Pages

Kamis, 06 Desember 2012

Vampir


Belakangan waktu terakhir, kehebohan tengah menyengat di Bajina Basta, Serbia. Bukan karena penemuan kuburan massal atau juga sisa-sisa perang --mengingat Serbia merupakan wilayah perang pada awal 90-an dengan tetangga-tetangganya, Kroasia dan Bosnia. Tetapi karena vampir. Kehebohan ini memang bukan kehebohan main-main atau lelucon.
sheemoney.blogspot.com


Sebut saja nama itu: Sava Savanovic. Nama ini cukup populer di Serbia. Bukan sebagai tokoh manusia, melainkan tokoh vampir. Akhir November kemarin, dikabarkan, sang vampir yang begitu mahsyur di negaranya, lepas dan tengah mencari mangsa. Penyebabnya, rumahnya yang berada di pabrik penggilingan hancur. Walhasil, berita lepasnya sang vampir tak pelak membuat panik warga. Mereka langsung memasang bawang putih dan salib di rumah masing-masing supaya si vampir tidak memasuki rumah mereka.

Jelas saja berita seperti itu tentu mengundang tawa bagi mereka yang berada di luar Serbia. Bahkan ABC News menganggapnya itu sebagai lelucon pra-Natal. Ini karena berita tersebut sungguh sifatnya takhayul. Dalam kehidupan modern, takhayul menjadi sesuatu yang absurd dan irasional. Meski begitu, dalam kehidupan modern juga takhayul masih bisa hidup dan mempengaruhi mereka yang masih mempercayainya.
Meski kelihatannya aneh, berita mengenai vampir ini seperti sebuah serangkaian berita mengenai hal yang sama. Pertengahan tahun ini, para arkeolog menemukan dua makam yang diduga makam vampir di Bulgaria. Ciri-cirinya, pada jenazah yang diduga vampir itu ditusuk dua pasak tiang di dada. Cara demikian, menurut kepercayaan, orang yang meninggal tersebut tidak akan menjadi vampir. Tiga tahun sebelumnya, juga ditemukan makam yang diduga vampir di Italia.

Kepercayaan masyarakat, khususnya masyarakat Eropa tentang Vampir, bermula dari kepercayaan akan adanya isu-isu pembunuhan yang terjadi di malam hari. Isu itu lalu berkembang dengan kepercayaan akan makhluk pengisap darah. Pada tubuh korban yang terbunuh biasanya akan terlihat bekas gigitan atau sayatan. Indikasi itu lalu mengarah pada seseorang yang baru saja meninggal yang kemudian makamnya dibuka, dan terlihat jenazah yang meninggal itu masih terlihat segar. Ciri-cirinya rambut dan kuku terlihat memanjang, mulut dan hidung keluar darah, serta tubuh yang menggembung. Hal yang demikian diasumsikan bahwa yang meninggal ini telah melakukan pembunuhan pada malam hari. Maka, supaya kejadian yang sama tidak terulang kembali jenazah itu ditusuk dengan pasak di dadanya dan mengempis.

Kejadian penusukan benda-benda tajam pada jenazah, baik sebelum atau setelah dikubur supaya tidak menjadi vampir, sejujurnya bermula dari ketidaktahuan masyarakat akan pengetahuan ilmiah bahwa jenazah itu menggembung karena mengalami pembusukan pada organ tubuhnya. Pembusukan itu disebabkan bakteri-bakteri dalam tubuh dan penguapan gas yang kemudian membuat tubuh jenazah menggembung. Ketika tubuh itu ditusuk dengan pasak, sering keluar suara yang seperti suara erangan. Suara itu kemudian diindikasikan sebagai suara vampir.

Mengenai vampir sendiri, awalnya berasal dari kisah tentang Lilith dari Persia. Kisah ini bercerita tentang iblis betina pengisap darah yang gemar mencuri anak-anak kecil. Dari kisah inilah, cerita tentang makhluk pengisap darah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Di Eropa, yang merupakan markas vampir, cerita dimulai dari kawasan Balkan dan Mediterania lalu berlanjut ke Eropa Barat. Cerita-cerita yang muncul bervariasi, mulai dari bentuk makhluk hingga kejadian. Maka, tak salah jika Bram Stoker, seorang penulis kenamaan asal Inggris, menulis sebuah cerita tentang seorang bangsawan pengisap darah bernama Count Dracula dalam novelnya. Di dalam novelnya yang berjudul Dracula tersebut, Stoker mengakui kalau dirinya selain terinspirasi oleh cerita-cerita, juga terinspirasi oleh kisah Vlad si pemancang, yang terkenal dalam perang antara Rumania dan Turki pada 1400-an. Dari Bram Stokerlah nama Dracula kemudian menjadi trademark untuk merujuk pada makhluk pengisap darah namun dengan tampilan ala bangsawan. Hal inilah yang kemudian diadopsi oleh banyak cerita setelahnya dan tayangan di televisi.

Jauh sebelum Stoker, sudah banyak sastrawan seperti Johann Wolfgang von Goethe, Heinrich August Ossenfelder, Samuel Taylor Colleridge, dan Lord Byron, yang menuliskan kisah si pengisap darah ke dalam karya-karya mereka. Masuknya vampir itu jelas dipengaruhi kondisi masyarakat yang sudah terpengaruh dan percaya akan munculnya vampir. Dalam cerita-cerita fiksi itu digambarkan, selain sebagai pengisap darah, vampir juga diketahui mempunyai kegilaan akan seks, sebab yang menjadi korbannya kebanyakan para wanita. Unsur-unsur erotisme dan romantisme pun sering muncul dalam penggambaran tersebut. Apalagi mengenai rupa vampir yang seram dan buruk rupa---meski di siang hari kelihatan sebaliknya, serta mempunyai kelemahan jika menghadapi bawang putih, sinar matahari, dan salib. Seiring berjalannya zaman, gambaran itu coba diubah Stephanie Meyer dalam Twilight. Vampir dalam novel yang kemudian diadaptasi menjadi film itu digambarkan tampan, kebal terhadap salib, bawang putih, dan sinar matahari.

Di Indonesia sendiri juga ada cerita mengenai si pengisap darah, yaitu Leak. Makhluk ---mashyur dalam cerita rakyat Bali-- yang bisa berubah wujud menjadi apa saja, dan terbang hanya dengan kepala dan isi perut. Sasarannya, para wanita yang sedang hamil dan para gadis. Cerita ini bersamaan dengan cerita-cerita horor lainnya masih tumbuh subur di Indonesia seiring dengan kondisi masyarakat Indonesia yang masih terpengaruh hal-hal mistis. Apalagi cerita-cerita tersebut merupakan produk dari dongeng urban masyarakat, dan masyarakat semakin percaya jika nama dan tempat yang diceritakan benar-benar ada.

Memang, vampir, jika dari kacamata rasional, tidak ada dan hanya ekspresi ketakutan masyarakat akan suatu bahaya yang mengancam seperti penyakit atau epidemi. Atau juga ketakutan akan struktur yang lebih tinggi dalam kehidupan mereka, kekuasaan. Apalagi dalam gambaran umum vampir, baik yang di Eropa lewat Dracula, juga Sava Savanovic sendiri, atau di Cina, selalu berpakaian gemerlap ala bangsawan mengingat kebanyakan dari mereka yang menjadi mati semasa hidupnya adalah bangsawan, pada akhirnya menjadi simbol pengisapan rakyat oleh yang berkuasa. Contoh tersebut sebenarnya sudah ada dalam kehidupan sehari-hari, pejabat mengisap darah rakyatnya dalam berbagai bidang kehidupan sehingga terus melarat.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran