Pages

Jumat, 13 September 2013

Polisi oh polisi

Selasa malam, 10 September 2013 lalu tiba-tiba kita dikejutkan oleh penembakan terhadap seorang anggota polisi oleh beberapa orang tak dikenal di depan gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan. Sebuah penembakan yang sepertinya merupakan miniseri dari penembakan-penembakan sebelumnya terhadap anggota dari institusi yang sama. Setelah penembakan yang menjadi breaking news di beberapa stasiun televisi nasional itu, beberapa pihak mulai berspekulasi. Ada yang bilang itu perbuatan pelaku teror. Ada yang bilang itu karena persaingan di dunia pengawalan barang. Apa pun itu, saya tau mau membahas terlalu dalam mengenai kejadian yang, mungkin, akhir atau endingnya sulit ditebak atau takkan pernah berakhir. Saya ingin melihat, melalui tulisan ini, tentang polisi.

Polisi, selalu identik dengan pemberantasan kejahatan dan pencarian keadilan. Selain itu,  identik sebagai alat anti huru-hara akibat demonstrasi atau kerusuhan. Polisi, yang saya tahu sewaktu kecil, kala mendengarnya, adalah polisi yang memakai mobil dengan sirine, cat mobilnya berwarna hitam dan putih, berseragam hitam-hitam, dan memakai pistol. Gambaran itu saya dapat karena terpengaruh oleh film-film Hollywood seperti Police Academy, yang waktu kecil memang populer. Tapi, kala melihat ke negeri sendiri, rupanya polisinya berpakaian coklat. dan tidak seperti di Hollywood, jarang yang bermobil.

Seiring berjalannya waktu, polisi yang saya lihat, ketika menyaksikan televisi, adalah polisi yang memakai tameng, helm, senapan mesin, pentungan lalu berpelindung di sekujur tubuhnya. Terlihat kesan angker dan juga angkuh kala dengan senjata yang dipunya menembaki dan memukul lawannya yang hanya bermodalkan nekat atau malah cuma punya bom molotov saat terjadi huru-hara. Bisa ditebak, lawannya babak belur tak keruan. Dipukul dan ditendangi.

Lalu polisi yang saya lihat juga berpakaian dan berperalatan canggih. Ya, itulah polisi yang bertindak sebagai pasukan elite. Tugasnya, melawan dan memberantas penjahat yang sudah berada di level mengkhawatirkan seperti teroris. Tampilan polisi ini boleh dibilang keren seperti di film-film. Apalagi memakai kacamata hitam yang digunakan untuk menyamarkan identitas.

Padahal, di masa lampau polisi itu tidak seperti sekarang. Hanya memakai pentungan, berjalan kaki lalu bersepeda. Nah, bagi yang pernah menyaksikan salah satu adegan dalam Pengkhianatan G30S/PKI, Anda akan melihat Soekitman, si polisi, yang tertangkap anggota Cakrabirawa karena tidak sengaja melintas di sekitar rumah Jenderal Pandjaitan. Ketika tertangkap ia sedang berpatroli menggunakan sepeda.

Di beberapa film kartun pun, terutama film kartun di tahun 30-40-an, polisi digambarkan hanya berseragam dan memakai pentungan, namun berperilaku kocak. Itu juga yang terlihat di Agen Polisi 212, sebuah komik karya Daniel Kox dan Raoul Cauvin. Ini mengenai kisah seorang polisi yang konyol dan terkadang sok tahu dalam menghadapi suatu kasus. Tingkah lakunya bisa membuat yang membacanya terbahak-bahak.

Polisi, yang berasal dari kata politia, yang berarti warga kota atau pemerintahan kota, yang kemudian diartikan lagi sebagai usaha kegiatan negara, pada kenyataannya lebih populer dalam ranah fiksi illmiah daripada tentara. Robocop, Judge Dredd, Jiban, Winspector,  merupakan sederetan beberapa film yang menggunakan polisi, dalam hal ini, polisi robot sebagai tokoh yang diyakini mampu memberantas kejahatan. Keyakinan itu muncul karena para polisi ini merupakan robot yang mempunyai sederetan kendaraaan dan senjata canggih. Keberadaan mereka pun diyakini sebagai jawaban persoalan atas kejahatan yang tak kunjung reda dan tak bisa diatasi polisi biasa. Keberadaan polisi dalam ranah fiksi ilmiah lebih populer dan banyak daripada tentara yang diwakili dalam The Universal Soldier.

Itulah gambaran saya tentang polisi. Aparat/perangkat negara yang tugasnya mengayomi dan melindungi. Meski dalam prakteknya sering berkebalikan. Sebuah gambaran yang melihat polisi mulai dari tampang ramah hingga bisa sangar dan kejam, terutama dalam pemberantasan teroris. Akibatnya, timbullah dendam kesumat yang berujung pembalasan terhadap perangkat negara yang sudah berusia ribuan tahun di bumi.

 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran