Pages

Minggu, 05 Januari 2020

4 Pesawat Tempur Penjajah yang Membombardir Indonesia di Masa Perang Kemerdekaan


Di masa Perang Kemerdekaan, Indonesia dibombardir oleh banyak pesawat tempur penjajah, baik dari Inggris maupun Belanda.

Keberadaan burung besi itu di langit Indonesia seakan-akan untuk menyiutkan nyali para pejuang yang kekuatannya waktu itu tidak sebanding dengan para penjajah.

Pesawat-pesawat militer itu mengeluarkan serentetan tembakan dan menjatuhkan bom sehingga banyak para pejuang yang tewas, juga rakyat sipil, dan tempat-tempat hancur berantakan.

Semua itu untuk memberikan dampak psikologis supaya perjuangan padam.

Akan tetapi dengan semangat dan daya juang yang besar, Indonesia akhirnya bisa mengusir para penjajah juga para pesawat tempurnya untuk selama-lamanya.

Berikut ini adalah pesawat-pesawat tempur Inggris dan Belanda yang begitu tega menghancurkan Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan.

Republic P-47 Thunderbolt

wikiwand

Pesawat tempur militer buatan Amerika Serikat ini salah satu yang menggempur para pejuang Indonesia di masa Perang Kemerdekaan.

Kehadirannya di Nusantara adalah karena Inggris sebagai operator.

Sebagai salah satu pemenang Perang Dunia Kedua, oleh AS Inggris diberi tanggung jawab mengamankan wilayah bekas pendudukan Jepang di Asia Tenggara, dengan Indonesia ada di dalamnya.

Dikutip dari Rafmuseum, P-47 Thunderbolt selama di Indonesia tercatat melaksanakan misi pengeboman terhadap para pejuang Indonesia dalam usaha membantu Belanda menjadikan kembali bumi pertiwi sebagai koloni.

Itu artinya, pesawat produksi tahun 1941 hingga 1945 terlibat dalam banyak pertempuran di wilayah Indonesia yang diduduki Inggris seperti di Medan, Bandung, dan Surabaya.

Sebelum bertugas di Indonesia untuk misi pembombardiran Republik, pesawat tempur AS hasil desain Alexander Kartveli ini terlebih dahulu kenyang pengalaman di Perang Dunia Kedua.

Inggris menggunakan pesawat bermesin Pratt & Whitney R-2800 ini pada 1944 untuk menggantikan pesawat tempur sebelumnya, Hurricane, dan mengemban tugas membombardir pertahanan Jepang di Myanmar.

Supermarine Spitfire

wikipedia

Penggemar Perang Dunia Kedua tentu akrab dengan pesawat militer yang satu ini.

Ya, Spitfire memang mahsyur namanya dalam perang paling dahsyat itu terutama di medan Battle of Britain.

Pada pertempuran yang terjadi di langit Inggris itu, Spitfire yang dikenal lincah dan mematikan ini sukses menggungguli armada Luftwaffe, Angkatan Udara Jerman, yang hendak mengebom London dan sekitarnya.

Padahal, di dalam AU Jerman itu terdapat pesawat pengembom Heinkel, Dornier, Junkers, dan pesawat tempur Messerschmidt BF-109.

Di Indonesia, pesawat kebanggaan AU Inggris (RAF) ini identik dengan Pertempuran Surabaya atau Pertempuran 10 November.

Pada pertempuran yang terjadi selama 3 minggu lebih itu, Spitfire terlihat melayang dan meraung-raung di langit Surabaya untuk membombardir para pejuang Indonesia yang hanya punya peralatan militer seadanya.

Pada pertempuran yang dikenal sebagai "Surabaya Inferno" itu, pihak Inggris kehilangan 10 pesawat tempurnya, dan Spitfire, pesawat dengan sayap elips itu juga termasuk salah satunya.

Salah satu literatur sejarah Pertempuran Surabaya menyebutkan, Spitfire ditembak jatuh oleh meriam Bofors milik seorang pejuang bernama Pak Gumbreg di Jetis, Mojokerto.

Tembakan itu membuat sang pilot bernama David berkebangsaan Australia menyelamatkan diri melalui parasut, dan diselamatkan oleh para pejuang republik yang empati ke Rumah Sakit Gatoel.

Curtiss P-40 Kittyhawk

flickr

Pesawat tempur Belanda buatan AS ini akan selalu dikenang dalam sejarah Perang Kemerdekaan sebagai penyebab jatuhnya pesawat angkut Dakota VT-CLA di Yogyakarta.

Peristiwa yang terjadi pada 29 Juli 1947 itu menewaskan tiga pejuang Indonesia, yaitu Agustinus Adisucipto, Abdulrahman Saleh, dan Adi Soemarmo.

Ketiganya kemudian dijadikan sebagai pahlawan nasional, dan peristiwa itu diperingati sebagai Hari Bhakti TNI AU.

Cocor merah, demikian sebutan para pejuang republik terhadap pesawat yang moncongnya berwarna merah ini.

Pesawat ini selalu menjadi momok bagi Indonesia di saat Belanda melancarkan Agresi Militer Pertama pada 21 Juli 1947.

Sebelum membombardir pertahanan Indonesia pada masa Perang Kemerdekaan, pesawat tempur penjajah produksi tahun 1939 hingga 1944 ini terlebih dahulu digunakan oleh Angkatan Udara Hindia-Belanda pada Perang Dunia Kedua melawan Jepang.

Hasilnya, banyak pesawat P-40 yang kandas karena tidak kuat menghadapi kelincahan dan kegarangan pesawat tempur Jepang, Mitsubishi A6M Zero.

North American P-51 Mustang

The National Interest

Sejarah Perang Kemerdekaan juga mencatat terutama di masa Agresi Militer Belanda Pertama dan Kedua, sang penjajah juga mengerahkan pesawat tempur militer selain Kittyhawk, yaitu P-51 Mustang produksi North American Aviation untuk membombardir para pejuang.

Bentuknya hampir mirip dengan Kitty Hawk, juga karena moncongnya dicat merah.

Akan tetapi, Mustang yang diperkenalkan pada 1942 itu lebih cepat dan tangguh daripada Kittyhawk.

Pesawat yang dalam sejarah pengoperasiannya ini selalu berganti mesin mulai dari Allison V-170 hingga Packard V-1650-7 pada varian 51D pertama kali dioperasikan oleh Inggris baru kemudian AS.

Setelah Perang Dunia Kedua, Belanda yang mendapatkan bantuan militer dan keuangan dari AS melalui Marshall Plan mengoperasikan pesawat ini untuk tujuan menegakkan kembali kolonialisme di Nusantara.

Akan tetapi, langkah Belanda ini kemudian dikecam AS yang akan menarik kembali Marshall Plan yang sudah diberikan.

Ketika Agresi Militer Belanda Kedua berakhir, pesawat tempur penjajah ini diserahkan kepada Indonesia sebagai salah satu poin dalam KMB pada 1949 hingga 1950, dan menjadi bagian dari TNI AU sampai 1976.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran