Pages

Sabtu, 10 Maret 2018

Yang Tidak Biasa dari Bruce Willis dalam Death Wish

Saya sejujurnya bukan penggemar Bruce Willis. Film-film Willis yang banter saya tahu adalah seri Die Hard. Itu saya tonton sampai habis terutama bagian 2 dan 3. Sungguh mengasyikkan dan menegangkan memang melihat aksi salah satu aktor papan atas Hollywood kala bermain. Satu kata saja: keras kepala, pantang menyerah, dan susah mati.
DVD Release Date


Begitulah gambaran saya mengenai aktor bernama lengkap Walter Bruce Willis itu. Jadi, karena anggapan demikian saya selalu akan mengidentifikasi film-film yang dibintangi dia adalah film-film sarat aksi dan kekerasan, dengan Willis sebagai jagoan yang perkasa dari awal film.
Mungkin semua akan mengerti dengan kata perkasa yang saya maksudkan. Jadi, Bruce Willis pada intinya dari film mulai diputar sudah menjadi jagoan, punya kemampuan menembak, dan beladiri yang oke punya, dan satu lagi: susah mati. Lagi-lagi saya masih terpengaruh oleh Die Hard. Dan mengenai perkasa semua juga akan tahu peran-peramnya dalam banyak film blockbuster seperti The Expendables, Armageddon, The Siege, dan Unbreakable.
Movie Nation



Namun bagaimana kalau sosok Willis yang dari awal film begitu perkasa itu menjadi kebalikannya? Menjadi sosok yang tidak bisa melawan dan bela diri bahkan kikuk ketika menggunakan senjata api. Death Wish boleh dibilang merupakan semacam hal yang tidak biasa dan anomali untuk seorang Bruce Willis.

Dalam film besutan Eli Roth ini Willis memerankan Paul Kersey, seorang dokter bedah senior di sebuah rumah sakit di Chicago. Hidup Kersey termasuk kehidupan yang biasa-biasa saja. Ia punya seorang istri yang setia dan penyayang, Lucy Rose Kersey (Elisabeth Shue) dan seorang anak perempuan penyuka dan pesepak bola, Jordan Kersey (Camilla Morrone), yang dalam film hendak masuk universitas.
Just Jared


Tentu saja itu adalah gambaran sebuah film keluarga khas Amerika yang sejahtera dan bahagia. Namun kebahagiaan itu tiba-tiba lenyap kala Kersey mendapati istri dan anaknya menjadi korban yang dikomandoi oleh Knox (Beau Knapp). Hal itulah yang membuat Kersey melakukan balas dendam terhadap para perampok tersebut.

Nah, dari sini kita bisa menyimpulkan dengan cepat bahwa tindakan balas dendam  yang dilakukan Bruce Willis akan sama seperti di film-film Willis lainnya. Langsung membalas dendam karena punya keperkasaan, dan tanpa proses. Tapi Death Wish menunjukkan kebalikannya. Di sini Willis benar-benar kikuk dan polos bahkan untuk menghajar orang sekalipun ia tidak bisa. Hal itu terlihat kala ia menegur para pemalak bertampang Latin dan Negro. Willis yang disamperi lalu dipukul tidak bisa melawan. Ia benar-benar tidak berdaya.

In Touch Weekly

Apalagi untuk memegang pistol. Ia harus belajar dari internet lalu mempraktikkannya di tempat sepi. Namun latihan yang ia lakukan ternyata belum cukup ketika ia salah mengokang, dan peluru mengenai tangan kirinya meskipun ia berhasil membunuh dua maling mobil.

Hal inilah yang kemudian menjadi kecurigaan polisi termasuk Detektif Kevin Raines (Dean Norris) dan partnernya, Leonore Jackson (Kimberly Elise), yang melihat aksi Kersey melalui rekaman video.

Perlahan tapi pasti, seperti halnya film bertema balas dendam, semua penjahat itu mampu dihabisi Frank Kersey seorang diri yang tampaknya tidak sabaran terhadap kinerja yang lama dari polisi untuk mengungkap para pelaku. Tentu saja hal itu melalui latihan yang kerap dilakukan sang bagian yang awalnya tidak tahu apa-apa mengenai cara bertarung dan menembak, serta berkamuflase.

Inilah yang membuat saya melihat Death Wish sebuah film yang menarik untuk ditonton. Sebuah film yang saya rasa menggambarkan kehidupan sosial di Amerika Serikat terutama di Chicago yang bermasalah dengan tindak kejahatan yang meningkat dan susah diatasi.

Dalam keadaan seperti itu semua tentu akan mengharapkan kedatangan seorang superhero. Dan Frank Kersey tanpa dinyana malah tidak sengaja juga menjadi pahlawan super yang menolong orang-orang dari tindak kejahatan dengan gaya khasnya, bertudung. Aksi-aksinya pun dibicarakan di sana-sini bak selebritis dengan pro dan kontra.

Mengambil dari judul film yang sama pada 1974, Death Wish saya kira adalah film vigilante yang tidak biasa untuk melihat seorang Bruce Willis yang benar-benar bingung, tidak berdaya, kikuk namun tetap punya kemauan keras seperti di film-film sebelumnya. Dari sini saya bisa menyimpulkan secara akhir bahwa seseorang, baik umur maupun profesinya,  dalam keadaan terdesak pun bisa melakukan apa saja, dan melawan termasuk melawan hukum namun untuk kepentingan yang dirasa positif bisa mengobati batin yang terluka. Semua itu melalui proses yang dengan tekun dipelajari.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran