsungan hidup, yaitu berupa bahan-bahan mentah yang kemudian akan dipikirkan cara pengolahannya supaya menjadi barang yang berguna. Sebaliknya, selatan akan membutuhkan utara terhadap barang-barang yang sudah jadi itu, dan tinggal digunakan, tanpa perlu dipikirkan kembali setelah digunakan. Selain barang, belahan bumi selatan juga menerima paham-paham kemajuan ala bumi utara, yang sesungguhnya bahan mentahnya berasal dari selatan. Itulah mengapa Eropa yang berada di utara lebih maju daripada yang berada di selatan seperti Indonesia yang tampak santai dan tidak perlu berpikir serta bekerja keras karena keadaan alam yang tiap harinya selalu menyediakan yang diinginkan. Keadaan yang berlaku di Eropa juga berlaku di Jepang dan Amerika Serikat, sehingga kedua negara itu juga melakukan ekspansi mencari sumber daya hingga hari ini.


 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran