Pages

Rabu, 17 Desember 2014

Iran (Persia)-Barat (AS-Eropa): Sebuah relasi

Sepasukan berjubah hitam pekat dan berwajah monster itu tiba-tiba menyeruak ke arah sepasukan berbadan kekar ala binaragawan. Mereka lantas bertempur dan pertumpahan darah tak terelakkan. Itulah gambaran adegan film 300 1 dan 2, film yang menggambarkan peperangan antara negara-kota Yunani dan Kekaisaran Persia. Peperangan itu terjadi pada 500 SM. Sekilas adegan itu merupakan adegan yang seru sebagaimana halnya film peperangan. 

tweakguides

Angelfire

historyofmacedonia

arthistoryjournal

earlyworldhistory


Namun adegan di atas yang menggambarkan rupa para prajurit, terutama prajurit Persia dipermasalahkan. Hal ini jelas menimbulkan ketidaksenangan untuk beberapa pihak sekaligus menyimpang dari sejarah. Banyak orang Iran protes mengenai hal tersebut. Perlu diketahui Persia adalah nama baheula Iran. Mereka memprotes tampilan yang demikian seolah-olah wajah mereka di masa lalu begitu menyeramkan dan barbar. Orang-orang Persia juga ditampilkan dalam wajah hitam Afrika bukan putih Indo-Eropa. Film 300 1 dan 2 seolah-olah telah menjadi pengingkaran keberadaban bangsa Persia di masa silam. Pada akhirnya, film itu dilarang tampil di Iran karena memarjinalkan dan menyudutkan.

Keadaan di atas hanyalah sekian contoh dari relasi antara Iran dan Eropa. Film itu dirilis ketika Iran sedang gembar-gembornya mempromosikan teknologi nuklirnya demi kesejahteraan. Namun niat Iran itu dipandang lain oleh Barat, terutama Amerika Serikat yang merupakan rival sejak 1979. Amerika Serikat memandang bahaya nuklir Iran yang dapat mengancam perdamaian dunia sehingga menyerukan pemboikotan dan penyerangan. Namun Iran menganggap santai seperti angin lalu dan terus mengembangkan nuklirnya hingga sekarang.

Perseteruan antara Iran dan Barat memang tidak bisa lepas dari masa lalu, yang kemudian tergambar secara subjektif dalam 300. Dalam sejarah peradaban dunia, Iran mempunyai sejarah masa lalu yang gemilang dan mengagumkan dengan nama Kekaisaran Persia. Inilah kekaisaran yang mempunyai wilayah membentang dari India hingga Eropa. Kekaisaran Persia merupakan lanjutan dari Peradaban Bulan Sabit Subur Mesopotamia. Orang-orang Persia adalah keturunan Indo-Eropa yang berasal dari Pegunungan Zagros. Pada masa Mesopotamia akhir mereka memberontak terhadap kekuasaan Assyria. Lantas mereka mendirikan Kerajaan Media yang dianggap sebagai kerajaan Persia awal. Kerajaan itu kemudian ditaklukkan oleh Koresh atau Cyrus yang mendirikan Kerajaan Persia Akhemeniyah pada 549 SM. Akhmeniyah merupakan Kekaisaran Persia pertama yang dalam perjalanan sejarahnya berinteraksi langsung dengan Eropa.

Yunani adalah negara Eropa pertama yang melakukan kontak dengan Persia. Berawal dari perdagangan dan koloni orang-orang Yunani di kekuasaan Persia. Orang-orang Yunani adalah orang-orang maritim di Eropa seperti halnya Funisia yang gemar mendirikan koloni di luar negara-kota Yunani. Karena itu, terdapatlah koloni-koloni Yunani di Siprus, Kreta, Italia, Prancis, Afrika, serta Asia Kecil. Kontak yang awalnya damai itu perlahan berubah menjadi peperangan terbuka ketika terjadi pemberontakan oleh orang-orang Yunani terhadap pemerintahan Persia di Asia Kecil. Pemberontakan itu dapat dipadamkan namun mengundang minat Koresh untuk meluaskan ekspansi terhadap negara-kota Yunani yang dianggap membantu terjadinya pemberontakan. Terjadilah peperangan antara Yunani dan Persia setelah itu. Peperangan yang terjadi selama tiga kali merupakan peperangan akbar antara negara-kota Yunani yang secara politis terbelah melawan Kekaisaran Persia Akhemeniyah yang mapan dan  terstruktur. Ini ibarat Daud melawan Jalut. Di atas kertas seharusnya Persia bisa memenangkan peperangan ini. Sayangnya, sebaliknya. Negara-kota Yunani seperti Athena dan Sparta bersatu padu melawan invasi Persia itu sehingga Persia dapat dikalahkan dan gagal menaklukkan Yunani meski telah berganti raja dari Koresh ke Ashyaweros (Xerxes). Peperangan ini dicatat dengan apik oleh Herodotus dalam bukunya, Histories. Sayangnya,  pencatatan itu sendiri mengandung unsur subjektif dengan menyebut Persia sebagai barbar dari timur. Istilah inilah yang seterusnya dipakai oleh Barat kala menyebut dan menghadapi Persia.

Setelah kegagalan menguasai negara-kota Yunani dan hanya bisa mengadu domba melalui Perang Peloponesia, Persia berhadapan dengan Yunani Bersatu di bawah pimpinan Alexander Agung dari Makedonia. Raja muda yang sepertinya semenjak kecil terobsesi menaklukkan Persia berhasil mewujudkan impiannya. Persia dan wilayah kekuasaannya berhasil ditaklukkan pada 330. Raja Persia, Darius III, yang awalnya meremehkan kekuatan Yunani, melarikan dan berhasil dibunuh. Persia pun berada di bawah kekuasaan Eropa untuk pertama kalinya. Tindakan ini seperti tindakan balasan atas invasi Persia sebelumnya.

Setelah Yunani, giliran Romawi yang menjalin kontak dengan Persia. Ini pun sudah berabad-abad. Yunani telah dikuasai Romawi, yang merupakan penerus peradaban mereka. Romawi, mayoritas bangsa Latin, melakukan kontak dengan Persia ketika Romawi masih berbentuk republik. Tepatnya pada 92 SM. Bermula dari kontak antara Mithridates I dan II dari Persia dan Lucius Sulla dari Romawi mengenai kemungkinan persekutuan Persia-Romawi. Pada masa ini Kekaisaran Persia tidak lagi dipegang oleh Akhemeniyah tetapi oleh Parthia. Persekutuan itu memang terjadi namun yang terjadi selanjutnya adalah peperangan antara dua bangsa besar yang mewakili Asia dan Eropa. Peperangan itu berlangsung dari masa Persia dikuasai dua dinasti berturut-turut, Parthia dan Sassaniyah dan dari masa Romawi masih menjadi republik hingga kekaisaran. Peperangan keduanya berlangsung selama 7 abad. Berawal dari Perang Carrhae yang berhasil membunuh Jenderal Romawi, Marcus Crassus oleh Surena, perang keduanya merupakan perang yang menampilkan kedua belah pihak silih berganti meraih kemenangan dan meraih kekalahan. Dalam masa peperangan kedua kekaisaran itu juga terdapat hubungan baik antara kedua belah pihak. Seperti permintaan tolong putra Maurice, salah seorang kaisar Romawi yang terbunuh dalam intrik internal kepada Kaisar Persia, Khursou Parvis. Permintaan tolong ini lantas dibalas dengan pengerahan pasukan Romawi untuk menguasai kota-kota Persia. Kejadian ini terjadi pada masa Persia dipimpin Dinasti Sassaniyah dan Romawi oleh Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium.

Persaingan keduanya berakhir pada 629 yang ditandai oleh kembalinya salib suci ke Yerusalem oleh Heraklius. Pada masa keduanya tidak lagi berperang muncullah kekuatan Arab Muslim dari Hijaz yang sukses menguasai wilayah kedua kekaisaran. Persia bisa dibilang menjadi pihak yang paling merugi karena kekaisarannya diakhiri oleh kekuatan Arab Muslim. Sedangkan Byzantium baru runtuh pada 1453. Itu pun bukan oleh Arab, melainkan oleh Turki.

Persia yang selanjutnya dikuasai oleh Arab Muslim pada masa Kekhalifahan Umayah dan Abbasiyah akhirnya menjadi kekuatan yang independen di bawah Dinasti Safawiyah pimpinan Shah Abbas pada 1501. Ini adalah dinasti yang berbeda dengan dinasti-dinasti Persia sebelumnya. Zoroaster bukanlah lagi agama utama dan sudah digantikan oleh Islam Syiah yang dijadikan sebagai agama negara. Di masa inilah Persia mulai bertemu lagi dengan Eropa. Namun bukan Yunani, juga Romawi. Rusia negara Eropa yang dimaksud. Negara besar di Eropa Timur ini merupakan salah satu kekaisaran besar pada abad ke-16. Luas wilayah kekaisaran Rusia yang membentang dari Moskow hingga Siberia rupanya bertabrakan dengan keinginan ekspansi Persia. Apalagi di masa Dinasti Qajar Persia merupakan sekutu Prancis Napoleon di Asia. Perlu diketahui Rusia merupakan musuh Napoleon. Keduanya lantas bertempur. Tercatat pertempuran berlangsung selama 5 kali dan berakhir pada masa Dinasti Qajar pada 1828 dengan kemenangan Rusia. Kedua belah pihak kemudian mengadakan perjanjian damai di Turkmencay. Pada masa-masa bertempur ini Rusia sempat menguasai Sepahan, ibu kota Persia sebelum Teheran, Tabriz, dan Qazvin.


Itulah relasi antara Iran dan Barat yang sudah ada semenjak Iran masih bernama Persia dan Barat diwakili Yunani, Romawi, dan Rusia. Namun ada yang berbeda dari kelanjutan relasi itu. Iran sepertinya tidak mempunyai hubungan yang tetap tidak harmonis dengan titisan-titisan Yunani dan Romawi. Dalam hal ini Amerika dan negara-negara Eropa Barat. Tetapi dengan Rusia kebalikannya dan terlihat mesra. Tentu saja ini hasil dari kebijakan politik Iran pra dan pasca-Republik Islam Iran.  Setidaknya relasi negatif antara Iran dan Barat menunjukkan bahwa Iran masih diperhitungkan hingga disindir melalui 300.

Sabtu, 13 Desember 2014

Kisah Para Kaum Nomaden Penakluk Eropa

Mereka adalah pengelana Asia Tengah. Bermodalkan kuda dan panah, Eropa pun ditaklukkan. Para pelahir kekaisaran transbenua
---------------------------
Menyebut nama Hun, Mongol, dan Turki memang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Meski muncul di tahun dan abad yang berbeda-beda, ketiga suku itu tetap dianggap satu darah dan serumpun. Begitulah menurut seorang sinolog asal Prancis, Joseph de Guignes. Ia mengatakan bahwa ketiganya berasal dari suku yang sama, Xiongnu. Xiongnu adalah suku di Asia Tengah yang kemudian membentuk kekaisaran berbatasan dengan Cina. Raja terkenalnya adalah Motun.

Meski tesis De Guignes ditertawakan, belakangan hal itu terbukti. Sifat nomaden dan suka berkelana, memanah dari atas kuda, berlaku beringas serta mempercayai shamanisme di masa-masa awal merupakan bukti-bukti yang tak dapat disangkal bahwa Hun, Mongol, dan Turki memang sedarah dan serumpun. De Guignes memang mendasarkannya pada bahasa-bahasa orang Xiongnu dengan Hun, Mongol, dan Turki yang ternyata memang sama. Selain melalui tesis De Guignes, bangsa-bangsa itu memang menyadari bahwa mereka sedarah dan serumpun. Orang Mongol mengakui orang Hun sebagai kerabat. Begitu juga orang Turki akan mengakui orang Mongol sebagai saudara jauh.
albrechtdurerblog.com
Dari tesis De Guignes itulah perilaku ketiganya tergambar pada masa-masa penaklukkan yang berawal dari stepa di Asia Tengah. Xiongnu, yang berarti budak jahat sebagai nenek moyang mereka menurukan sikap kekuatan untuk berkelana dan ditakuti oleh para penduduk non-nomaden. Xiongnu yang memulai peperangan terhadap bangsa Han di Cina dan setelah tersebar ke berbagai stepa di Asia Tengah perlahan mulai bangkit dalam bentuk Hun, Mongol, dan Turki. Bangsa Hun, yang diperkirakan muncul pada 434-454 dengan rajanya Atilla, merupakan bangsa nomaden pertama yang memulai penaklukkan dari Asia Tengah hingga Eropa Barat. Bangsa ini merupakan kelompok pengganggu kekaisaran Romawi, yang merupakan kekaisaran terbesar di Eropa dan Asia. Melalui Atilla, Hun menjadi bangsa yang ditakuti para prajurit Romawi yang tidak terbiasa menghadapi para pemanah sekaligus penunggang kuda yang beringas. Bangsa Hun juga menjadi penerus Xiongnu yang mendirikan kekaisaran nomadik namun bersifat transbenua yang membentang dari Asia Tengah hingga Sungai Rhine di Jerman yang menjadi batas alami dengan Kekaisaran Romawi Barat. Di dalamnya juga termasuk Laut Baltik dan Laut Hitam yang juga menjadi batas dengan Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium. Sifat bangsa ini, yang menurut pandangan Romawi, barbar menjadi kosakata negatif yang akan selalu dipertautkan ketika menyaksikan sesuatu yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Sepeninggal Atilla, Hun yang bersatu di bawahnya, perlahan-perlahan pecah dan memudar. Meski begitu bangsa Hun, terutama Atilla, menjadi legenda yang pernah menaklukkan Eropa.

static.comicvine.com

Delapan ratus tahun kemudian, keturunan Xiongnu yang lain, Mongol, muncul. Adalah Temujin alias Jengis Khan, seorang anak penggembala yang berhasil menyatukan seluruh suku di Mongolia dan lantas membentuk Kekaisaran Mongol pada 1206. Sejak saat itu dimulailah penaklukkan oleh Mongol dari daratan Asia Tengah, Timur Tengah, lantas berlanjut ke Eropa. Sama seperti Hun, Mongol adalah bangsa pengelana yang mengandalkan kuda untuk berperang sambil memanah di atasnya. Panah Mongol ini sangat akurat dan mampu menghancurkan musuh. Hal itu juga didukung oleh stamina mereka yang mampu menjelajah hingga ribuan kilometer, baik individu maupun bergerombol. Inilah yang membuat yang diserang begitu terkejut, terutama di Eropa. Raja-raja di Polandia, Rusia, Hungaria, Ukraina, hingga Kroasia tak kuasa menahan serbuan Mongol yang diidentikkan sebagai penanda datangnya hari kiamat. Mereka menyerang, menghancurkan, menjarah, dan membunuh tanpa ampun. Menyebabkan ketakutan dan peringatan di seluruh Eropa sampai-sampai Paus harus berpikir untuk bertindak mengenai bangsa yang satu ini, yang dianggap keluar dari neraka dan barbar. Kemudian diajaklah bangsa ini bekerja sama oleh bangsa Frank untuk bersama-sama menghadap bangsa lain yang juga dianggap barbar, Saracen, dalam Perang Salib. Fisik Mongol yang bermata sipit dan berkulit kuning langsat menyebabkan pandangan general bagi orang Eropa untuk menyatakan Mongol dalam kesehatan (down syndrome) dan etnis dari Asia Timur-Tenggara (mongoloid).

istoriya.net
Ketika Mongol sedang berjaya dengan penaklukan-penaklukannya yang mengempaskan beberapa peradaban seperti Persia, Abbasiyah, dan kerajaan-kerajaan di Eropa, muncul lagi sebuah suku pengelana di Asia Tengah, Turki. Oleh para ahli mereka disebut sebagai saudara jauh Mongol. Seperti Hun dan Mongol mereka juga berkuda dan memanah serta mempunyai fisik dan stamina yang bagus. Orang-orang Turki ini terbagi dalam beberapa suku. Sebagaimana halnya suku-suku pengelana di Asia Tengah mereka juga menganut shamanisme. Kemunculan mereka dimulai pada abad ke-6. Setelah sering bertempur dengan orang-orang Arab Muslim di Transoxiana dan Khazar, bangsa ini memeluk Islam dan dijadikan tentara budak oleh orang-orang Arab. Lantas ketika orang-orang Turki sudah mulai merasa kuat, mereka memberontak terhadap tuannya dan mendirikan Kesultanan Mamluk yang berpusat di Kairo, Mesir. Sebelumnya, pada 1037 suku Turki yang lain, Bani Seljuk mendirikan kesultanan pertama Turki, Kesultanan Seljuk Raya yang berpusat di Persia. Bani Seljuk inilah yang kemudian menjadi target orang-orang Frank yang tergabung dalam tentara salib di Perang Salib. Kesultanan Seljuk kemudian hancur oleh serangan Mongol. Beberapa suku yang di dalamnya tercerai berai dan hanya menyisakan suku Usman. Dari Usmanlah terbentuk Kesulltanan Usmaniyah pada 1299. Kesultanan Turki dan juga Islam inilah yang memulai ekspansi hingga Eropa. Beberapa negara Eropa seperti Austria, Rumania, Yunani, dan negara-negara Balkan menjadi wilayah kekuasaan Usmaniyah melalui pertempuran-pertempuran sengit. Namun dari sekian ekspansi yang dilakukan, penaklukan atas Konstantinopel menjadi penaklukan berpengaruh. Penaklukan yang terjadi pada 1453 itu menandai berakhirnya kekuasaan Eropa (Byzantium) di sekitar Laut Hitam dan Laut Marmara sehingga berdampak psikologis terhadap orang-orang Eropa yang kemudian menyamakan Turki dengan Saracen sekaligus membuat Eropa Barat waspada terhadap kekuatan Turki semenjak itu.

Para Pengelana di Masa Kini
Berganti zaman, berganti pula era kekuasaan. Para pengelana Asia Tengah yang mendirikan kekaisaran transbenua nomadik itu kini bernasib agak berbeda. Hun, setelah Kekaisaran Hun runtuh sepeninggal Atilla, tercerai-berai. Orang-orang yang diyakini masih keturunan Hun berada di Hungaria dan Bulgaria, dan menjadi kebanggaan nasional. Berbeda dengan Eropa Barat yang cenderung memusuhi dan menyamakannya dengan kekejaman. Mongol, kini hanya benar-benar di Mongolia, negara di Asia Timur yang berbatasan dengan Rusia. Namun beberapa diasporanya tersebar seperti di India, Rusia, Cina, negara-negara Asia Tengah. Khusus India, mereka bisa dikenal dengan nama Khan di belakang nama depan. Sedangkan Turki terpusat di Turki yang sebagian wilayahnya berada di Jazirah Anatolia pasca-runtuhnya Kesultanan Usmaniyah pada 1923. Namun Turki masih beruntung karena masih mempunyai segenggam wilayah di Eropa, tepatnya di Istambul.

Kamis, 13 November 2014

Antara Asia dan Eropa

Asia dan Eropa. Dua nama yang akan selalu berkaitan. Yang satu menunjukkan nama benua di Timur. Yang satu lagi di Barat. Keduanya pun lantas mewakili yang disebut Timur dan Barat. Yang satu merupakan benua besar dan padat karena banyaknya negara-negara dengan teritori yang begitu luas dan penduduknya yang banyak. Karena itu, banyak negara di Asia masuk dalam lima besar penduduk terbanyak. Sebut saja India, Cina, dan Indonesia. Yang satu lagi merupakan benua kecil dan ramping. Luas negara-negara di dalamnya pun tak seberapa dengan yang di Asia. Begitu juga jumlah penduduknya. Membayangkannya pun seperti kurcaci dan raksasa.

wikipedia.org

Hanya dibatasi oleh Pegunungan Ural, Kauskasus, dan Sungai Don Asia dan Eropa sesungguhnya sebuah kesatuan yang membentang dari Siberia hingga Kepulauan Inggris. Inilah yang membuat para ahli bumi menyebut dua benua itu Eurasia. Dalam sejarahnya, kedua benua itu saling mewarnai satu sama lain. Baik melalui perdagangan, budaya, teknologi hingga kolonialisme. Baik secara langsung maupun tidak langsung.

Asia, yang luasnya 44 juta kilometer persegi, merupakan benua tempat lahirnya peradaban-peradaban kuno nan mengagumkan. Dimulai dari Mesopotamia, Mohenjo Daro-Harappa, Cina Kuno, Persia, hingga di Asia Tenggara. Asia juga merupakan tempat lahirnya kerajaan-kerajaan besar yang luasnya bahkan mencapai Eropa dan Afrika. Persia, Ustmaniyah, Mongol menjadi contoh-contoh. Dan Asia merupakan tempat lahirnya agama-agama besar, yang sekarang ini banyak dianut penduduk dunia. Sebut saja Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Tao, Konghucu.

Sedangkan hal yang berkebalikan berada di Eropa. Kecuali Yunani Kuno dan Romawi, selebihnya Eropa hanyalah penerima dari Asia. Dalam hal ini agama. Mayoritas Eropa beragama Kristen, agama yang masuk pada masa Romawi. Berbeda dengan Asia yang mempunyai ragam agama. Eropa juga menjadi penerima pemikiran-pemikiran baru dalam bidang filsafat dari Asia pada masa renaisans. Penerima dan peniru kemajuan-kemajuan yang dialami Asia pada masanya. Marco Polo menjadi saksi kemajuan Asia ketika ia berada di Cina. Dan Eropa juga menjadi penerima teknologi meriam Cina secara tidak langsung ketika Mongol menginvasi Eropa. Sebuah invasi yang membuat Eropa dalam ketakutan. Sebuah invasi yang membawa wabah penyakit pes.

Mengenai invasi ke Eropa, Mongol bukanlah yang pertama kali. Persia disebut-sebut yang pertama ketika menginvasi Yunani pada masa Dinasti Aechemenid. Disusul Muslim yang menginvasi Kreta, Italia, dan Spanyol. Selanjutnya, Ustmaniyah. Menjadi penanda terakhir invasi Asia ke Eropa hingga Eropa pun berbalik menginvasi Asia akibat renaisans yang dimilikinya. Menjadikan beberapa wilayah di Asia menjadi koloni sampai datang Perang Dunia ke-2.

Kedua benua, yang hanya terpaut enam jam, merupakan benua dengan mayoritas negaranya menjadikan bahasa asli menjadi bahasa nasional. Eropa, yang luasnya 10 juta kilometer persegi, dengan jumlah 50 negara, beberapa bahasanya menjadi bahasa internasional. Sebut saja Inggris dan Prancis. Tentu saja karena hegemoni. Sedangkan Asia, bisa dibilang hanya Cina yang benar-benar menjadi bahasa internasional mengingat hegemoni Cina yang cukup kentara belakangan dalam perdagangan dan militer.

Dalam bidang teknologi dan transportasi, boleh dibilang Eropa yang cukup mendominasi. Hampir semua negara Eropa dapat dikatakan negara maju dalam teknologi dan sejahtera walaupun belakangan agak mengendur akibat krisis ekonomi yang melanda. Begitu juga dengan transportasi. Hampir semua Eropa terhubung dan terintegrasi. Bahkan Eropa mempunyai badan bersama bernama Uni Eropa, yang meregulasi segala bidang kehidupan di Eropa dalam satu Eropa supaya Eropa tidak terpecah-belah lagi ketika Perang Dunia ke-2, perang yang cukup meluluhlantahkan si benua biru. Kemajuan itu juga berdampak pada olahraga, kesehatan, dan hukum. Eropa merupakan benua olahraga paling maju, terutama dalam sepak bola. Lalu pada kesehatan, dengan banyaknya asuransi dan jaminan kesehatan. Dan, pada hukum, benua ini paling sering menyuarakan HAM dan hukum kesetaraan.

Sedangkan Asia menjadi kebalikan. Tidak semua negara di Asia maju. Terlihat timpang. Di beberapa negara Asia pun masih terlihat kemiskinan dan ketidakdilan. Perang dan konflik juga sering merajalela, terutama di Timur Tengah. Irak, Afghanistan, Israel, Palestina, dan Suriah menjadi saksi-saksi konflik-konflik yang terjadi. Pasca Perang Dunia ke-2 pun tercipta banyak konflik. Timur Tengah, India, Cina, dan Vietnam hanyalah beberapa contoh. Perang perebutan wilayah dan keyakinan serta pengaruh komunis hanyalah juga beberapa faktor penyebab. Hal ini yang menyebabkan kemiskinan dan ketidakadilan, yang sebenarnya juga disebabkan oleh kolonialisme Eropa atas Asia yang begitu lama. Transportasi di Asia tidaklah begitu maju dan tidak saling terhubung seperti di Eropa. Kondisi geografis Asia yang tak hanya daratan juga menjadi penyebab. Berbeda dengan Eropa, yang hampir semuanya daratan. Kemudian, pada 1960, tercetus proyek rel transbenua yang menghubungkan Asia dan Eropa secara keseluruhan. Namun, sepertinya proyek itu, hingga hari ini, belum terlihat batang hidungnya. Asia bukanlah Eropa yang bisa terintegrasi dalam Uni Eropa. Di kawasan ini hanya ASEAN yang boleh dibilang menonjol. Yang lainnya tidak terlihat. Asia pun terlihat lebih kompleks. Mulai dari budaya, etnis, hingga agama. Berbeda dengan Eropa yang sama-sama putih. Inilah yang membuat Asia lebih berwarna.


Di antara Asia dan Eropa, kekaburan bisa saja terjadi. Negara yang satu bisa dianggap Asia, bisa juga dianggap Eropa. Turki, Rusia, Kazakhstan, Armenia, Siprus, Israel, Georgia menjadi contoh-contoh kekaburan dalam geografis, politik, dan olahraga.

Itulah Asia dan Eropa, dua benua yang secara geografis selalu terhubung dan tidak bisa terpisahkan satu sama lain. Kedua-duanya saling membutuhkan dalam berbagai hal namun juga saling mencurigai sehingga bisa menyebabkan konflik seperti di masa lalu.

Selasa, 28 Oktober 2014

Neologisme Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan unsur dalam kehidupan manusia yang bersifat dinamis alias sering berubah-ubah mengikuti keadaan zaman. Ini menunjukkan bahasa bukanlah sesuatu yang konstan dan eksak, meskipun mempunyai formulasi yang pakem dalam tata bahasa atau pelafalan yang tepat dalam tata bunyi. Kenyataannya, bila tidak mengikuti arus utama dalam berbahasa, seringkali muncul kata-kata baru, yang ternyata dapat memberikan khazanah baru dalam berbahasa serta menyumbang kosakata.

Keadaan, yang demikian, disebut dengan neologisme. Jika merujuk pada asal katanya, neologisme berasal dari dua kata, neos dan logos. Neos berarti baru sedangkan logos kata. Jika diartikan secara harfiah, kata ini ini ialah ihwal mengenai kata baru yang sengaja diluncurkan. Di dalam banyak bidang neologisme, seperti kedokteran dan psikologi neologisme diartikan sebagai sebuah keadaan pasien penderita sakit jiwa yang menciptakan kata-kata baru yang hanya dapat dimengerti oleh dirinya sendiri. Karena itu, kata-kata itu terdengar aneh dan tidak dapat dijangkau nalar. Contoh Vicky Prasetyo bisa menjadi kasus. Ia, yang kontroversial, ketika hendak menikahi Zaskia Gotik, secara, entah sengaja atau tidak, mengucap kata-kata seperti: statuitasi kemakmuran, kontroversi hati, dan labil ekonomi.

Di dalam linguistik, neologisme, menurut KBBI, ialah kata bentukan baru atau makna baru untuk kata lama yang dipakai dalam bahasa untuk memberi ciri pribadi atau demi pengembangan kosakata. Sebenarnya, jika dilihat secara umum, istilah neologisme dalam, baik dalam linguistik maupun psikologi-kedokteran hampir mirip: mencipta kata baru demi kepentingan pribadi atau bisa dimengerti dirinya sendiri. Namun, dalam ranah linguistik neologisme bisa berhubungan dengan sosiolinguistik bahasa dan penuturnya, yang berarti juga bisa berkaitan dengan budaya pribadi atau suatu tempat.

Kata neologisme pertama kali muncul dalam bahasa Prancis, yang menyerap dari bahasa Yunani Kuno pada 1734. Lantas kata itu kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi neologism pada 1772. Ketika di Indonesia menjadi neologisme. Munculnya kata itu dari Eropa menunjukkan bahwa benua itu merupakan pengguna pertama neologisme. Neologisme muncul pada abad ke-19 dan 20 ketika dunia, yang terpusat di Eropa dan Amerika, sedang giat-giatnya mengembangkan teknologi oleh karena Revolusi Industri yang berdampak cukup luas ke beberapa aspek, yaitu, ekonomi, sosial, dan politik. Gerrymandering tercatat merupakan bentuk neologisme pertama. Kata ini masuk dalam ranah politik dan tercipta pada 1812. Terciptanya kata ini berawal dari reaksi yang dilakukan Boston Gazzete atas penggambaran ulang distrik pemilihan kongresional Massachussets di bawah pemerintahan Gubernur Elbridge Gerry. Pembagian area yang dilakukannya semata-mata untuk pemanfaatan politis bagi partainya, Republik dan Demokrat. Neologisme ini bersifat negatif karena merupakan tindakan untuk memanipulasi wilayah pemilihan. Dari gerrymandering ini, terciptalah kata-kata yang menggabungkan nama dengan mandering seperti halnya istilah -nomics. Kebalikan dengan -mandering, -nomics, yang merupakan neologisme dalam ekonomi, bersifat positif.

Neologisme kemudian menyebar ke berbagai bidang seperti komunikasi, sastra, militer, sosial, teknologi, dan budaya populer. Dalam kehidupan sehari-hari jamak terdengar global village (kampung/desa global), cyberspace (ranah maya), radar, internet, laser, dan blog. Kata-kata tersebut merupakan neologisme global yang berasal dari empunya globalisasi, Amerika Serikat. Kata-kata ini, kebanyakan muncul pada pasca-Perang Dunia ke-2.

Neologisme secara umum dapat berbentuk kata tunggal atau majemuk/gabungan jika dilihat wujud fisiknya. Selain itu dapat pula berbentuk singkatan dan akronim.

Neologisme di Indonesia

Di Indonesia juga terdapat neologisme. Neologisme di sini tampaknya lahir untuk membendung globalisasi ala Amerika Serikat. Berawal dari keinginan Presiden Soekarno, yang menginginkan Indonesia menjadi negara berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), dimasukkanlah beberapa kata dari bahasa Sansekerta untuk membendung globalisasi itu, seperti pramugari, peragawati, dan dasawarsa. Sansekerta, dan juga bahasa Jawa dipilih dikarenakan kedua bahasa itu merupakan penyumbang kosakata terbanyak dalam bahasa Indonesia meskipun bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu-Riau. Hal ini berbeda dengan di Amerika dan Eropa, yang neologismenya, berakar pada bahasa Latin dan Yunani.

Uniknya, neologisme di Indonesia ialah bahasa asing dilawan dengan bahasa asing. Hal ini karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan banyak suku bangsa dan bahasa. Beberapa suku bangsa di Indonesia secara tidak langsung ikut menyumbang kosakata-kosakata mereka. Gambaran neologisme di Indonesia ialah penyerapan bahasa asing/daerah dengan tidak mengubah ejaan kata (lokakarya), mencampur bahasa daerah/asing (prasejarah), menyerap dengan menerjemahkan total (dalam jaringan), menyerap dengan menerjemahkan sebagian (cakram flopi), dan akronim/singkatan (alutsista, tupoksi). Uniknya lagi, salah satu kata berbau neologisme, swasembada, diciptakan oleh orang asing bernama Zorica Dubovska, seorang penutur bahasa Indonesia asal Republik Ceska. Kata swasembada,  yang menurut KBBI, berarti mencukupi kebutuhan sendiri, tercipta dari kata svepomoc yang hendak diterjemahkan oleh Zorica.

Neologisme, mengingat merupakan kata baru di luar arus utama atau kelaziman, tidak sepenuhnya mudah diterjemahkan atau dipadankan ke dalam bahasa lokal. Hal ini dikarenakan sifatnya yang dinamis dan berasal dari budaya tempat kata itu berasal yang juga menyertakan kondisi masyarakatnya secara sosiolinguistik. Misal, kata-kata seperti wearable devices, electric/diesel multiple unit, bus rapid transit, mass rapid transit, smartphone, smartwatch merupakan sekian contoh. Beberapa kata sudah ada yang diterjemahkan dan dipadankan namun mubazir karena jarang digunakan akibat mentalisme masyarakat. Seperti kusala untuk award, tetikus untuk mouse, perangkat lunak untuk software, dan perangkat keras untuk hardware.

Hal ini dikarenakan kata-kata itu muncul dari negara, yang masyarakatnya, merupakan pelahir teknologi maju sehingga ketika dipadankan juga akan terasa tidak sedap di telinga. Di dalam masyarakat yang maju itu juga lahir hal-hal yang bersifat inovatif.  Akibatnya, terjadi globalisasi dan imperialisme bahasa yang pada akhirnya memaksa masyarakat yang disasar harus menerima mentah-mentah. Contoh paling sederhana dari ini ialah pemakaian nama-nama umum di bahasa asalnya dan menjadi merek produk teknologi. Twitter, Facebook, Google, dan Skype. Beberapa negara, yang kuat bahasanya, seperti Prancis, Jerman harus menerima globalisasi merek ini walau bisa dipadankan. Apalagi Indonesia.

Jumat, 24 Oktober 2014

Garup, Pergarup

HANYA DI BIOSKOP
MULAI 11 SEPTEMBER 2014
harianjogja.com
Begitulah kalimat yang tertulis pada poster sebuah film berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Extended, sebuah film yang diangkat dari roman laris karya Hamka. Poster itu terpampang di dalam gerbong Commuter Line Jakarta-Bogor sebagai sebuah reklame promosi komersial. Saya yang melihat kalimat itu langsung mengganti kalimat dalam ke dalam bahasa Inggris:

ONLY IN THEATRE
BEGINS SEPTEMBER 11 2014

Saya tahu persis bahwa kalimat itu secara tidak langsung memang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Ketika menerjemahkan itu pikiran saya langsung mengarah kepada kata theatre, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi bioskop. Nah, dari sini saya mulai mengarah lagi ke terjemahan itu. Inilah yang membuat saya ingin mencoba menulis perihal itu.

Bahasa Indonesia mengenal kata bioskop untuk menyebut sebuah pertunjukan dengan gambar yang disorot sehingga dapat bergerak atau berbicara. Begitulah yang saya baca dari KBBI, sebagai kitab sahih untuk penutur dan pengguna bahasa Indonesia. Kemudian ada lema yang menyatakan: gedung pertunjukkan film cerita. Bila melihat pada lemanya, bioskop kemudian dijadikan padanan untuk kata theatre. Theatre dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Prancis theatre dan bahasa Latin theatron, tempat untuk memandang/ menyimak. Di dalam bahasa aslinya, theater bisa bermakna tempat atau gedung yang mementaskan pertunjukkan musik, drama, dan film (Webster). Mengenai hal ini, di KBBI pun sudah ada lema teater sebagai padanan serapan langsung theatre. Kata theatre untuk film sebenarnya lebih banyak ditemukan di Amerika Serikat. Kata ini bersinonim dengan kata cinema, dalam bahasa Indonesia menjadi sinema.

Namun, yang menarik dan menjadi pertanyaan bagi saya pribadi adakah kata asli yang tepat untuk mengartikan theatre? Yang saya tahu bioskop itu berasal dari bahasa Belanda, bioscoop, yang harfiahnya gambar hidup, dan berasal dari bahasa Yunani, bios (hidup) dan scoop (gambar). Kamus Van Dale pun menyatakan bahwa bioskop adalah tempat memutar film. Lantas saya teringat pada kata ini di negeri jiran Malaysia. Di sana bioskop disebut sebagai pawagam atau panggung wayang gambar. Kemudian saya teringat lagi poster film Dracula Untold yang saya lihat di sebuah media siber Malaysia. Bunyinya:

HANYA DI PAWAGAM
MULAI 3 OKTOBER

Di dalam Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, pawagam berarti tempat wayang gambar (film) dipertunjukkan atau diputar. Di dalam bahasa Malaysia, wayang berarti film, selain untuk boneka pertunjukkan bayangan. Lagi-lagi hal yang demikian dan berbeda yang terkadang membuat Indonesia sering konflik dengan Malaysia. Istilah pawagam sendiri diperkenalkan dan dipopulerkan oleh P.Ramlee, aktor legendaris dari Malaysia sebagai penerjemahan untuk theatre.

Ketika tahu Malaysia punya terjemahannya, saya langsung salut kepada negara jiran itu. Harus diakui, meskipun terdengar asing di telinga penutur bahasa Indonesia, penerjemahan yang dilakukan Malaysia merupakan hal yang harus diacungi jempol sehingga terselip harga diri di dalamnya. Saya pun berpikir seharusnya Indonesia juga demikian. Punya kata asli untuk menerjemahkan. Saya buka-buka kamus siber dan pikir-pikir terjemahan yang tepat untuk bioskop, ya gambar hidup, yang merupakan sinonim kata itu, atau pertunjukkan gambar hidup. Dan supaya bisa diterima telinga masyarakat hendaknya diakronimkan seperti pawagam, yaitu garup atau pergarup. Semoga saja usul saya ini diperhatikan para pemerhati dan pemangku bahasa sehingga bisa dimasukkan ke KBBI lantas dipopulerkan untuk mengganti kata bioskop.

Rabu, 15 Oktober 2014

Kerinduan yang (Sekali Lagi) Terwakilkan

Nama buku: Rampokan Jawa dan Selebes
Penulis: Peter van Dongen
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2014
Jumlah halaman: 161

Hindia-Belanda dalam komik, apalagi digambar dengan gaya ala Tintin? Itulah yang terdapat dalam Rampokan Jawa dan Selebes, sebuah komik karya komikus Belanda, Peter Van Dongen. Bisa dibilang, untuk pertama kalinya, Hindia-Belanda, atau nama Indonesia di masa kolonial, digambarkan dengan gaya ala Tintin yang terlihat sederhana namun kuat dan mendetail. Melihatnya pun seperti melihat di foto-foto atau video-video klasik hitam-putih.

thejakartapost.com

Komik ini sejatinya bercerita mengenai kisah kerinduan seorang prajurit Belanda bernama Johan Knevel, yang lahir dan menghabiskan masa remajanya di Hindia-Belanda, tepatnya di Makassar. Kerinduan akan masa-masa di Hindia yang indah dengan menjadi seorang sinyo dan diasuh oleh seorang babu bernama Ninih menjadi alasan utama ia kembali ke Hindia-Belanda pasca-Perang Dunia ke-2. Pada saat ia kembali, Hindia-Belanda, yang ia rindukan telah merdeka sepenuhnya dan menjadi Indonesia. Sesuatu yang Knevel tolak. Hal itu terlihat ketika ia menolak penggunaan nama "Jakarta" dan tetap menggunakan nama "Batavia" (halaman 21). Perlu diketahui, Jakarta merupakan nama ibu kota Indonesia yang digunakan ketika Jepang datang. Sedangkan Batavia merupakan nama ibu kota di masa kolonial. Keduanya jelas mengandung makna yang cukup berbeda. Pada Jakarta akan tersemat ungkapan nasionalis, kemerdekaan, bebas dari penjajah. Apalagi Jakarta juga disematkan dalam Proklamasi Kemerdekaan. Lain halnya dengan Batavia yang berbau kolonial dan perlambang eksistensi kolonial. Hal yang demikian mengindikasikan Knevel sesungguhnya sama dengan kebanyakan orang-orang Belanda, terutama mereka yang lahir dan dibesarkan di koloni, menginginkan Hindia-Belanda kembali dalam pangkuan Belanda setelah 3,5 tahun diambil Jepang. Jepang, dalam pandangan orang-orang Belanda, terutama yang masih pro-kolonial, dianggap sebagai pemecah belah antara Belanda dan koloninya dengan slogan "Asia untuk orang Asia". Kedatangan Jepang juga dianggap sebagai tempat tumbuh suburnya nasionalisme yang dianggap virus oleh pihak kolonial. Hal inilah yang terlihat pada prolog awal komik mengenai kedatangan kembali Belanda ke koloninya untuk mencoba kembali menancapkan kekuasaan 350 tahun yang telah berhasil dicapai.

Latar belakang komik pada Oktober 1946 atau setahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus. Pada tahun ini di Indonesia telah terjadi banyak peristiwa, terutama peristiwa pertempuran antara pasukan sekutu dan pasukan Republik. Yang paling terkenal adalah Peristiwa Bandung Lautan Api. Kehadiran pasukan sekutu yang dipimpin Inggris memang ditugaskan untuk menjaga keamanan di Asia Tenggara pasca-Perang Dunia ke-2. Kehadiran mereka tak pelak memancing keributan dengan pihak Republik karena dianggap membonceng dan mendukung Belanda kembali ke Indonesia. Hal yang demikian sering berakibat bentrok dan pertempuran. Salah satu yang paling fenomenal adalah Pertempuran Surabaya November 1945. Latar belakang yang demikian membuat komik memperlihatkan sebuah adegan di dalam sebuah truk dan di Batavia (Jakarta) dijaga pasukan sekutu asal Inggris namun beridentitas India. Pasukan itu dikenali dengan memakai penutup kepala Sikh. Gambaran itu memang sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa banyak pasukan Inggris asal India yang ditempatkan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kehadiran mereka juga menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat kala itu tentang keberpihakan India.

Namun yang paling sesuai juga dengan gambaran sejarah dalam komik ini adalah ungkapan Knevel kepada Fritz yang mengatakan jika Inggris memiliki orang India sebagai pasukan, Belanda pun juga memiliki orang Ambon sebagai pasukan (halaman 19). Dalam sejarahnya, Belanda memang mempunyai pasukan asal Ambon yang ditempatkan dalam kesatuan Marsose dan KNIL. Pasukan asal Ambon ini digunakan Belanda untuk membantu Belanda menaklukkan Aceh dalam Perang Aceh, dan ternyata berhasil. Selanjutnya, orang-orang Ambon itu ditempatkan di dalam kesatuan elite militer Belanda dan mendapatkan status yang hampir sama dengan orang-orang Belanda. Status yang demikian membuat mereka seperti menjadi orang Belanda sehingga ketika Jepang datang mereka ikut ditangkap dan dimasukkan ke dalam kamp internir. Ketika terjadi peristiwa proklamasi, orang-orang Ambon ini menjadi sasaran kaum nasionalis Indonesia yang menganggap mereka sebagai Belanda, dan akhirnya dibunuh. Hal yang demikan membuat beberapa orang Ambon dendam kepada kaum nasionalis Indonesia sehingga ketika memperkuat kembali pasukan Belanda, mereka tidak menyia-nyiakan, lantas bertindak galak terhadap kaum nasionalis Indonesia. Di dalam komik ini, keterlibatan pasukan Ambon dalam kesatuan militer Belanda terlihat di Selebes, yaitu ketika cerita berpindah ke Makassar dan memperlihatkan para pasukan Ambon yang sedang menggerebek sebuah desa di dekat Makassar yang dianggap sarang pemberontak. Di bagian lainnya, mereka diperlihatkan sedang berpatroli.

Dalam usahanya bertemu kembali dengan masa-masa indahnya, ternyata banyak halangan yang ditemui Knevel. Dimulai dari dirinya yang tidak sengaja membunuh rekannya, Erik Verhagen, seorang komunis yang bersimpati kepada kemerdekaan Indonesia di kapal Tegelberg yang hendak menuju ke Hindia hingga ia harus menyamar sebagai Erik dalam perjalanan selanjutnya, dituduh sebagai pengkhianat karena desersi oleh rekan-rekannya di militer Belanda, percintaannya dengan seorang Cina-Manado bernama Lisa Mangar yang kemudian Lisa hamil tetapi ia tidak mengakui, dan yang tidak disangka-sangka ia mempunyai adik dari hubungan almarhum ayahnya dengan Ninih. Hal yang membuat ia terkejut. Memang, di akhir cerita Knevel berhasil menemui walau sebentar. Namun, itu disusul dengan kematiannya yang tenggelam di dalam air dekat perkampungan air di dekat Makassar. Kematian yang mirip dengan kematian Erik Verhagen: tenggelam.

Rampokan Jawa dan Selebes ini merupakan terjemahan dari Rampokan Java en Rampokan Celebes, yang diterbitkan pada 2014 oleh Gramedia Pustaka Utama dalam bentuk 1 buku. Sebelumnya, pada 2005, oleh penerbit yang sama, buku-buku ini diterbitkan secara terpisah. Melihat dari judulnya, memang terkesan unik dan jarang sebab tak semua orang Indonesia, meskipun komik ini berlatar belakang Hindia-Belanda, tahu tentang rampokan, sebuah tradisi memburu harimau beramai-ramai di Jawa pada masa hendak memasuki akhir bulan Puasa, yang berlangsung dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20. Selain itu, rampokan adalah penyitaan benda secara paksa. Kata rampokan dipilih sebagai komikus sebagai judul sebab sesuai dengan cerita. Dalam cerita, Knevel diasoiasikan sebagai harimau. Harimau dalam rampokan harus dibunuh sebab ia lambang kesialan. Pun dalam cerita, Knevel harus disingkirkan karena ia seperti duri dalam daging bagi orang-orang Belanda akibat tindakannya yang desersi dan memakai identitas Erik Verhagen, yang memang diburu Belanda. Ungkapan dari Chris Jonker, seorang kapten atasan Knevel menegaskan hal itu ketika ia tidak jadi menolong Knevel yang hendak tenggelam tetapi malah menembaknya. Jonker dengan tegas menganggapnya sebagai pengkhianat (halaman 152).

Alur komik, yang naratif dan hitam putih, disertai dengan pemandangan mendetail mengenai Hindia-Belanda yang indah, pemandangan yang membuat orang-orang Belanda tidak rela melepas begitu saja ke pribumi, menjadi nilai tambah ketika membaca komik ini. Kita seolah-olah diajak bernostalgia mengenai Tempo Doeloe. Alur komik pun seperti terlihat dalam film karena memakai adegan analogi yang bersamaan. Belum lagi pewarnaan warna krem dan putih untuk membedakan internal dan eksternal persona. Dari segi penerjemahan, bahasa yang diterjemahkan begitu lentur dan mudah dipahami oleh pembaca komik. Meskipun komik ini berlatar belakang politik dan sejarah, penuturan kata-kata oleh tokohnya terlihat sederhana dengan visual yang mendukung. Yang unik dalam penerjemahan ini adalah pemasukan kata "gemblung". Itu terjadi pada frame para tentara Belanda yang sedang melihat wanita-wanita pribumi mandi di sungai (halaman 31). Bagi para tentara itu, hal itu seperti sesuatu yang menakjubkan. Penggunaan kata "gemblung" malah membuat komik seperti menjadi hidup dan nyata.

Peter Van Dongen, sang komikus, butuh waktu 3 tahun untuk meriset. Riset ia kumpulkan dari foto-foto dan cerita ibunya, yang memang keturunan Indonesia. Tentu itu bukanlah pekerjaan yang mudah mengingat sudah banyak tempat yang berubah dan berbeda di foto. Akan tetapi, riset itu tidak menjadi sia-sia. Komik lulusan Grafische School Amsterdam penggemar Herge ---pengarang Tintin--  ini (Rampokan Jawa) berbuah penghargaan berupa Desain Buku Terbaik pada 1999, setahun setelah diterbitkan. Pada 2004, ia menerbitkan Rampokan Selebes, yang pada 2005 di Indonesian penjualannya mencapai 3.000 eksempelar. Selain ke bahasa Indonesia, komik ini juga sudah diterjemahkan ke bahasa Jerman dan Prancis.

Membaca komik ini seperti juga belajar sejarah secara tidak langsung dan informal. Mengetahui hal-hal di balik yang bersifat textbook alias jarang diceritakan sekaligus memasukkan unsur-unsur Mooi Indie yang coba diselipkan. Meskipun, karena yang menulis orang Belanda dan berdarah Indo, kesan subjektif dan cerita yang lebih berkisar ke orang-orang Belanda, menjadikan komik ini lebih melihat Indonesia dari sudut pandang Belanda, dan mewakili kerinduan orang-orang tua di Belanda akan Indonesia (Hindia-Belanda).


Rabu, 08 Oktober 2014

English, The Mixed Lingua Franca

What do you think about English? Absolutely, you should say that is the international language. A language that  now enjoys a status as the lingua franca. This language is spoken by people, not only in the English speaking countries, but also in non English speaking countries.  This situation brings an impact that people in the world know about this language although only a few understand it. This situation also forces them have to learn English. They learn this language by school as the first foreign language or by language course place. Speaking English for many people is more prestigious than speaking in mother language. Therefore, English could marginalize mother language gradually. Something that worried by all sides, especially linguists. To prevent more marginalization and protecting mother language some linguist advise to make equivalents or loanwords from English and then they are translated to mother language. This method is seems to gain a success, but it is only in a textbook. English is prominent in everything, even in a daily conversation. Although the conversation is mixed with mother language.
palabea.com
Why English is more dominant?
To answer the question we have to trace back to the past. In the past English was not the international language. The position of this language was equal to other languages. English was only spoken in all British colonies which had spread from America to Asia. And the international language was French. This Romance language was always used in military, science, culinary, economy and politic. French had dominated those during the 19th century. But the situation changed in the early 20th century. The Treaty of Versailles was the eyewitness. In the treaty after the first world war (1914-1918), English had countered to French. Woodrow Wilson and Lloyd George as English representative wanted English has an equality to French. Therefore, the treaty was written in both of languages. From this treaty,which had been a foundation of funding League of Nations (the predecessor of UN), English gradually become international language. The momentum came after the second world war. United States, who won the war, had expanded English worldwide by the economic, cultural and political power. Before the expansion, English had got a status as a official language at UN along with French, Spanish, Russian and Chinese. But this language also got a status as a working language along with French. All happened in the beginning funding of UN. And before great expansion from America, Great Britain, land which this language comes, had done that slowly by The British Council.

Maybe nobody knows, or just a few knows, that English actually is a mixed language. If you read history of this language, you would know. Many languages came and influenced modern English language such as France, Germany, Dutch and Arabic. Many linguists said that English is a mixed language between Germanic and Romance language. But the linguists has belonged it to Germanic language. The linguist observed it from its structure and grammar which approach Germanic. Although this language had loaned many words from Latin and French which possible impact to its structure and grammar. But for some cases, this language have no more for compound despite influenced by Germanic languages which have compound. For many terms, especially in science and politics, this language loans them from Latin or French. French is most loaned words in English. The loaning due to the Norman Conquest of Britain in 1066. This invasion and occupation made French exclusively as language for noble or upper-class. The conqueror was William The Conqueror who claimed his relationship with Anglo-Saxon royal family.



Jumat, 03 Oktober 2014

Kehidupan Multibahasa di Afrika

Afrika. Benua hitam. Safari. Kehidupan alam liar. Perang Saudara. Kelaparan. Aids. Juga ebola. Itulah yang akan sering kita ucap jika menyebut kata 'Afrika'. Selain itu, sepakbola, George Weah, dan Nelson Mandela menyertai. Tetapi Afrika tak sekadar harus populer dengan kosakata-kosakata di atas jika para ilmuwan telah menyatakan bahwa Afrika merupakan benua tempat manusia modern berawal. Selain itu, benua yang bentuknya hampir bulat itu adalah rumah dari 3.000 bahasa, menurut UNESCO. Ya, di Afrikalah kehidupan multibahasa terjadi. Di benua ini banyak penduduknya bisa berbicara lebih dari satu atau dua bahasa. Sama halnya di Indonesia atau Filipina.

Namun kehidupan multibahasa di Afrika cukuplah unik. Berbeda dengan negara-negara di Asia atau Eropa (Indonesia, Filipina, Swiss, dan Belgia) yang sifat multibahasanya dinaungi dalam sebuah bahasa persatuan atau disejajarkan tidak dengan bahasa asli, Afrika sebaliknya. Hampir semua negara di Afrika, kecuali Ethiopia, menandakan kemultibahasaannya dengan cara menjadikan bahasa-bahasa yang berasal dari luar Afrika disejajarkan dengan bahasa-bahasa asli di benua itu sebagai bahasa resmi atau bahasa nasional. Salah satu contoh adalah Tanzania. Negara di Afrika Timur yang terkenal dengan Gunung Kilimanjaro-nya itu menjadikan bahasa Inggris dan Swahili sebagai bahasa resmi. Meskipun dalam kenyataannya, hanya Swahili yang benar-benar dijadikan sebagai lingua franca. Selain kedua bahasa itu terdapat bahasa Gujarat yang dituturkan oleh orang-orang keturunan India di negara itu dan 120 bahasa asli lainnya. Ada juga negara di Afrika yang benar-benar menjadikan bahasa dari luar sebagai bahasa resmi, yaitu Kamerun. Negara yang terkenal ikon pesepak bola Roger Milla itu menjadikan Inggris dan Prancis sebagai bahasa resmi. Alhasil, orang-orang di negara itu bisa fasih berbicara dalam dua bahasa. Selain itu, ada negara yang bahasa resminya bahasa Arab, namun dalam prakteknya juga menggunakan bahasa Prancis sebagai bahasa pemerintahan dan pendidikan. Negara itu adalah Aljazair. Negara di Afrika Utara ini termasuk sebagai negara penutur bahasa Prancis terbanyak setelah Prancis. Latar belakang sejarah yang cukup dalam dengan Prancis menjadikan Aljazair menjadi faktor utamanya. Aljazair kemudian membuat gebrakan dengan menjadikan bahasa Berber, yang merupakan bahasa asli Aljazair, sebagai bahasa nasional dan bersanding dengan bahasa-bahasa dari luar negara itu.

Mengapa hal di atas bisa terjadi?

Hal itu bisa dijejakkan kembali ke masa-masa ketika Afrika dalam masa ekspansi dan kolonialisme. Dimulai dari ekspansi yang dilakukan bangsa Arab dari Asia Barat pada abad ke-7. Ekspansi yang berkenaan dengan penyebaran Islam dan pengusiran Romawi itu lantas menumbuhkan bahasa Arab sebagai bahasa yang kemudian dituturkan bagi orang-orang Islam di Afrika, termasuk di antaranya orang-orang Berber yang kemudian memeluk Islam. Bahasa Arab yang kemudian menjadi semacam lingua franca, terutama di Afrika Utara dan bertahan beberapa abad menjadi tak sendirian ketika para kolonialis dari Eropa bermunculan menyebarkan bahasa-bahasanya. Jadilah bahasa Inggris, Prancis, Portugis, Spanyol, bahkan Jerman bermunculan di Afrika. Salah satu bahasa di Eropa, Belanda, menelurkan variannya, Afrikaans, yang dituturkan di Afrika Selatan. Bahasa ini dalam pandangan populer lekat dengan politik apartheid yang pernah ada di negara itu.

Jauh sebelum munculnya bahasa-bahasa dari luar itu, Afrika mempunyai bahasa asli seperti Swahili, Yoruba, Hausa, Fulani, Amhar, dan Igbo yang dituturkan oleh 10 juta orang di Afrika. Sayangnya, bahasa-bahasa asli itu tak mendapat tempat atau tergusur dengan bahasa-bahasa asing yang malah tampak mantap di Afrika. Apalagi Uni Afrika, organisasi regional di benua hitam malah lebih memilih bahasa-bahasa Eropa dan Arab sebagai bahasa resmi dengan alasan efisiensi.Keadaan yang demikian malah mengancam bahasa-bahasa asli di Afrika sehingga pada 2006 Uni Afrika menetapkan Tahun Bahasa Afrika sebagai momentum pelestarian.

Kuatnya pemakaian bahasa-bahasa asing di Afrika sebagai bahasa resmi ditengarai juga berhubungan dengan kuatnya hubungan antara Afrika dan Eropa serta Asia Barat. Hal itu ditandai dengan sering dipakainya orang-orang Afrika sebagai tentara bayaran Eropa atau Arab. Beberapa orang Afrika pun menganggap negara-negara Eropa yang pernah menjajah mereka sebagai tempat yang baik untuk berimigrasi sehingga untuk memudahkan bahasa-bahasa bekas kolonialis mereka tetap dipakai. Bahkan, salah satu mantan kolonialis Afrika, Prancis, masih mempunyai hubungan yang teramat baik dengan negara-negara Afrika bekas koloninya. Terbukti ketika Prancis mengirimkan misinya ke salah satu negara Afrika, Mali, mendapat sambutan hangat dari pemerintah negara itu. Hal yang demikian masih melanggengkan bahasa-bahasa asing begitu kuat di Afrika. Hal tentu berbeda dengan di Asia yang menyebabkan bahasa-bahasa Eropa tidak begitu mengena dan eksis.


Rabu, 01 Oktober 2014

Tempo dan Bahasa Indonesia

Ada piring, ada sendok. Ada gula, ada semut lalu ada ban, ada mobil. Dua kata berpasangan yang saling melengkapi itu tampaknya tepat juga untuk menggambarkan judul di atas. Tempo dan Bahasa Indonesia, bisa dibilang merupakan dua unsur yang tidak bisa dipisahkan. Tempo di sini bukanlah sesuatu yang merujuk pada waktu, melainkan majalah berita mingguan berita yang terbit di Jakarta. Sedangkan bahasa Indonesia, tentu semua orang pasti mengatakan bahwa itu adalah bahasa yang sehari-hari dipakai dan dituturkan di Indonesia.
Antara Tempo dan bahasa Indonesia memang mempunyai hubungan historis yang saling melengkapi. Mengapa? Sebagai sebuah media massa yang terbit perdana pada 1971, Tempo merupakan majalah mingguan pertama di Indonesia. Majalah ini didirikan oleh sekelompok anak muda, antara lain Goenawan Mohammad, Fikri Jufri, dan Harun Musawa. Mereka mendirikan sebuah majalah yang cara penyajiannnya belum pernah ada di Indonesia dengan cara mencontoh Time dan Newsweek (Amerika Serikat), Elsevier (Belanda), Der Spiegel (Jerman), dan L’Express (Prancis). Majalah berita yang diterbitkan itu bukan sekadar majalah yang memberitakan, melainkan juga menceritakan dengan cara sastrawi dan adegan per adegan seperti sebuah narasi. Hal ini yang kemudian melahirkan jurnalisme sastrawi atau literary journalism.
Cara seperti itu yang kemudian membuat Tempo berupaya menulis berita yang enak dibaca dan juga diperlukan karena berisi fakta-fakta sehingga lahirlah slogan “Enak Dibaca dan Perlu”. Semua penulisan A sampai Z, tentu saja ditulis dalam bahasa Indonesia. Bagi Tempo, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang bukan sekadar pengantar, melainkan juga menunjukkan cara berpikir. Dengan kata lain, Tempo menganggap bahasa Indonesia merupakan bagian terpenting.
Karena itu, Tempo pun mulai menerjemahkan beberapa istilah dari bahasa Inggris dalam struktur redaksi sebuah majalah berita mingguan. Sebut saja editor in-chief yang diterjemahkan menjadi pemimpin redaksi, managing editor redaktur pelaksana, dan chief reporter koordinator reportase. Selain itu, terhadap bahasa yang merupakan percabangan bahasa Melayu itu, Tempo mempunyai redaktur bahasa untuk mengoreksi penulisan naskah. Boleh dibilang Tempo merupakan pelopor dalam pengadaan redaktur bahasa yang kemudian diikuti media-media massa lainnya. Ini semua dilakukan supaya orang dapat mengerti dan memahami berita yang disampaikan melalui tulisan.
Tempo juga pelahir kosakata-kosakata yang diambil dari bahasa daerah dan lantas dijadikan sebagai bagian kosakata baku bahasa Indonesia di kemudian hari. Sebut saja “santai”, “tumben”, “berkelindan”, “melejit”, dan “konon”. Bahkan Tempo juga yang menciptakan istilah dangdut untuk penyebutan genre musik melayu yang bercampur dengan unsur Arab dan India. Majalah ini secara tidak langsung ikut menyumbang perbendaharaan bahasa Indonesia. Selain itu, melalui Slamet Djabarudi, Tempo memelopori penggunaan kalimat bahasa Indonesia yang efektif, seperti kata “meski” yang tidak lagi memakai “namun” setelah itu, atau “jika” yang tanpa memakai lagi “maka”. Dan untuk merawat dan melestarikan bahasa Indonesia melalui kritik dan saran, sejak 2005 majalah ini melahirkan rubrik Bahasa, yang di dalamnya ditulis oleh internal atau eksternal Tempo.
Apa yang dilakukan Tempo merupakan tugas media massa sebagai penyebar bahasa Indonesia yang efektif kepada masyarakat selain pemerintah. Karena itu, Tempo merupakan salah satu bagian penting dalam sejarah bahasa Indonesia.


Imperialisme Bahasa di PBB

Manusia adalah makhluk sosial atau zoon politikon. Begitu Aristoteles berkata. Kesosialan itu terlihat dari upaya manusia yang ingin selalu hidup berkelompok dan berorganisasi. Dalam berkelompok atau berorganisasi itu supaya tujuan-tujuannya dapat tercapai tentulah dibutuhkan komunikasi. Komunikasi kebanyakan berbentuk bahasa. Bahasa yang digunakan dapat berupa lisan, tulisan, atau gestur. Karena itu, dapat dikatakan bahasa merupakan aspek terpenting dalam sebuah kelompok/organisasi yang diciptakan manusia. Selain itu, bahasa yang dipergunakan dapat dimengerti semua pihak yang mendengarkan sehingga akan tercipta satu kesamaan dan pandangan meskipun latar belakang para pendengarnya berbeda-beda.
wikipedia

Hal itu yang sepertinya berlaku untuk sebuah organisasi internasional seperti PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa. Organisasi ini didirikan pada 1945 sebagai sebuah organisasi yang berupaya mencegah perang besar seperti Perang Dunia ke-2 terulang kembali serta berusaha menjaga perdamaian melalui misi-misi perdamaian yang sering diadakan ke beberapa negara yang sedang terkena konflik. Dalam prakteknya, status PBB sebagai organisasi internasional antar-negara dengan beranggotakan 193 negara, tentulah membutuhkan bahasa yang juga berstatus internasional sebagai komunikasi pengantar yang mudah dimengerti dan dipahami.

Dalam kesehariannya, PBB mempunyai 6 bahasa yang berstatus internasional. Bahasa ini juga merupakan bahasa resmi dan bahasa kerja. Mereka adalah bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Rusia, bahasa Cina, bahasa Spanyol, dan bahasa Arab. Melalui enam bahasa itu, para pemimpin negara atau diplomat yang kebetulan mendapat kesempatan berpidato di PBB bisa menggunakan satu dari enam bahasa tersebut. Terutama bagi mereka, perwakilan dari negara-negara yang memang menggunakan salah satu bahasa resmi itu. Namun bagi yang berasal bukan dari negara-negara yang tidak menggunakan bahasa-bahasa itu sama sekali bisa menggunakan bahasa resmi di negaranya yang kemudian akan diinterpretasikan ke dalam enam bahasa resmi PBB atau menggunakan salah satu dari enam bahasa itu.

Keenam bahasa resmi PBB itu digunakan dalam berbagai pertemuan yang diadakan PBB melalui badan-badannya seperti Sidang Umum, Dewan Keamanan, dan Dewan Ekonomi dan Sosial. Keenam bahasa itu bekerja melalui penerjemahan yang terus-menerus oleh para penerjemah lisan (interpreter). Para penerjemah lisan itu bernaung dalam salah satu badan PBB bernama United Nations Interpreter Service atau Badan Pelayanan Penerjemahan Lisan PBB. Para penerjemah lisan itu bekerja dalam meja khusus bahasa yang akan diterjemahkan dan tanpa henti sehingga cukup menguras tenaga. Mereka harus mengetahui bahasa-bahasa lain selain bahasa yang diterjemahkan. Misal, penerjemah bahasa Spanyol minimal harus mengetahui bahasa Inggris dan Prancis, namun belum tentu ia mengetahui bahasa Arab atau Cina. Begitu juga sebaliknya. Dalam prakteknya, para penerjemah lisan ini dikepalai oleh seorang koordinator multibahasa, suatu jabatan yang ada di PBB sejak 2000.
UN General Assembly hall
wikipedia
Setiap bahasa resmi di PBB mempunyai hari bahasa. Hari bahasa itu ada yang ditetapkan berdasarkan hari kelahiran seseorang yang cukup berpengaruh dalam sejarah bahasa mereka. Seperti bahasa Inggris yang mempunyai hari bahasa di PBB pada setiap 23 April. Tanggal itu merujuk pada hari kelahiran William Shakespeare, sastrawan Inggris yang memulai penggunaan bahasa Inggris modern dalam karya-karyanya seperti Hamlet dan Romeo dan Juliet. Dan ada juga yang ditetapkan berkaitan dengan penemuan tempat baru di abad-abad penjelajahan. Dan itulah yang berlaku pada bahasa Spanyol di PBB. Hari bahasa itu ditetapkan berdasarkan tanggal penemuan Amerika oleh Christopher Columbus pada 12 Oktober.

Kemudian akan timbul pertanyaan mengapa bahasa-bahasa itu yang menjadi bahasa resmi di PBB? Padahal ada banyak bahasa yang lain bagi sebagian orang sangatlah pantas menjadi bahasa di organisasi itu. Ini semua berkaitan dengan sejarah pendirian PBB pada 1945. Keberadaan bahasa-bahasa resmi di PBB sesungguhnya bersifat politis. PBB yang berawal dari Piagam Atlantik, yang drafnya dikeluarkan pada 1941 oleh Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Rooselvelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchil. Di dalam piagam itu disebutkan kata 'United Nations'. Kata ini diucapkan pertama kali oleh Presiden Rooselvelt sebagai istilah untuk merujuk pada negara-negara yang bersekutu dengan Amerika Serikat pada Perang Dunia ke-2 untuk melawan Jerman, Italia, dan Jepang.Piagam Atlantik itu kemudian berubah menjadi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 24 Oktober 1945 dan ditandangani oleh perwakilan dari 50 negara di San Fransisco, Amerika Serikat. Termasuk di antaranya lima negara sekutu pemenang perang; Amerika Serikat, Prancis, Uni Soviet, Rusia, dan Cina. Lima negara ini kemudian menjadi anggota tetap PBB yang mempunyai hak veto.

wikipedia
Sebab sifatnya yang politis, Piagam PBB itu kemudian dibuat dalam bahasa-bahasa negara-negara pemenang perang itu. Dan kemudian menjadi bahasa-bahasa resmi di PBB. Pertimbangan bukan sekadar mereka memenangkan perang, melainkan juga karena kekuatan yang dimiliki negara-negara itu. Amerika Serikat sebagai pemenang perang jelas merupakan kekuatan baru yang mempunyai dampak cukup besar pasca Perang Dunia ke-2. Apalagi Amerika memainkan peranan penting dalam penyebaran bahasa Inggris ke seluruh dunia melalui propaganda-propaganda politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Inggris dan Prancis, tetap masih dianggap berpengaruh meskipun merupakan kekuatan lama, terutama di Eropa dan negara-negara bekas jajahannya. Terutama Inggris yang kerap menjalin relasi Trans-Atlantik dengan Amerika. Sedangkan Uni Soviet merupakan kekuatan besar yang luas wilayahnya hingga mencapai Asia Tengah dan Siberia sehingga patut diperhitungkan. Begitu juga dengan Cina yang dianggap strategis, baik dari segi wilayah maupun keberadaan negara itu sebagai sekutu berharga Amerika dan Eropa di masa Perang Dunia ke-2 dalam menghadapi Jepang.  Selain kelima negara yang bahasanya dijadikan bahasa resmi di PBB, bahasa Spanyol pun dimasukkan karena faktor dukungan negara-negara di Karibia, Amerika Tengah, dan Amerika Latin terhadap para sekutu di masa Perang Dunia ke-2. Negara-negara ini menggunakan Spanyol sebagai bahasanya. Ironisnya, Spanyol sebagai negara asal bahasa ini bukanlah salah satu dari sekutu itu mengingat di masa perang negara ini menjalin hubungan persekutuan dengan Jerman.

Pada 1973, PBB memasukkan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi. Pertimbangannya lagi-lagi bersifat politis, yaitu minyak yang dihasilkan negara-negara petrodolar dan merupakan bahan penting bagi industri-industri di negara Barat. Selain minyak, kepentingan berinvestasi dan kekuatan negara-negara muslim (baik negara-negara Arab maupun non-Arab) juga menyertai.

Bila melihat pemaparan di atas, jelas pemilihan bahasa-bahasa resmi di PBB bukan melihat pada cakupan bahasa-bahasa itu dituturkan. Inggris dituturkan di 60 negara di lima benua dengan pusat di Amerika Serikat. Sementara Prancis di 29 negara. Spanyol 79 negara, Arab 27, Rusia dan Cina sama-sama berbagi angka 10. Hegemoni masa lalu juga cukup mempengaruhi. Seperti yang terlihat pada Inggris dan Prancis. Di masa lalu, terutama masa-masa kolonialisme dan imprealisme, kedua negara saling berlomba memiliki tanah-tanah jajahan di lima benua. Perlombaan itu berdampak pada penyebaran bahasa kedua negara masing-masing. Bahasa-bahasa itu dituturkan di wilayah-wilayah koloni. Jauh sebelum bahasa Inggris menjadi lingua franca seperti sekarang ini, bahasa Prancis terlebih dahulu yang mendapatkan status tersebut. Namun hal tersebut berubah pada 1919 ketika hendak ditandatanganinya Perjanjian Versailles yang menjadi perjanjian berakhirnya Perang Dunia ke-1. Atas permintaan Presiden Woodrow Wilson (AS) dan Perdana Menteri Lloyd George (Inggris), bahasa Prancis yang sedari awal hanya akan dijadikan bahasa resmi perjanjian mulai disandingkan dengan bahasa Inggris. Peristiwa ini dianggap sebagai perlawanan bahasa Inggris terhadap dominasi bahasa Prancis. Dari perjanjian itulah lahirlah Liga Bangsa-Bangsa yang kemudian menggunakan dua bahasa itu sebagai pengantar.

Akibat masa lalu yang cukup mempengaruhi itu, PBB pun, meskipun memasukkan bahasa selain Inggris dan Prancis sebagai bahasa resmi, tak pelak juga menjadikan mereka sebagai bahasa kerja di samping sebagai bahasa resmi. Selang beberapa tahun kemudian status-status bahasa resmi yang lain di PBB ditingkatkan menjadi bahasa kerja. Namun perubahan itu tak berdampak apa-apa. Inggris dan Prancis kerap mendominasi, dan belakangan Inggris. Di luar badan-badan utama PBB seperti Sidang Umum, Dewan Keamanan, dan Dewan Ekonomi dan Sosial, beberapa badan lainnya tetap memakai bahasa Inggris dan Prancis sebagai pengantar. Hal yang demikian membuat bahasa resmi lainnya tersingkir sehingga memunculkan kritik, terutama dari Spanyol yang meminta agar PBB memberi perhatian lebih. Situasi inilah yang oleh Robert Philipson disebut sebagai imperalisme bahasa, yaitu dominasi atau pemaksaan pemakaian satu bahasa terhadap bahasa lainnya. Situasi ini juga mengakibatkan hanya dipakainya satu bahasa tertentu dilihat dari efisiensi, jumlah penutur, dan hegemoni politik dan ideologi. Dalam hal ini, bahasa Inggris telah berhasil menempatkan diri sebagai bahasa wajib bagi para diplomat PBB, yang kemudian disusul oleh bahasa Prancis. Itu terlihat dari diwajibkannya para penerjemah lisan atau diplomat untuk bisa berbahasa satu dari dua, Inggris atau Prancis. Selain itu, penamaan misi perdamaian kebanyakan memakai dua bahasa itu meskipun di lapangan pada helm pasukan PBB lebih sering tertulis UN yang mengindikasikan bahasa Inggris lebih mengglobal daripada bahasa lainnya, terutama bahasa Prancis. Di jejaring sosial seperti Twitter tampak bahasa Inggris lebih mendominasi. Begitu juga untuk logo-logo/banner pertemuan tingkat tinggi lebih mengutamakan bahasa Inggris. Bahkan pesaing bahasa Inggris, bahasa Prancis pun dikritik karena hanya mempunyai jumlah penutur yang sedikit dibandingkan dengan bahasa Spanyol. Hal yang demikian memunculkan keinginan menjadikan bahasa Spanyol sebagai bahasa internasional kedua setelah bahasa Inggris. Namun semua tidak berarti jika dihadapkan pada hegemoni bahasa. Faktor lain yang cukup mempengaruhi ialah biaya penerjemahan dokumen ke semua bahasa resmi sehingga tidak efisien.

gimun.org

Dominasi satu bahasa terhadap bahasa lainnya di PBB yang menyebabkan imperealisme dan hegemoni bahasa hanyalah satu contoh ketika sebuah organisasi internasional antar-negara menghadapi permasalahan multibahasa di dalamnya. Permasalahan ini akan selesai jika ada persamaan status penggunaan bahasa-bahasa yang berada di dalam organisasi itu. Namun itu semua kadang tidak terlaksana akibat kurangnya biaya dan mengganggap penggunaan satu bahasa resmi lebih efisien apalagi jika ia berstatus lingua franca. Namun yang dialami PBB tidaklah terlalu kompleks bila dibandingkan dengan Uni Eropa yang mempunyai 24 bahasa resmi.



Selasa, 23 September 2014

BRT di Indonesia

Sekilas BRT


infospotlife.blogspot.com
Dalam sistem transportasi modern dikenal yang disebut dengan BRT atau bus rapid transit. BRT merupakan sistem transportasi modern berbasis bus yang dikondisikan sebagai transportasi massal cepat seperti halnya kereta api. Karena dikondisikan demikian, BRT pun dibuat jalur khusus (dengan atau tanpa separator, di tepi atau tengah jalan) memisahkan dari jalur konvensional di jalan raya, stasiun-stasiun pemberhentian/transit, dan armada-armada yang juga terbilang khusus dengan kecepatan 27 hingga 48 km per jam.

BRT terdapat di beberapa kota besar di dunia. Beberapa di antaranya juga tersambung dengan moda transportasi massal cepat lainnya seperti kereta api dan monorel. Contohnya Guangzhou BRT (Cina) yang terhubung dengan Guangzhou Metro. Lalu ada yang mempunyai jalur layang seperti TransMilenio (Kolombia). Sedangkan untuk pelopor BRT, dapatlah kita menyebut Rede Integrada de Transporte yang dioperasikan pada 1974. Transportasi ini diadakan atas inisiatif Jaime Lerner, wali kota Curitiba kala itu yang ingin membuat jalur bus khusus di tengah-tengah jalan arteri utama di Curitiba. Sistem yang demikian kemudian dicontoh kota-kota lain di Brasil seperti Porto Alegre dan Sao Paulo. Sehingga boleh dibilang Brasil merupakan negara pelopor BRT. Sistem ini kemudian diikuti oleh Ekuador pada 1995 melalui MetrobusQ yang berada di Quito dan lima tahun kemudian oleh Kolombia (Bogota) melalui TransMilenio. Dari sini bisa disimpulkan, Amerika Latin merupakan benua pelahir BRT.

Dari Amerika Latin, BRT kemudian menyebar ke Asia. Adalah Indonesia negara pertama di Asia yang menerapkan sistem ini pada 2004. TransJakarta, demikian nama BRT itu. BRT ini merupakan BRT dengan jalur terpanjang di dunia. Selanjutnya BRT menyebar ke Afrika dengan Johannesburg di Afrika Selatan sebagai pelopor. Bernama Rea Vaya, BRT itu mengangkut 42.000 penumpang per harinya.

BRT, juga terkadang disebut dengan BRT System, busway, dan quality bus telah dimiliki 166 kota di seluruh dunia dengan jarak 4.336 kilometer. Terdapat 27 penumpang yang menggunakan BRT per harinya. Dari jumlah itu, 17 juta di antaranya berada di Amerika Latin.

****
BRT di Indonesia

Indonesia telah mengoperasikan sistem transportasi modern cepat ini sejak 2004. Dimulai dengan TransJakarta, yang merupakan BRT pertama di Indonesia dan Asia. TransJakarta merupakan BRT terpanjang di dunia dengan jalur mencapai 208 kilometer. Mempunyai 12 koridor, TransJakarta merupakan BRT yang menggunakan separator pada tepi jalurnya untuk memisahkan dengan kendaraan-kendaraan konvensional. BRT ini digagas oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Sutiyoso, yang menginginkan transportasi untuk meminimalkan kemacetan di Jakarta. Ide itu juga muncul kala beliau terinspirasi oleh TransMilenio di Kolombia. Pada awalnya, TransJakarta ditentang oleh banyak pihak, termasuk juga para pengamat. Mereka mengatakan bahwa transportasi ini akan semakin menambah kemacetan di ibu kota. Akan tetapi, Sutiyoso tetap bergeming dengan idenya mengadakan TransJakarta yang banyak disebut orang Indonesia sebagai busway.
Ketika dibuka pada Januari 2004 dengan koridor awal, Blok M-Kota, antusiasme masyarakat cukup luar biasa. Hal inilah yang kemudian membuat Pemprov DKI Jakarta membangun jalur lain pada 2007, 2008, 2009, dan terakhir 2014 dengan penambahan hingga ke Bekasi. TransJakarta, meskipun belum sepenuhnya menyelesaikan kemacetan, seperti jalur yang sering dimasuki kendaraan-kendaraan lain dan permasalahan pada armada, kenyataannya tetap menjadi transportasi primadona warga ibu kota di samping kereta api. Jumlah penumpang per harinya mencapai 450.000. Apalagi sistem pembayaran TransJakarta memakai kartu prabayar yang juga terintegrasi dengan kereta api. Beberapa stasiun (shelter) juga terintegrasi dengan stasiun-stasiun kereta api. Sebut saja shelter Cawang Cikoko dengan Stasiun Cawang, Shelter Juanda dengan Stasiun Juanda, dan Shelter Stasiun Klender dengan Stasiun Klender. Beberapa shelter juga terintegrasi langsung dengan pusat perbelanjaan seperti PGC dan kawasan perbelanjaan Blok M. Beberapa koridor kini juga menerapkan sistem 24 jam per hari. TransJakarta merupakan BRT yang mengizinkan secara khusus kepada beberapa angkutan yang terintegrasi dengan BRT ini, yaitu APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi TransJakarta), BKTB (Bus Kota Terintegrasi Busway), dan Kopaja AC untuk memasuki jalurnya.

Selain Jakarta, beberapa kota di Indonesia juga memilik BRT. Kota-kota itu, antara lain Bogor (TransPakuan), Yogyakarta (Trans Jogja), Bandung (Trans Metro Bandung), Palembang (Trans Musi), Semarang (TransSemarang), Pekanbaru (Trans Metro Pekanbaru), Solo (Batik Solo Trans), Trans Sarbagita (Denpasar), Padang (Trans Padang), dan Makassar (Busway Trans Mamminasata). Beberapa kota besar seperti Medan dan Surabaya hendak menyusul membuat sistem transportasi yang sama. Dari BRT-BRT setelah TransJakarta itu beberapa juga menggunakan kartu elektronik seperti TransSemarang, Batik Solo Trans, Trans Jogja, dan Trans Musi. BRT-BRT itu juga tak sepenuhnya mengikuti TransJakarta untuk jalur alias tanpa separator. Beberapa BRT ini malah ada yang terhubung langsung ke bandar udara, stasiun kereta api, bahkan dermaga bus air seperti Trans Jogja, Batik Solo Trans, Trans Semarang, Trans Musi, dan Trans Metro Pekanbaru.




Rabu, 20 Agustus 2014

Telepon Genggam: Revolusi Komunikasi Bergerak yang (Terlalu) Cepat

Komunikasi memang merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk yang membutuhkan komunikasi untuk bisa menyampaikan sesuatu yang ingin disampaikannya. Namun dalam penyampaian pesan itu, tentu dibutuhkan sebuah medium. Medium inilah yang nanti akan menjadi sebuah pesan penting sepertin yang pernah diungkapkan McLuhan “medium is the message”. Pendapat McLuhan ini didasarkan pada anggapan bahwa bukan suara atau penerimaan gelombang yang berpengaruh penting seperti yang pernah diungkapkan oleh Shannon dan Weaver, tetapi medium atau perantara yang dipakai dalam penyampaian dan penerimaan pesan.

Medium atau perantara inilah yang di kemudian hari menjadi unsur penting komunikasi antar-manusia, baik individu maupun kelompok. Dalam sejarahnya, komunikasi manusia dimulai dengan komunikasi berupa tanda-tanda visual dan isyarat seperti asap, api, coret-coretan di gua dan gerakan anggota tubuh. Komunikasi-komunikasi semacam itu membutuhkan medium seperti batu dan kayu untuk menyalakan api serta dinding gua untuk mencorat-coret dan gerakan tangan atau suara mulut untuk membuat isyarat. Dalam perkembangan selanjutnya, medium dalam berkomunikasi berkembang menjadi sebuah medium dalam bentuk fisik seperti manuskrip, buku, perkamen, dan surat. Semua medium itu mengembangkan komunikasi tertulis. Sedangkan untuk komunikasi lisan mediumnya berupa maklumat atau pengumuman di depan publik. Seiring berjalannya waktu, berkembanglah medium komunikasi yang hendak menggantikan surat. Medium komunikasi itu berupa alat yang dihubungkan oleh kabel dalam jarak sekitar beberapa meter. Melalui kabel itulah terjadi semacam gelombang penyampaian suara dari si pengirim dan penerima sehingga dalam jarak jauh pun pesan akan terterima. Konsep medium komunikasi ini hendak menggantikan medium komunikasi berupa mulut yang harus digunakan untuk berteriak dari jarak jauh.

Konsep medium komunikasi inilah yang akan mengilhami pembuatan telepon oleh Alexander Graham Bell pada abad ke-19. Pada perkembangan selanjutnya telepon akan menjadi alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia sebab kemampuannya untuk bisa berinteraksi dalam jarak sejauh apa pun, baik dalam hitungan ribuan atau milyaran kilometer. Dengan telepon pun, peran penyampaian informasi secara lisan yang dilakukan dengan mengumpulkan orang-orang di alun-alun atau berteriak keras-keras supaya bisa didengar mulai ditinggalkan. Telepon pun dianggap paling efektif karena bisa berbicara tanpa harus keluar dari rumah terlebih dahulu. Pada abad ke-20, penggunaan teknologi medium komunikasi ini semakin meningkat meskipun beberapa medium lain seperti surat dan telegram masih dibutuhkan. Ini karena sifat telepon yang ekslusif dan terbatas dan hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu saja. Belum lagi ditambah dengan biaya pemasangan telepon itu sendiri yang membutuhkan teknisi dan segala macam tetek-bengek.

Seiring berjalannya waktu, manusia mulai memikirkan sebuah medium komunikasi yang bisa bergerak alias mobile. Konsep mobile amat diperlukan manusia sebab sifat dari manusia itu sendiri yang suka melakukan pergerakan ke manapun tanpa bisa dilarang, terutama ke tempat-tempat publik. Konsep ini menjadi amat sangat penting ketika telepon sebagai sebuah medium komunikasi modern dirasa tidak bisa mewakili keinginan manusia tersebut. Telepon terhalang oleh tempat dan kabel yang hanya terpasang pada area telepon tersebut. Sungguh suatu hal yang mustahil untuk bisa membawanya keluar dari area tersebut. Pada gilirannya, lahirlah sebuah konsep mobile berupa telepon genggam, yaitu sebuah medium komunikasi yang bisa dibawa kemana saja alias tanpa kabel atau wireless. Medium komunikasi ini hanya membutuhkan sinyal sebagai unsur penghidup komunikasi.

Mengenai medium komunikasi bergerak sebenarnya sudah muncul pada abad ke-19 . Dan ini lagi-lagi oleh Alexander Graham Bell. Ia bersama rekannya menciptakan fotofon, yaitu sebuah alat untuk melakukan percakapan melalui berkas cahaya yang menghasilkan gelombang elektromagnetis. Selain Bell, ahli fisika Jerman, Heinrich Hertz menciptakan gelombang dari dua titik yang berbeda. Kemudian Guglielmo Marconi dianggap sebagai tonggak sukses komunikasi tanpa kabel atau bergerak ketika menciptakan sebuah alat komunikasi bernama radio yang mampu mengirimkan pesan ke Samudera Atlantik.

Sifat radio yang wireless dan bisa bergerak kemudian mulai memunculkan konsep telepon seluler, yaitu penggabungan antara radio dan telepon yang kemudian dipasang ke dalam kendaraan bergerak seperti mobil dan motor. Tercatat Kepolisian Chicago di Amerika Serikat melakukannya pada 1921. Komunikasinya bersifat satu arah. Pada 1940, Motorola, sebuah perusahaan telekomunikasi di Amerika Serikat mengembangkan dan menciptakan alat komunikasi seluler yang disebut dengan handy-talkie. Komunikasi yang dimuat di dalamnya mulai bersifat dua arah. Penemuan alat komunikasi ini menandai generasi komunikasi yang disebut dengan generasi 0. Pecahnya Perang Dunia Kedua (1939-1945) berpengaruh terhadap penggunaan alat ini terutama ketika di lapangan. Dalam perkembangan-perkembangan selanjutnya, militerlah yang menjadi pihak yang pertama kali menggunakan medium komunikasi seperti ini di saat terjadinya pertempuran. Militer jugalah yang pertama kali menggunakan salah satu teknologi dalam komunikasi seluler, yaitu CDMA, yang awalnya digunakan untuk mengganggu transmisi musuh.

Pasca-Perang Dunia Kedua, tepatnya pada 1970-an, berkembang dan ditemukanlah telepon seluler generasi 1 oleh Motorola dan Nordic Mobile Telephone. Dinamakan generasi 1 karena masih menggunakan teknologi 1G yang masih bersifat analog dan menggunakan frekuensi AMPS antara 825 Mhz-894 Mhz. Sifatnya yang analog hanya memungkinkan komunikasi yang bersifat regional belum lagi dengan ukuran yang cukup besar. Hal-hal yang demikian menjadi penghalang bagi pengguna untuk bisa berkomunikasi dengan cara bergerak. 
 
Pada era 90-an muncullah teknologi telepon seluler 2G atau generasi kedua yang sudah menggunakan teknologi CDMA dan GSM. Frekuensi yang digunakan berkisar pada 900 Mhz-1800 Mhz. Pada masa ini teknologi 2G memungkinkan dimasukkannya fitur mengirim pesan singkat atau SMS. Sinyal yang digunakan bukan lagi sinyal analog, melainkan digital. Penggunaan chip pada telepon seluler memungkinkan bentuknya bisa menjadi kecil dan benar-benar seukuran kantung. Teknologi 2G inilah yang memungkinkan tidak terbatasnya pergerakan komunikasi bergerak.

Kemudian pada era 2000-an muncullah teknologi 3G atau generasi ketiga. Di sinilah telepon seluler mulai dicangkokkan program internet yang memungkinkannya menjadi internet bergerak atau mobile internet. Dalam teknologi generasi ketiga ini terdapat 3 standar yaitu, EDGE, Wideband-CDMA, dan CDMA 2000. Pada masa teknologi ini fungsi telepon seluler mulai mendekati fungsi komputer.
Terakhir, adalah generasi keempat atau 4G. Sistem 4G ialah sistem yang mencoba menawarkan beberapa infrastruktur dalam bertelekomunikasi seluler. Infrastruktur seperti wireless, broadband, Wireless LAN, dan Bluetooth digabung menjadi satu dan memungkinkan heterogenitas IP pengguna untuk menggunakan sistem di manapun dan kapanpun. Teknologi 4G memungkinkan juga pengiriman data secara cepat dan tak terbatas.

Tentu saja lahirnya generasi teknologi telepon seluler yang begitu cepat ini sejalan dengan teori difusi inovasi yang pernah dipancangkan oleh Rogers Everett. Teori ini mengatakan bahwa teknologi itu dapat diterima oleh masyarakat. Penerimaan masyarakat akan teknologi sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Hal ini juga berdampak pada telepon seluler itu sendiri. Sebagai bagian penting dari komunikasi bergerak, pada kenyataannya, telepon seluler yang kini berubah menjadi telepon cerdas menjadi unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Teknologi yang pada awalnya hanya digunakan untuk berkomunikasi dengan mengikuti pergerakan manusia berubah menjadi teknologi yang bisa berkirim pesan singkat, menjelajalah internet, dan bermain game. Hal inilah yang nanti merubah perilaku manusia sebagai pengguna telepon genggam. James Katz dalam Handbook of Mobile Communication Studies menyatakan adanya apparatgeist, yaitu budaya dan teknologi sebagai faktor penentu perilaku individu yang cukup kolektif. Perilaku individu ketika berhadapan dengan telepon genggam telah membuat individu itu tidak menyadari ruang dan waktu dan tidak menyadari realita di sekelilngnya.  Telepon genggam pun menjadi ajang korporasi sosial yang memungkinkan perusahaan-perusahaan pembuat telepon genggam terus membuat dan menyediakan telepon genggam lalu bersaing satu sama lain demi kepuasan dan usaha mencari konsumen.

Revolusi telepon genggam cukup berpengaruh di negara manapun, termasuk di Indonesia. Negeri berpenduduk 240 juta jiwa ini 80% penduduknya menggunakan telepon genggam dengan kisaran satu orang mempunyai satu atau lebih telepon genggam. Di Indonesia, revolusi telepon genggam juga dimanfaatkan untuk, kebanyakan, berselancar di internet, instant messeging. Selain itu, sms dan terakhir, menelepon. Tampak fungsi telepon genggam telah menyimpang dari fungsi aslinya. Banyak kasus yang terjadi dalam penyalahgunaan telepon genggam di Indonesia seperti merekam video mesum atau kekerasan untuk kemudian diunggah ke YouTube.

Jumat, 15 Agustus 2014

"Ya, Seharusnya Seperti itu"

Layar itu menyala terang. Di dalamnya menampilkan tulisan: Tarif: Rp.2000, Sisa Saldo: Rp 75.000. Seorang petugas segera berkata pada dirinya:
“Ayo, pak, silakan,” ujar si petugas ramah.
Ia lantas membalas keramahan si petugas dengan senyuman sembari melewati gerbang elektronik atau e-gate. Ketika keluar, sebuah raut puas terpancar sekaligus juga raut tidak percaya dan takjub. Di depannya berjejer 5-6 gerbang elektronik sebagai pintu keluar masuk bagi orang-orang yang hendak naik dan turun dari kereta api. Gerbang-gerbang elektronik itu begitu ramai dihilir-mudik dan tak pernah lelah menyalakan lampu penanda masuk dan keluar ketika orang-orang itu, para penumpang kereta api, menempelkan kartu elektronik di gerbang itu. Terlihat simpel dan praktis.
beritakereta.wordpress.com
Ia yang memperhatikan langsung bergumam dalam hatinya,
“Oh, ini sudah seperti di Eropa,”. Matanya lalu mengarah kepada stasiun tempat ia sekarang berada. Stasiun begitu modern. Berwarna abu-abu minimalis. Ada jasa keamanan dan kebersihan. Tak nampak sekalipun pedagang kaki lima, kios, dan gelandang-pengemis. Benar-benar steril.
“Ya, ini seperti di Eropa. Menakjubkan,” gumamnya lagi.
Pikirannya lantas melayang ke salah satu negara di Eropa, Jerman. Negara itu tempat ia dulu belajar dan bekerja hingga akhirnya tinggal selama 20 tahun lebih. Selama di Jerman itu, dirinya merasakan menjadi bagian dari kemajuan Jerman dalam berbagai bidang. Apalagi transportasinya. Jamaknya negara maju, sudah pasti transportasi yang diandalkan ialah transportasi publik, bukan pribadi. Karena itu, banyak yang menjadikan transportasi publik sebagai primadona. Bus, kereta api, trem sudah pasti diserbu.

Kemajuan itu juga terlihat dari fasilitas yang ada. Ia yang sering ke kantor naik kereta api benar-benar merasakan. Naik kereta pun menggunakan tiket elektronik. Sesuatu yang jarang ia dapatkan. Stasiun yang modern dan bersih. Benar-benar membuatnya takjub dan merasakan dirinya ada di sebuah negara di dalam negeri dongeng. Ketika itu juga ia teringat tentang Indonesia, terutama kereta api Indonesia. Benar-benar berbeda jauh dengan apa yang dilihat sekarang. Apabila ia melihat kereta yang di hadapannya sekarang dan bertulisan DB, perusahaan kereta api Jerman, begitu bersih dan kinclong, berkebalikan jika ia membandingkan dengan kereta api Indonesia yang nampak kumuh, kotor, banyak PKL dan gepeng berkeliaran, serta mereka yang dinamakan atapers atau penumpang yang berada di atap kereta. Belum lagi stasiun yang nampak padat karena kios-kios. Stasiun pun sudah seperti pasar rakyat.

Ia jadi teringat suasana itu kala setiap hari berangkat kuliah menggunakan kereta. Kereta menjadi transportasi andalan untuk menuju kampusnya di Depok. Dalam tiap hari itu ia mengalami kereta yang begitu padat penumpang namun juga PKL dan gepeng. Para PKL tak henti-hentinya meneriakkan barang dagangan kepada setiap penumpang meskipun dibeli atau tidak. Kemudian ada para gepeng yang hendak mengais rezeki dengan cara meminta dan merengek. Ada yang bermodalkan sapu, agama, dan lapar. Pernah ia dimintai gepeng dengan cara merengek-rengek meminta uang untuk makan. Lantas ia tolak dengan sopan tetapi si gepeng tetap merengek-rengek. Ia kemudian diamkan si gepeng dan si si gepeng pun berlalu mencari mangsa yang lain. Esok-esoknya si gepeng segan meminta kepada dirinya.

Ia juga teringat kejadian pencopetan dan penjambretan yang terjadi di depan mata kepala sendiri. Sudah menjadi hal lumrah pencopetan dan penjambretan marak terjadi di transportasi publik. Apalagi di kereta api. Ia ingat kereta api selalu terbuka pintunya sebab sudah rusak kemudian panas karena pendinginnya juga rusak. Keadaan yang demikian jelas memudahkan para penumpang keluar dari kereta tanpa harus menunggu pintu buka-tutup otomatis. Keadaan yang demikian juga memudahkan para penjambret dan pencopet mudah melarikan diri. Itulah yang ia lihat ketika seorang wanita dijambret kalung yang melingkar di leher. Wanita itu berteriak histeris mengundang penumpang lain. Sayang, itu percuma. Salah satu penumpang bilang kalau memakai perhiasan jangan berada di depan pintu kereta sebaiknya berada jauh dari pintu dan juga jendela. Tetapi sepertinya si penumpang ini memang tidak tahu tentang perihal kehidupan di kereta api.

Melihat keadaan-keadaan seperti itu, ia jadi berpikir lalu berkomentar kereta api Tanah Air tidak aman dinaiki dan tidak pantas menjadi transportasi publik yang diandalkan meski murah. Ia ingin kereta api Indonesia seperti di negara-negara lain, terutama negara jiran Malaysia yang nampak maju dalam fasilitas terutama tiket yang dipindai dengan komputer. Berbeda dengan kereta api Indonesia yang masih mengandalkan karcis. Gara-gara karcis pembohongan identitas bisa terjadi.

Usai lulus kuliah, ia lalu bekerja dan kemudian mendapatkan tawaran beasiswa kuliah magister sembari bekerja di Jerman. Perusahaannya merekomendasikan dirinya agar ke Jerman. Dan di Jermanlah ia mengalami keterkejutan. Keterkejutan yang awalnya sulit beradaptasi. Mulai dari cuaca, makanan, masyarakat, sampai bahasa. Padahal, ia sebelumnya sudah belajar bahasa Jerman. Tetapi memang beda teori dan praktek. Lama-kelamaan ia pun terbiasa dan nyaman dengan segala kemajuan yang diperlihatkan Jerman. Segalanya menjadi mudah dan efektif. Ia merasakan di stasiun kereta api. Tak perlu lama-lama mengantre. Cukup tap pada mesin dan masuk. Begitu juga ketika keluar. Ia merasa beruntung.

Namun di dalam kemajuan itu ia tetap merindukan Tanah Air. Ia merasa Tanah Air sesungguhnya tempat yang paling tepat di hati. Ketika libur datang, sesekali ia sempatkan diri pulang. Menjamah kampung halaman di Jakarta dan berlibur ke berbagai tempat di Indonesia. Ia merasakan Indonesia memang begitu indah. Jerman yang maju itu tidak ada apa-apanya. Sayang, keindahan itu sirna kala sifat orang-orangnya yang menyebalkan, terutama di birokrasi. Indonesia memang indah tetapi orang-orangnya jauh dari bersih dan beradab. Berbeda dengan di Eropa.

Selanjutnya, ia pada liburan selanjutnya berkeliling Eropa. Di sini ia merasa kagum dan takjub. Namun, tetap saja Indonesia tetaplah yang terindah. Rasa ingin kembali dan menetap di Indonesia di hari tua ia canangkan. Ia lalu menikah dengan gadis Indonesia yang juga bekerja di Jerman kemudian mempunyai anak. Barulah ketika anak-anaknya sudah mahasiswa dan dirasa mandiri, ia putuskan pulang kembali sebagai seorang pensiunan yang hendak membuka usaha bengkel mobil berbekal uang pensiun yang jumlahnya lumayan.

Dua puluh tahun lebih di Jerman, membuatnya hanya tahu sedikit berita dari Indonesia. Apalagi untuk transportasi. Ia masih berpikiran transportasi Indonesia, terutama kereta api, pasti masih seperti dulu. Namun, semua berubah tatkala ia mencoba kembali kereta api Indonesia. Ia terkejut dan terheran-heran sampai-sampai berkata kepada salah seorang teman dekatnya. Temannya hanya berkata,
“Ya udah belakangan ini kereta api berubah. Nggak kaya dulu lagi. Sekarang bersih dan steril karena pake AC...hehehe,”
“Jadi, kereta yang terbuka itu udah nggak ada lagi?”
“Iya, udah dipensiunkan,”

Dua kereta melintas berlawanan di dua jalur yang berbeda. Satu melintas di peron Bogor. Satu di peron Jakarta. Pemandangan itu membuat ia terkesima.
“Seperti inilah seharusnya,” gumamnya senang.

Ketika seperti itu, seseorang menepuknya dari belakang.
“Rendi, jangan bengong. Setan masuk lho,” ujarnya sambil tertawa.
Ia menoleh ke belakang. Tersenyumlah ia. Teman dekatnya, Ardi.
“Udah lama nunggu?” tanya Ardi
“Ah, bentar aja gue,” jawab Rendi.
“Yuk dah kita naik kereta,”
“Oke,”
Keduanya lalu bergegas ke peron Bogor. Ketika sampai peron, kereta jurusan Bogor sudah tiba. Keduanya masuk. Rendi tetap tersenyum sambil bergumam,
“Ya, seharusnya seperti ini,”

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran