Pages

Selasa, 11 September 2012

Tablet

Pagi belum terang benar, meski matahari sudah terbit di sebelah timur, dan jam belum juga menunjukkan pukul setengah 7, namun suasana kelas, tepatnya di sebuah sekolah menengah pertama, sudah menjadi ramai. Ramai bukan karena guru mereka, Pak Budiman, datang lebih awal, tetapi karena Adit membawa sesuatu yang membuat teman-temannya penasaran dan terpesona seakan-akan belum pernah melihat yang demikian.
tabletpcterbaik.com


Tablet. Itulah benda yang dibawa Adit di dalam tasnya lalu ia keluarkan ketika sampai di kelas. Ia bermaksud memamerkan benda berbentuk lempengan tersebut kepada teman-temannya.
“Teman-teman liat dong, gue bawa benda baru nih,” ujarnya kepada mereka semua yang berada di kelas, terutama yang sedang melaksanakan piket bergilir.

Langsung saja, teman-temannya itu menanggapi, terutama si Burhan,

“Benda apa tuh, Dit?”

“Tablet,” jawab Adit bangga.

Burhan yang mendengar kata “tablet” langsung menuju ke meja Adit. Ia sepertinya penasaran. Sedangkan Ani malah bertanya,

“Tablet obat, Dit? Ah, itu mah bukan barang baru,”

“Sembarangan lo!” ujar Adit tak terima, “Ini tablet komputer,”

“Ah, masa sih?” tanya Ani penasaran karena mendengar kata “tablet” dan “komputer”. Ia lalu berpikir tablet, yang menurutnya adalah obat digabungkan dengan komputer, yang menurutnya benda kotak datar yang ditaruh di atas meja dan mempunyai keyboard. Wah, bakal seperti apa ya jadinya? tanyanya dalam hati.
Karena penasaran ia segera ke meja Adit bersama-sama dengan yang lainnya. Dan di meja itulah Adit memamerkan benda yang dinamakan tablet tersebut. Sebuah benda berbentuk seperti lempengan persegi panjang berwarna putih, dan terlihat polos karena tidak sama sekali ada ornamen apa pun, kecuali tombol di tengah di bawah layar.

“Apaan nih, Dit?” tanya salah satu temannya, Indra, “Polos banget. Nggak kaya Blackberry gue,”

“Ini namanya tablet,” kata Adit sambil memperkenalkan benda barunya, “Ya iyalah nggak kaya Blackberry lo. Tapi nih lebih canggih,”

“Masa sih?” tanya Indra lagi.

“Ya lo liat aja,” kata Adit lalu memencet tombol di tabletnya dan menyala. Semua yang melihat terpukau karena tampilan layar yang begitu menggoda. Di dalam layar itu terdapat beberapa gambar kecil berbentuk kotak. Adit lalu menyentuh salah satu gambar yang bergambar ikon Facebook, dan terbukalah ikon itu. Facebook pun tertampil. Teman-temannya pada terpukau.

“Ih, canggih ya,” ujar Ani, “Disentuh langsung keluar gambarnya. Pinjam dong, Dit,”

“Ogah,” ujar Adit langsung bereaksi dengan melindungi tabletnya, “Beli dong makanya,”

“Mang berapa sih harganya?” tanya Ani.

“Delapan jutaan,” ujar Adit bangga.

“Ih, mahal ya,” kata Ani berkomentar, “Bokap-nyokap gue bisa nggak ngasih gue uang jajan setahun kalo minta beliin,”

“Ya, iyalah,” kata Adit lalu berkata meremehkan, “Lo semua pasti nggak akan bisa beli kan? Cuma gue yang bisa. Gue gitu lo,” Ia lalu tertawa-tawa. Membuat semua yang ada di mejanya merasa risih. Namun tidak bagi Burhan, yang sepertinya mengharapkan sekali bisa meminjam tablet si Adit. Sayang, ada syaratnya,

“Beliin gue makanan dan minuman di kantin,”

Burhan heran,

“Kok?”

“Mau nggak pinjam tablet gue?” 

“Iya, mau,” 

Burhan menurut saja, padahal dalam hatinya tidaklah demikian. Tetapi, demi tablet ia mau tidak mau harus melakukannya.

Ketika Pak Budiman, semua murid duduk manis di tempat duduknya masing-masing lalu memberikan salam. Adit lantas menaruh tabletnya di dalam kolong mejanya sembari diam-diam memainkannya. Sebab jika ketahuan bisa langsung diambil Pak Budiman.

Ketika istirahat tiba, Adit segera mengeluarkan tabletnya lagi, begitu Pak Budiman ke ruang guru. Diikuti Burhan ia segera ke halaman sekolah membawa tabletnya dan memamerkan benda elektronik tersebut. Ia membuka Facebook, Twitter, memotret, kemudian menggambar melalui jemarinya.

“Dit, kapan gue bisa pinjam tabletnya?” tanya Burhan merengek.

“Beliin gue makanan dulu,” kata Adit.

“Kan tadi udah gue beliin,”

“Ya beliin lagi,”

“Duitnya?”

“Pake duit lo,”

Burhan terdiam,

“Mau nggak?”

“Iya, mau,”

Dan begitulah Burhan dengan terpaksa menuruti Adit demi tablet. Setiap hari Burhan melakukan yang demikian, namun tablet tak kunjung dipinjam. Yang ada uang jajan malah menipis gara-gara Adit selalu menyuruhnya membeli makanan. Lama-kelamaan Burhan jadi malas dan akhirnya ogah sambil berujar dalam hati,

“Yang penting gue masih punya hape ini. Nggak canggih amat sih tapi bisa internetan,”

Dan setiap hari juga Adit berasyik-asyikan dengan tabletnya. Sampai lupa waktu, dan tidak sadar ketika ketika pada suatu hari tabletnya hilang. Adit langsung menuduh Burhan. Tetapi Burhan mengelak.

“Jangan bohong lo sama gue,” ujar Adit memaksa, “Mana tablet gue?”

“Bukan gue, Dit,” kata Burhan membela diri, “Lo jangan asal nuduh, dong!”

Ketika mereka seperti itu lewatlah Pak Budiman, dan langsung melerai,

“Kalian berdua apa-apaan ini? Hentikan! Kalau mau berantem di penjara aja jangan di sekolah!”

“Habis pak Adit nuduh saya curi tabletnya,” kata Burhan menyahut.

“Tablet?” tanya Pak Budiman heran, “Siapa yang membawa tablet?”

“Itu, pak Adit,” ujar Burhan menunjuk Adit dan hanya diam tidak bisa berbuat apa-apa.

Pak Budiman langsung melirik pada Adit dan bertanya,

“Benar kamu membawa tablet, Adit?”

“Iya, pak,” jawab Adit dengan terpaksa.

“Kamu tahu kan ini sekolah,” kata Pak Budiman, “Bukan taman bermain,”

“Iya, pak,”

Maka, Adit pun diceramahi oleh Pak Budiman. Adit pun mengiyakan saja walau dalam hati ia memberontak,
“Kecuali handphone, bapak melarang kamu ke sekolah membawa laptop dan tablet. Di sekolah kan ada komputer. Kamu jangan suka memamerkan apa yang kamu punya. Akhirnya, hilang kan,”

“Iya, pak,”

“Sekarang kita harus cari siapa yang mengambil tablet kamu kalau memang bukan Burhan yang mengambil,” kata Pak Budiman lagi. Lalu diajaknya kedua muridnya tersebut. Sebelumnya, Pak Budiman berkata,

“Kalau memang bukan Burhan yang mengambil tablet kamu, kamu harus minta maaf dan juga mentraktir Burhan,”

“Maksud bapak?” tanya Adit terkejut.

“Ya kamu harus minta maaf dan mentraktir Burhan,” ujar Pak Budiman mengulangi, “Begitu juga sebaliknya. Paham?”

“Iya, paham, pak,”

Lalu ketiganya mencari tablet di tiap sudut sekolah dengan bantuan Pak Maman, kepala kebersihan sekolah. Sayang, tablet tak ketemu. Adit pun murung dan tetap menuduh Burhan. Burhan tak terima. Mereka hendak berantem lagi. Tapi, keburu dilerai Pak Budiman.

“Sudah-sudah. Kalian ini pantasnya jadi anggota dewan saja. Berantem terus!”

Usai melerai keduanya, Pak Budiman meminta keduanya berjalan berpisah. Mereka pun menuruti. Adit tampak masih kesal dan menuduh bahwa Burhan yang mengambil tabletnya. Ketika di sampai di rumah dengan perasaan murung, Adit dipanggil ibunya. Ia sendiri tidak bertanya-tanya dalam hati kenapa dipanggil, tetapi ketika ibunya memegang sesuatu di tangannya, ia terkejut.

“Kok tabletnya sama mama?” tanya Adit yang terkejut bercampur girang.

“Mama juga tidak tahu,” kata ibunya kemudian memberikan tablet itu pada Adit, “Tadi ada cewek datang ke sini ngasih ini ke mama,”

“Cewek?” Adit heran.

“Iya, cewek,” ujar ibunya menegaskan, “Dia bilang sih teman kamu. Tapi, mama nggak tau namanya soalnya lupa nanya,”

“Kok nggak nanya sih, ma?”

“Kan mama lagi repot,”

“Dia bilang apa, Ma?”

“Cuma bilang: Bu, ini tablet punya Adit,”

Adit pun terdiam.

“Kamu kenapa?”

“Nggak apa-apa kok, ma,”

Adit lalu meninggalkan ibunya yang tengah berada di ruang tengah dan menonton televisi menuju ke kamarnya sambil memegang tabletnya. Di kamarnya ia segera merebahkan diri lalu memandang tabletnya, dan bertanya-tanya,

“Siapa sih yang nyuri tablet gue? Masa iya cewek? Kalo mang cewek siapa? Ani, Rima, Endah, atau Nui?”
Lalu ia menyalakan tabletnya,

“Ah, nggak mungkin deh,”

Sebuah jejaring sosial dibuka,

“Yang penting tablet gue balik,”

Begitulah. Ia lalu kembali bercengkrama dengan tabletnya. Rasa senang terpancar di wajahnya. Dan lupa akan sesuatu.




1 komentar:

  1. SLOT MANIA BERUPA RP 11 MILYAR!

    Promo Akan Berakhir Di 31 Mei.

    Segera Mainkan Dan Dapatkan Hadiah Anda!

    Hanya Di Zeusbola

    Deposit Murah!
    CS Online 24 Jam

    INFO SELANJUTNYA SEGERA HUBUNGI KAMI DI :
    WHATSAPP :+62 822-7710-4607


    BalasHapus

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran