Pages

Selasa, 07 Mei 2013

Meng-Indonesia-kan Asean dan Internasional: Mengasakan Bahasa Nasional Keluar Kandang

Ini sebenarnya sudah keinginan lama. Bahkan pernah juga dilontarkan Sutan Takdir Alisjahbana, sastrawan terkenal di Tanah Air: Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dan Asean. Sebuah keinginan yang nampaknya bukan sembarang ucapan belaka, dan mungkin juga bukan mimpi di siang bolong jika disampiri fakta-fakta yang cukup menguatkan.


Bahasa Indonesia, seperti yang semua orang di republik ini, adalah bahasa nasional, bahasa yang dipergunakan pada tataran resmi dan juga dalam lingkup pergaulan sehari-hari. Sebuah bahasa yang akarnya berasal dari bahasa Melayu, khusunya Melayu Riau, dan sebuah varian yang akhirnya ditetapkan sebagai bahasa nasional dan persatuan bangsa-bangsa yang berada dalam lingkup Kepulauan Melayu atau Indonesia pada 28 Oktober 1928.

Tentu saja, karena varian dari bahasa Melayu, ada perbedaan antara bahasa ini dan bahasa induknya. Perbedaan biasanya hanya berkisar pada interaksi bahasa Indonesia dan Melayu dengan bahasa lainnya. Jamak diketahui, meskipun bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional, namun karena ia membawahi Indonesia yang juga mempunyai ratusan bahasa dari suku-suku bangsa yang ada di dalamnya, dan disebut bahasa daerah, otomatis, bahasa Indonesia menerima serapan dari kosakata bahasa-bahasa daerah tersebut, seperti misalnya mbeling dari bahasa Jawa atau kiwari dari bahasa Sunda. Bandingkan dengan bahasa Melayu yang hanya berkisar pada bahasa Melayu. Sehingga dalam lisan maupun tulisan seringkali ditemukan perbedaan-perbedaan yang terkadang bisa membuat dahi mengerut atau malah berujung kesalahpahaman.

Sebagai sebuah bahasa nasional yang juga mengandung bahasa-bahasa daerah, bahasa Indonesia pun ramai dituturkan tak hanya di Indonesia yang merupakan penutur terbesar, 240 juta orang. Namun di luar Indonesia juga demikian. Sebut saja di Malaysia, Singapura, dan Brunei, yang nyatanya masih memiliki kedekatan dengan bahasa Indonesia meskipun ada sedikit perbedaan dalam tuturan dan maknawi kosakata. Selain tiga negara serumpun, bahasa Indonesia juga dituturkan di Timor Leste yang notabene bekas provinsi ke-27 Indonesia. Di sana bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa kerja dan pendidikan. Bahkan dalam tuturan sehari-hari bahasa Indonesia kerap dipergunakan dan menjadi bahasa populer. Selanjutnya di Thailand, terutama Thailand selatan, yang memang penduduknya kebanyakan orang Melayu sehingga masih memahami bahasa Indonesia itu sendiri, dan di Kamboja, terutama di Campa yang memang juga mempunyai akar Melayu.

Di luar itu, negara-negara seperti Filipina, Vietnam, Australia, dan beberapa negara lain di dunia juga memelajari bahasa ini dengan membuka program studi bahasa Indonesia di perguruan tinggi masing-masing.. Total ada 87 negara yang memelajari bahasa Indonesia. Apalagi dalam sebuah peringkat, bahasa Indonesia termasuk peringkat 10 besar bahasa dunia. Hal-hal yang demikian memang bisa membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa di Asean dan juga internasional. Selain tuturan, fakta bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa berimbuhan yang gampang dipelajari dan dikuasai (meskipun imbuhan membingungkan untuk penutur asing) karena struktur  bahasa yang tidak mengenal pembagian waktu. Hal ini benar adanya. Sewaktu kuliah saya menyaksikan sendiri para mahasiswa BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) begitu cas-cis-cus berbahasa Indonesia meskipun ragam yang digunakannya formal, sedangkan lawan bicaranya, penutur asli Indonesia itu sendiri, memakai ragam non-formal. Tetapi, ia begitu menikmati dan kalau tidak tahu diberitahu sehingga ia bisa menguasai. Tak hanya mahasiswa asing, para pemain asing yang bermain di kompetisi sepak bola Indonesia juga mahir bahkan dalam ragam non-formal. Lihat saja aksi Hilton Moreira, pemain asal Brasil yang bermain di Sriwijaya FC kala diwawancarai salah satu presenter.

Struktur bahasa bukanlah satu-satunya alasan mengapa bahasa Indonesia menjadi mudah dipelajari dan dikuasai. Keluwesan bahasa ini terhadap serapan-serapan asing menjadi nilai tersendiri sehingga bisa dikatakan bahasa Indonesia menjadi bahasa yang adaptabel. Keluwesan ini juga yang pernah dituturkan Remy Sylado dalam bukunya 9 dari 10 Kosakata Bahasa Indonesia Adalah Asing. Meskipun keluwesan itu jugalah tidak menunjukkan seperti apakah bahasa Indonesia yang "asli"? Apakah seperti bahasa Melayu, bahasa induknya, yang sudah menjadi lingua franca sebelum para penjelajah dari Eropa datang. Padahal, dalam bahasa Melayu ada banyak serapan dari Arab, Tamil, Cina, dan India. Atau seperti bahasa Melayu yang ada di Kalimantan, tempat asal bahasa Melayu?

Jika melihat fakta-fakta di atas, bahasa Indonesia memang layak menjadi bahasa di Asean dan internasional. Bersanding dengan bahasa-bahasa lainnya seperti Inggris, Prancis, Cina, Arab, dan Jepang. Meskipun ketika mengusungnya, ada banyak fakta berkebalikan juga yang harus diperhatikan. Meski di luar negeri nampaknya diapresiasi, tidak demikian halnya di negeri sendiri. Ini seperti sebuah adagium sehari-hari: Orang Indonesia tidak pernah menghargai miliknya sendiri. Di negeri sendiri, bahasa Indonesia nyatanya harus tunduk pada bahasa global, bahasa Inggris. Pemakaian kata-kata bahasa Inggris untuk nama tempat menjadi contoh nyata. Apalagi dalam pergaulan sehari-hari, tidak bisa dihindari adanya bahasa campuran alias bahasa gado-gado. Belum lagi pemakaian dan penulisan ejaan yang kadang tidak seragam. Baik itu di masyarakat, media massa, pemerintahan, dan juga penerbit buku. Hal demikian sungguh membingungkan, terutama mereka yang bergelut dengan bahasa Indonesia. Berulangkali pemakaian ejaan yang baik dan benar disuarakan, namun seringkali terjadi kesalahan. KBBI pun yang menjadi panduan juga ogah dilirik. Dan satu lagi, yang patut diperhatikan, daya tawar yang baik di bidang politik dan ekonomi di dunia internasional.

Maka, jika hal-hal kontras itu belum dibenahi, sia-sialah usaha untuk mewujudkan mimpi agar bahasa nasional kita keluar dari kandangnya untuk menjadi salah satu bahasa dunia.



0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran