Pages

Jumat, 14 Desember 2012

Antara Tuhan dan Dewa

Tuhan, dewa, Tuhan, dewa, Tuhan, dewa. Sering kita menganggap keduanya berbeda. Padahal, kedua-duanya sama, yaitu suatu zat yang mengatur, menciptakan alam semesta,dan memerintah manusia. Keduanya juga dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat gaib dan supranatural. Namun, KBBI pun berbeda dalam definisi keduanya.

Tuhan: sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg yg Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb: -- Yang Maha Esa
Dewa: roh yg dianggap atau dipercayai sbg manusia halus yg berkuasa atas alam dan manusia: Batara Surya ialah -- matahari;
godtalkstoyou.com

Dalam masyarakat Indonesia atau yang berpenutur Melayu, perbedaan keduanya, walaupun secara konsep sama lebih disebabkan bagaimana masyarakat secara maknawi memandang keduanya dalam bingkai yang pantas, atau lebih tepatnya menciptakan mereka. Apalagi dalam definisi itu terdapat kata "Mahakuasa, Mahaperkasa, dan Maha Esa" untuk Tuhan. Dewa sebaliknya. Sebagian besar masyarakat Indonesia yang monoteistik jelas akan menolak kesamaan antara Tuhan dan dewa. Sehingga, meskipun ada sebagian kecil masyarakat Indonesia yang politeistik, toh dalam prakteknya, mereka juga akan menggunakan kata Tuhan. Dalam anggapan dasar juga dikatakan bahwa Tuhan itu tunggal, sedangkan dewa ganda atau lebih, bahkan berkelamin (dewi).

Lalu bagaimana jika itu di luar Indonesia?

Di Barat, baik Tuhan ataupun dewa, hanya mempunyai satu kata yang mewakili, God. Longman Dictionary mendefinisikannnya sebagai berikut:

God: he spirit or being who Christians, Jews, Muslims etc pray to, and who they believe created the universe

Dalam definisi itu pun tercantum kata etc yang berarti Tuhan itu tak hanya untuk agama monoteis, tapi juga politeis. Pun halnya dengan yang berkelamin. Cukup diwakili oleh Goddess sebagai pembeda dengan God. Konsep ini ada karena sebelum agama monoteis masuk, agama/kepercayaan politeis sudah ada dan berkembang. Hal itu terlihat dari Mitologi Yunani dan Nordik. Konsep ini pun tetap dipertahankan meskipun agama monoteis (Kristen) masuk, dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Sedangkan konsep monoteis awalnya berawal dari Timur Tengah ketika pada zaman Mesir Kuno dan Babilonia, Musa dan Ibrahim diutus Tuhan untuk memperkenalkan konsep agama monoteis kepada para pengikut politeis.

Indonesia memang pengecualian. Mengakui dua nama tersebut, meskipun Tuhan lebih menonjol. Makna dewa dalam kehidupan sehari-hari menjadi kurang sakral karena banyak dipakai sebagai nama orang. Lihat saja. Ada yang namanya Dewa. Ada yang namanya Dewi. Atau percakapan seperti ini: Wah, dia mah udah tingkat dewa tuh. Percakapan yang mengindikasikan memuji, atau malah dalam kesempatan lain, lelucon.







0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran