Pages

Senin, 17 Februari 2020

7 Pelatih Italia yang Sukses di EPL, Kebanyakan di Chelsea


FIFA.Com
Italia adalah gudangnya pelatih berkualitas. Hal itu bukanlah mitos karena faktanya para pelatih asal Italia selalu menuai kesuksesan tidak hanya di negeri sendiri, tetapi juga di negeri orang.

Datang dari kultur sepak bola Italia yang lebih menekankan pada taktik dan strategi, para pelatih Italia sukses membuat perubahan terhadap klub luar negeri yang ditanganinya.

Variasi taktik dan strategi yang diemban oleh para pelatih ini membuat wajah permainan sebuah klub menjadi tidak lagi membosankan.

Tercatat sudah banyak pelatih Serie A Italia yang sukses di kompetisi negeri orang, termasuk juga di Premier League Inggris atau EPL yang tersohor tersebut.

Setidaknya hingga saat ini ada 7 pelatih Negeri Piza yang bisa membuat pundi-pundi prestasi di kompetisi yang tidak mengenal libur musim dingin tersebut.

Siapa sajakah mereka?

Para Pelatih Italia yang Sukses di EPL

Gianluca Vialli (Chelsea, 1998-2000)

Goal.com
Eks pemain Juventus pada dekade 90-an ini menjadi allenatore pertama Negeri Menara Pisa yang sukses di Premier League.

Klub yang ditukangi pria plontos berumur 55 tahun itu adalah Chelsea yang ia bawa juara untuk Piala FA pada musim 1999-2000, Piala Liga 1997-1998, Charity Shield 2000, Piala Winners 1997-1998, dan Piala Super Eropa 1998.

Dari kelima gelar itu, hanya title Premier League yang belum pernah sama sekali dicicipi oleh pelatih yang semasa bermain untuk Juventus membawa Si Nyonya Tua juara Liga Champions pada 1995-1996.

Awalnya, Vialli, yang kini lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai kepala delegasi di Tim Nasional Italia ini adalah pemain yang didatangkan ke Chelsea pada 1996.

Bersama dengan Ruud Gullit yang diplot sebagai pemain sekaligus pelatih, Vialli sukses menggelontorkan 58 gol untuk klub London Barat tersebut.

Ia kemudian menggantikan si meneer yang dipecat pada Februari 1998, dengan status sebagai pemain-pelatih.

Vialli baru benar-benar menjadi pelatih mulai musim 1999-2000. Di bawah komandonya, The Blues meraih 76 kemenangan dan 29 kekalahan.

Carlo Ancelotti (Chelsea, 2009-2011)

Goal.com
Sebagai pelatih Italia kelas wahid, kemampuan Carlo Ancelotti memang tidak perlu diragukan lagi termasuk ketika menangani Chelsea selepas pindah dari AC Milan.

Pria yang dijuluki Don Carletto ini, dan sekarang menangani Everton, menjadi pelatih Italia pertama bagi The Blues setelah dipecatnya Claudio Ranieri pada 2004 yang tidak membawa prestasi apa-apa kecuali peringkat kedua Premier League.

Tentu saja kedatangan Don Carletto ke Stamford Bridge disertai dengan banyak ekspetasi terutama membawa Chelsea juara Premier League, serta menghapus dominasi Manchester United.

Dan, di musim pertama pria Italia kelahiran Reggiolo ini sukses membawa The Roman Emperor merajai Premier League.

Tak hanya Premier League, Ancelotti juga membawa Chelsea juara Piala FA, dan di pembuka musim membawa anak asuhnya mengalahkan Manchester United dalam ajang Community Shield.

Keberhasilan Ancelotti membawa Chelsea menjadi juara Premier League membuat dirinya menjadi pelatih Italia pertama yang mampu berprestasi di kasta pertama sepak bola Negeri Albion tersebut.

Sayangnya, performa Ancelotti yang gemilang itu tidak berlanjut di musim kedua. Alhasil, dua jam setelah membawa Chelsea ke peringkat kedua Premier League seusai melawan Everton pada Mei 2011, ia dipecat.

Selama dua musim melatih The Blues, ia membawa 67 kemenangan dan 22 kekalahan, dengan persentase kemenangan sebesar 61.47%.

Roberto Mancini (Manchester City, 2009-2013)

Daily Mail

Bagi penggemar Sampdoria dan Lazio, tentu tidak akan asing dengan sosok yang satu ini kala masih aktif bermain.

Ya, Roberto Mancini yang kebanyakan menghabiskan kariernya serta mendulang prestasi di kedua klub tersebut adalah salah satu pelatih asal Italia yang termasuk sukses di panggung Premier League.

Allenatore yang sekarang menangani tim Azzuri ini pernah merasakan manisnya merengkuh gelar juara Liga Inggris musim 2011-2012 ketika menangani Manchester City.

Gelar tersebut merupakan yang pertama bagi klub berjuluk The Citizens sekaligus penantian “panjang” kala City dibeli oleh Sheikh Mansour bin Zayed Al-Nahyan pada 2008.

Gelar juara itu terasa begitu manis karena dalam perjalanan merebutnya, City berhasil mengalahkan tetangga sekaligus pesaingnya, Manchester United, dalam sebuah derbi pada 23 Oktober 2011.

Derbi itu sendiri berakhir dengan kekalahan telak MU di kendang. Gawang MU yang dijaga oleh David de Gea digelontor 6 gol yang hanya bisa dibalas lewat sepakan Darren Fletcher.

Lantas kekalahan tersebut membuat karier kepelatihan Sir Alex Ferguson di MU benar-benar tercoreng untuk pertama kali.

Gelar Premier League itu menjadi yang pamungkas bagi Mancini di City sejak mendarat pada 2009 menggantikan Mark Hughes.

Soalnya, setahun kemudian, atau tepatnya pada 2013, ia dipecat oleh manajemen City karena tidak bisa mengulangi pretasi yang sama.

Sebelum merengkuh Premier League, allenatore yang pernah melatih Inter, Lazio, dan Galatasaray ini telah meraih gelar juara Piala FA 2010-2011 dan Community Shield 2012.

Adapun Manchester City di bawah kepelatihannya telah menggelontorkan 191 gol dengan 113 kemenangan dan 40 kekalahan.

Roberto Di Matteo (Chelsea, 2012)

Sky Sports
Nama Roberto Di Matteo sebenarnya di dalam dunia sepak bola sebenarnya lebih banyak dikenal sepak terjangnya di Chelsea karena turut membawa The Blues meraih banyak gelar pada dekade 90-an.

Hal itu juga yang membuat pelatih yang pernah membela Lazio itu juga diragukan kala diminta menangani Chelsea untuk menggantikan Andres Villas-Boas yang dipecat karena tidak sesuai harapan.

Namun, Di Matteo yang minim pengalaman soal kepelatihan tak disangka-sangka mampu membawa The Roman Emperor juara Liga Champions musim 2011-2012, dengan mengalahkan Bayern Muenchen melalui adu penalti.

Prestasi itu membuat Chelsea jadi klub London pertama yang mampu juara di kompetisi tertinggi Eropa.

Sebelum berhasil mengalahkan Muenchen di final, Chelsea terlebih dahulu mengempaskan favorit juara Barcelona di semifinal.

Meski demikian, banyak nada sumbang bermunculan soal keberhasilan The Blues tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa Chelsea memainkan sepak bola negatif dengan memarkir banyak pemain di sector belakang.

Meski sukses meraih Liga Champions, karier Di Matteo terbilang singkat di Stamford Bridge. Performa yang tidak sebanding di Premier League membuat ia harus rela dipecat pada November 2012.

Selama menangani Chelsea, Di Matteo mempersembahkan 24 kemenangan dan 9 kekalahan, dengan persentase sebesar 57.1%.

Claudio Ranieri (Leicester City, 2015-2017)

DNA India
Keajaiban terjadi di Premier League musim 2015-2016. Pelakunya adalah Leicester City, klub semenjana yang tiba-tiba menjadi juara musim itu.

Yang menarik adalah klub berjuluk The Foxes itu dinakhodai oleh Claudio Ranieri, pelatih yang karier kepelatihannya biasa-biasa saja, dan paling banter membawa tim yang pernah diasuhnya seperti Fiorentina dan Valencia juara kompetisi piala domestik.

Keberhasilan pelatih berjuluk The Tinkerman itu membuatnya menjadi pelatih yang untuk pertama kalinya juara kompetisi domestik kasta pertama, dan itu di Premier League.

Ranieri yang pernah melatih Juventus, Inter, dan Roma, itu tidak menyangka jika dirinya mampu membawa Leicester City juara, dan menjadi bagian dari sejarah manis klub tersebut.

Padahal, materi dan anggarannya boleh dibilang kala mentereng daripada kontestan lain yang jor-joran.

Namun, dengan kebersamaan dan kekompakan, Leicester berubah menjadi tim yang tangguh dan patut diperhitungkan sejak itu.

Sayangnya, bulan madu Ranieri dan Leicester harus berakhir di musim berikutnya. Setelah tidak mampu menampilkan performa seperti musim sebelumnya, Ranieri pun harus merelakan diri lengser dari kursi kepelatihan.

Tercatat 36 kemenangan dan 23 kemenangan dari 81 penampilan telah dicatat oleh pelatih kelahiran Roma tersebut selama menangani The Foxes.

Antonio Conte (Chelsea, 2016-2018)

Premier League
Salah satu pelatih Italia yang juga sukses juara Liga Inggris adalah Antonio Conte kala menangani Chelsea.

Datang dengan status sebagai mantan pelatih tim nasional Italia, Conte yang sebelumnya melatih Juventus selama 5 musim dengan 5 kali Scudetto berturut-turut langsung membawa Chelsea on fire di musim pertama.

Eks gelandang tengah dan kapten Juventus itu berhasil membawa The Blues kembali ke tangga juara Premier League setelah terakhir direngkuh pada era Jose Mourinho, 2014-2015.

Kala itu The Blues bersaing dengan Tottenham Hotspur dan Manchester City.  Di musim berikutnya, ia membawa Chelsea juara Piala FA.

Sayangnya, pada musim juara Piala FA itu The Blues hanya mencapai peringkat kelima, suatu pencapaian yang benar-benar tidak disukai Roman Abramovich.

Akhirnya seusai musim 2017-2018, Conte, yang pernah juara Liga Champions bersama dengan Juventus pada 1996, dipecat.

Selama masa kepelatihan di Chelsea, tercatat ia membawa 69 kemenangan dan 20 kekalahan dari 106 pertandingan.

Maurizio Sarri (Chelsea, 2018-2019)

Firstpost
Ketika Antonio Conte ditendang, penggantinya masih juga Italiano, Maurizio Sarri. Hal ini mirip dengan kedatangan Claudio Ranieri pada 2000 untuk menggantikan Gianluca Vialli.

Sebelum melatih Chelsea, Sarri yang kini melatih Juventus, adalah pelatih Napoli dan klub-klub kecil. Tak ada prestasi sama sekali yang diraihnya selama 29 tahun melatih.

Hal itulah yang membuat banyak pihak meragukannya. Apalagi di awal-awal melatih Chelsea ia menerapkan taktik Sarri-ball yang ternyata sulit diterapkan dan dikeluhkan beberapa pemain.

Chelsea sendiri di bawah kendalinya memang tidak bisa juara Premier League karena hanya menempati peringkat ketiga di akhir musim.

Namun, pelatih yang namanya terangkat kala melatih Napoli ini berhasil membawa The Blues juara Liga Eropa 2018-2019 setelah mengalahkan Arsenal 4-1 di Baku, Azerbaijan.

Gelar prestisius itu adalah gelar pertamanya dalam karier kepelatihannya. Akan tetapi, karena ia menghadapi banyak permasalahan internal dengan pemain termasuk dengan Kepa Arrizabalaga, ia kemudian mengakhiri kontrak pada akhir musim, dan kembali ke Italia.      

0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran