Pages

Rabu, 02 Januari 2013

Dunia Baru itu Bernama Indonesia


Jangan tertipu oleh judulnya. Meski judulnya memakai nama Ibu Kota, namun cerita ini bukanlah mengenai Ibu Kota, terutama dari seorang asing bernama Christphe Dorigné-Thomson, seorang berkebangsaan Prancis namun berdarah Inggris.

Jakarta! Merupakan sebuah cerita perjalanan seorang lulusan bisnis sebuah universitas bernama Edwin Marshall. Perjalanannya tentu saja bukan sebuah perjalanan untuk liburan, melainkan untuk sebuah misi: menjadi seorang pembunuh bayaran. Dikisahkan, Edwin yang berdarah Prancis-Inggris itu hidup di dalam lingkungan Eropa yang terintegrasi oleh Uni Eropa. Ia sendiri tinggal di Prancis, tepatnya di Paris, di sebuah kota satelit Ibu Kota Prancis tersebut, dan jauh dari orangtua yang tinggal di pedesaan.

Suatu hari musibah terjadi. Nigel, adiknya, meninggal karena kecelakaan. Anna, kekasihnya, memutuskan hubungan percintaan dengannya sewaktu ia magang di Jepang. Edwin pun menjadi sendiri. Di saat itulah datang seseorang bernama John yang menawarinya sebuah pekerjaan yang tidak biasa untuknya. Masih berhubungan dengan bisnis. Hanya saja urusan berbisnis ini harus dilakukan dengan pendekatan mengempaskan nyawa seseorang. Edwin pun menerima tawaran itu. Maka, mulailah ia melanglang buana dari West Coast di Amerika Serikat hingga ke Jakarta, Indonesia. Mencari dan membunuh orang-orang yang dianggap penghalang dalam berbisnis. Sampai akhirnya, ia pun jatuh cinta kepada Indonesia lalu memutuskan tinggal di sana.
***
Jakarta! Sesungguhnya novel yang sederhana. Mengisahkan tentang kegalauan seorang pemuda Eropa akan benuanya yang tengah dihinggapi krisis ekonomi yang dimulai dari AS. Sebuah krisis yang meruntuhkan semangat orang-orang di dalamnya, terutama kaum mudanya, yang menginginkan kehidupan yang lebih bergairah di dunia baru.

Dalam novel yang naratif itu, terlihat bagaimana sosok Edwin melihat semacam kepesimisan dalam dirinya mengenai negara tempat tinggalnya, Prancis yang kebanyakan dikuasai kaum tua, dan selalu berpegang pada nilai-nilai yang dianut golongan tua. Pada golongan ini, tercipta sebuah paradigma pascakolonial mengenai Prancis yang berjaya di masa-masa negara itu menjadi negara kolonial terbesar di dunia setelah Inggris, yang kemudian sikap-sikap itu masih terbawa kala negeri mode itu menjalin hubungan dengan bekas negara-negara kolonialnya, terutama Aljazair, negeri Arab di Afrika Utara yang harus diperangi dengan serangan militer demi kekuasaan kolonial terakhir Prancis setelah beberapa negara-negara koloninya, yang berada di Afrika Barat dan Asia Tenggara (Indocina) memerdekakan diri. Sebuah kebanggaan dan kesombongan diri tercipta di negeri Eropa Barat tersebut bagaimana mereka memandang negara-negara bekas koloninya dan juga dunia.

Dari Eropa yang menjadi sebuah mercusuar dunia, tetapi juga sekaligus benua tua yang sedang menuju kehancurannya, sosok Edwin oleh John kemudian diajak berkeliling ke dunia baru, negara-negara berkembang yang berpotensi menjadi raksasa ekonomi dunia baru. Sebut saja India, Cina, Brasil, Rusia, dan juga Indonesia.

Di negara-negara raksasa ekonomi baru tersebut, Edwin melihat adanya ledakan ekonomi yang cukup kuat, terutama di India, Cina, dan Brasil. Ia melihat, terutama di India, sebuah mental kesungguhan dari orang-orangnya untuk bisa menjadi negara adidaya baru menyaingi Amerika Serikat. Terlihat bagaimana India mencoba mengembangkan teknologinya sendiri dengan meminjam beberapa ilmuwan luar negeri atau menyekolahkan para ilmuwannya ke luar negeri lalu mempraktekkan ilmunya di India. Atau menasionalisasi sebuah perusahaan baja asing. Begitu juga di Cina dan Brasil. “Negeri tirai bambu” itu tampak berniat menjadi negeri adidaya di Asia dalam segala bidang lalu menjadikan negara itu seperti sebuah perusahaan global. Di Brasil, sebuah negeri eksotis dan terbesar di Amerika Selatan, yang penduduknya menyukai kehidupan hedonis, Edwin melihat negeri itu kini bertumbuh menjadi sebuah negeri yang mampu menyaingi Amerika Serikat di berbagai bidang, terutama di minyak bumi, teknologi, kemiliteran, dan bisnis. Sebuah negeri yang sebelumnya selalu identik dengan sepak bola, juga kemiskinan dan dunia hitam obat bius dan narkotika.

Pada akhirnya, ketika misi ke Indonesia, sebuah ungkapan kagum dan jatuh cinta langsung terpancar dari hatinya. Di Indonesia, terutama di Jakarta, ia melihat sebuah bentuk keragaman kehidupan secara mendetail. Bagi Edwin, Indonesia adalah kehangatan juga solidaritas. Apa yang diberitakan oleh media-media di Barat pada kenyataannya tidak seperti demikian. Indonesia yang membuatnya kagum itu ia perkirakan akan menjadi pusat dunia seiring dengan keanggotaan Indonesia di komunitas dunia internasional, terutama di G-20. Kekaguman akan Indonesia itu ditambah lagi dengan kekagumannya akan perempuan Indonesia bernama Fitri yang kemudian ia pacari.

Ada semacam keunikan dari Jakarta! Novel ini sama sekali tidak menghadirkan sebuah dialog. Hanya paparan deskriptif dari narasi mengenai tindakan tokoh-tokohnya. Pada beberapa bagian, paparan deskriptif bisa terlihat asyik dibaca, namun pada beberapa bagian, terutama pada bagian pembunuhan ada sesuatu yang hilang karena kenihilan dialog tersebut. Meski begitu, bahasa yang sederhana, tanpa istilah-istilah yang memberatkan pembaca, terutama istilah bisnis seperti latar belakang penulisnya, dan penggambaran yang cukup mendetail membuat Jakarta! bisa dipahami dengan cepat oleh pembaca. Penilaian yang positif dari penulis tentang Indonesia melalui Jakarta membuat kita harus sadar bahwa Indonesia bukanlah sekedar pelengkap. Indonesia adalah negara yang punya jati diri untuk berperan lebih aktif di dunia internasional. Indonesia adalah bangsa yang sebenarnya bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya karena mempunyai sejarah yang gemilang tanpa harus tersilaukan negara-negara lain. Karena itu, kita pun harus optimistis. Maka, tak salah jika Jakarta! menjadi sebuah judul untuk novel yang sesungguhnya lebih mirip sebuah laporan ekonomi dan bisnis.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran