Pages

Rabu, 03 Juni 2020

5 Pemain Belanda yang Juara Liga Champions di Italia

Pemain Belanda

Dalam dunia sepak bola, para pemain Belanda merupakan salah satu yang mampu memainkan si kulit bundar secara lihai.

Permainan yang lihai tersebut juga dipadukan dengan sistem menyerang total atau total football yang menjadi salah satu trademark sepak bola dunia.

Dari situlah lahir nama-nama seperti Johan Cruyff, Ruud Gullit, Marco van Basten, Patrick Kluivert hingga Ruud van Nistelrooy yang mampu memainkan si kulit bundar dengan elegan.

Berkat deretan nama-nama di atas, Belanda, negara kecil di Eropa Barat, mampu menunjukkan diri sebagai salah satu negara sepak bola terbaik di Eropa dan dunia, dan akan selalu diperhitungkan keberadaannya, baik di Piala Dunia maupun Piala Eropa.

Para pemain sepak bola dari Negeri Oranye tidak hanya berkutat di Belanda saja untuk berkompetisi, tetapi juga di negara-negara lain termasuk Italia.

Di kompetisi Negeri Pizza tersebut, Serie A, banyak sekali pemain Negeri Tulip yang merumput, baik di klub besar maupun klub kecil.

Beberapa pun sukses meraih juara terutama juara antar klub Eropa atau Liga Champions. Titel ini tentu sangat prestisius dan bergengsi, dan karena itu diincar oleh banyak pemain termasuk para meneer.

Menjuarai Liga Champions yang menjadi hasrat para pemain sepak bola dunia merupakan pelengkap terindah selain juara domestik.

Tercatat ada 5 pemain asal negara yang punya hubungan historis sangat kuat dengan Indonesia juara Si Kuping Besar saat berkarier di Italia. Siapa sajakah mereka? Yuk, mari disimak!

Ruud Gullit

Pemain Belanda

Penggemar sepak bola dunia sudah pasti sangat familiar dengan nama yang satu ini. Perawakannya yang tinggi dengan rambut gimbal reggae serta kumis yang tebal membuat pemain yang satu ini sangat mudah dikenali.

Pemain yang bernama asli Rudi Dil adalah satu pemain sepak bola Belanda yang mampu menjuarai Liga Champions saat mengolah si kulit bundar di Italia bersama AC Milan.

Gullit yang terkenal dengan kecepatan dan sundulannya itu juara Liga Champions bersama Rossoneri setelah hijrah dari PSV Eindhoven pada 1987.

Di klub Merah-Hitam ini Gullit bahkan mampu merengkuh Si Kuping Besar sebanyak dua kali berturut-turut, yaitu pada musim 1988-1989 dan 1989-1990.

Klub-klub yang menjadi korban keganasannya adalah Steaua Bucuresti dan Benfica. Ketika mengalahkan Steaua, Gullit turut menyumbangkan dua gol untuk merobek jala klub asal Rumania tersebut.

Selain dua gelar Liga Champions, Gullit turut menyumbang trofi-trofi lain untuk AC Milan seperti juara Serie A sebanyak 3 kali, juara Piala Super Italia 2 kali, Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antaklub masing-masing 1 kali.

Capaian ini membuat Gullit yang keturunan Suriname itu menjadi salah satu meneer yang sukses menaklukkan ganasnya Serie A yang lekat dengan permainan bertahan atau catenaccio.

Marco van Basten

pemain belanda

Meneer kedua yang juga sukses merengkuh gelar Liga Champions saat merumput di Italia adalah Marco van Basten.

Penggemar sepak bola dunia tentu tahu mengenai pemain yang satu ini, yang punya kemampuan bermain bagus dan anggun  layaknya angsa sehingga dijuluki sebagai Angsa dari Utrecht.

Van Basten pun akan dikenal karena tendangan volinya yang begitu indah dari sudut sempit saat melawan Uni Soviet di final Piala Eropa 1988.

Tendangan itu membuat Belanda berhasil menjuarai Piala Eropa untuk pertama kali, dan menjadi satu-satunya trofi internasional Negeri Oranye hingga saat ini.

Di Italia, Van Basten mampu merengkuh Si Kuping Besar saat merumput di AC Milan. Ia dua kali mampu meraih gelar tersebut, yaitu pada musim 1988-1989 dan 1989-1990.

Pada  musim pertama meraih gelar ia turut menyumbangkan dua gol bersama kompatriot Belanda lainnya, Ruud Gullit, yang memang datang bersama ke klub asal Lombardia tersebut pada 1987.

Selain dua gelar kejuaraan antarklub tersebut, Van Basten yang merupakan salah satu alumnus terbaik Ajax Amsterdam itu juga meraih gelar lain bersama Milan, yaitu juara 3 kali Serie A, 2 kali Piala Super Eropa, 1 Piala Super Eropa dan 2 Piala Dunia Antarklub.

Bersama Milan, Van Basten juga meraih gelar pribadi seperti 3 kali meraih Ballon D’or serta menjadi dua kali menjadi topskor Serie A.

Sayangnya, karier pemain yang juga pernah mencetak 4 gol saat melawan Gothenburg di Liga Champions 1992 itu harus berakhir dengan cepat pada usia 28 tahun karena cedera yang sering dialaminya, dan Milan menjadi tempat untuk juga mengakhiri kiprah sebagai pemain.

Frank Rijkaard

pemain Belanda

Nama Frank Rijkaard tentunya masuk sebagai salah satu pemain Belanda yang sukses juara Liga Champions di Italia.

Gelandang bertahan yang juga bisa bermain sebagai bek tengah ini mampu meraih gelar paling prestesius dan bergengsi di Benua Biru kala bermain bersama AC Milan.

Dua kali pria keturunan Suriname itu melakukannya sebanyak dua kali berturut-turut pada musim 1988-1989 dan 1989-1990 semenjak didatangkan dari Real Zaragoza pada 1988.

Rijkaard yang terkenal karena insiden ludahnya pada Rudi Voeller di Piala Dunia 1990 itu melakukannya bersama dua kompatriot Belanda lainnya yang sudah lebih dahulu bergabung, Ruud Gullit dan Marco van Basten.

Ketika meraih gelar kedua Liga Champions itu saat melawan Benfica, ia mencetak satu-satunya gol untuk memberikan kemenangan pada Rossoneri melalui umpan dari Van Basten.

Rijkaard yang juga pernah melatih Belanda pada 1998-2000 dan Barcelona pada 2003-2008 setelah pensiun selain meraih dua gelar itu, juga meraih gelar-gelar lain selama di Milan, yaitu dua kali juara Serie A, dua kali Piala Super Italia, dua kali Piala Super Eropa, dan dua kali Piala Dunia Antarklub.

Di antara ketiga trio Belanda Milan yang pernah membuat Milan Berjaya pada akhir 80-an dan awal 90-an itu, Rijkaardlah cuma satu-satunya pemain Negeri Oranye yang mampu meraih gelar Si Kuping Besar dalam kurun waktu yang berbeda.

Pertama ia melakukannya bersama Ajax selepas pergi dari Milan selepas musim 1992-1993 berakhir, dan juara pada musim 1994-1995.

Kedua, saat ia menjadi pelatih Barcelona, dan merengkuh Si Kuping Besar pada musim 2005-2006. Namun, yang pertama merupakan ironi karena ia merengkuhnya saat mengalahkan mantan klub yang membesarkan namanya, Milan.

Clarence Seedorf

Pemain Belanda

Ketika era trio Belanda di Milan berakhir pada pertengahan 1990-an, tidak ada lagi pemain Belanda yang datang ke Giuseppe Meazza, dan mampu melakukannya. Sampai kemudian datang Patrick Kluivert.

Sayang, striker Belanda keturunan Maluku itu gagal menunjukkan performanya di Milan alih-alih ingin seperti Van Basten.

Kluivert cuma bertahan semusim, yaitu pada musim 1997-1998, dan kemudian hijrah ke Barcelona, dan meraih banyak gelar di sana.

Setelah Kluivert yang dianggap gagal kemudian datanglah Clarence Seedorf pada 2002 setelah hijrah dari Inter Milan, musuh bebuyutan Milan.

Pemain asal Belanda yang bertugas sebagai gelandang tengah ini ternyata menjadi pemain yang mampu meneruskan jejak trio Belanda yang sudah begitu melegenda di Milan.

Seedorf yang kelahiran 1976 itu, dan dikenal akan kemampuannya yang mumpuni dalam mengolah bola itu mampu meraih dua gelar Liga Champions bersama Si Merah-Hitam saat merumput dalam kurun waktu 10 tahun.

Pertama, ia melakukannya pada musim 2002-2003 saat melawan Juventus, dan laga melawan Si Nyonya Besar menjadi final sesama Italia pertama di ajang tersebut.

Kedua, ia melakukannya pada musim 2006-2007 saat berhasil mengalahkan Liverpool, dan laga ini merupakan laga pembalasan karena dua tahun sebelumnya klub asal The Beatles tersebut mengandaskan impiannya meraih gelar ini.

Dengan capaian dua gelar tersebut membuat Seedorf yang sempat bermain di Serie A Brasil selepas dari Milan menjadi satu-satunya pemain yang mampu meraih 4 gelar Liga Champions.

Sebelum di Milan, Seedorf pernah meraihnya saat di Ajax pada pada 1994-1995, dan itu pun mengalahkan Milan, kemudian di Real Madrid pada 1997-1998, dengan mengalahkan Juventus.

Selain dua gelar Liga Champions, Sang Profesor juga meraih gelar-gelar lain selama mengabdi untuk korps Merah-Hitam, yaitu dua kali juara Serie A, 1 kali Coppa Italia, 2 kali Piala Super Italia, dua kali Piala Super Eropa, dan 1 kali Piala Dunia Antarklub.

Seedorf juga menjadi pemain Negeri Oranye yang cukup lama mengabdi, dan menjadi salah satu legenda di klub tersebut. Boleh dibilang hingga saat ini dialah pemain Negeri Tulip terakhir yang juara Liga Champions bersama Milan.

Wesley Sneijder

pemain Belanda

Pemain Belanda terakhir yang mampu juara Liga Champions di Italia adalah Wesley Sneijder. Tidak seperti 4 pemain sebelumnya, Sneijder melakukannya bersama Inter Milan, musuh bebuyutan AC Milan.

Sneijder yang merupakan salah satu alumnus Ajax tersebut melakukannya pada musim pertamanya berseragam biru-hitam pada 2009 selepas hijrah dari Real Madrid.

Gelar itu ia dapatkan setelah mengalahkan Bayern Muenchen pada musim 2009-2010, dan itu ia lakukan di Santiago Bernabeu, kandang Real Madrid.

Gelar Si Kuping Besar yang ia raih itu semakin istimewa karena diraih bersamaan dengan dua gelar lainnya pada satu musim, yaitu Serie A dan Coppa Italia.

Keberhasilan itu membuat Inter meraih treble winners pada musim tersebut, dan menjadi satu-satunya klub Italia yang hingga saat ini mampu melakukannya. Apalagi Inter kala itu di bawah asuhan pelatih kontroversial, Jose Mourinho.

Hingga saat ini Sneijder yang membela Nerazurri selama 4 tahun itu masih belum mempercayai bisa meraih gelar tersebut, yang merupakan gelar antarregion satu-satunya bagi dirinya.

Selain gelar Liga Champions, pemain yang berposisi sebagai pengatur serangan itu juga memberikan gelar-gelar lain untuk I Serpente, yaitu 1 gelar Serie A, 2 Coppa Italia, 1 Piala Super Italia, dan 1 Piala Dunia Antarklub.

Nah, itulah 5 pemain Belanda yang mampu merengkuh gelar juara Liga Champions saat menjalani karier sepak bola di Italia.

Keberhasilan para meneer juara Si Kuping Besar terbilang amat langka apalagi jika dilakukan di Italia yang lebih mengandalkan taktik dan strategi dalam bertahan, bukan menyerang.

Namun para meneer ini ternyata mampu melakukannya dan membuktikan bahwa mereka bisa beradaptasi dengan kultur sepak bola Italia yang gemar memperlambat ritme permainan.

Pertanyaanya, apakah akan ada lagi para meneer yang mampu menjuarai Liga Champions bersama klub-klub Italia pasca Wesley Sneijeder?

Hal itu bisa saja terjadi jika melihat gerak langkah empat wakil Italia pada Liga Champions musim 2020-2021, Juventus Atalanta, Inter, dan Lazio, yang mempunyai para pemain Belanda.

Di Juventus ada Matthijs de Ligt, di Atalanta ada Marten de Roon dan Hans Hateboer. Di Lazio ada Djavan Anderson dan Wesley Hoedt, dan di Inter ada Stefan de Vrij. Semoga saja kita dapat melihat aksi mereka setelah pandemi Corona bisa diatasi dengan maksimal.

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran