Pages

Rabu, 05 Februari 2020

Dari MiG Hingga Sukhoi, 7 Pesawat Tempur Rusia di Indonesia

Adobe Spark Post
Pesawat tempur Rusia bukanlah hal yang asing dalam jajaran kemiliteran Indonesia, terutama di kalangan TNI Angkatan Udara.

Soalnya, sejak dekade 60-an, burung besi tersebut sudah nangkring di pangkalan tempur serta melayang-layang di angkasa demi menjaga kedaulatan NKRI.

Keberadaan mereka di Indonesia dikarenakan kebutuhan strategis dan politis pemerintah kala itu yang ingin menguatkan militer Indonesia di masa Perang Dingin.

Para burung tempur ini juga dipilih karena sang negara asal, Rusia, yang dahulu bernama Uni Soviet bersedia memberikan pinjaman kredit lunak kepada Indonesia.

Hal ini dilakukan Indonesia sebab tidak adanya sokongan politis dan moral dari negara-negara Barat terhadap kampanye Indonesia untuk merebut Irian Barat atau sekarang bernama Papua.

Setelah kampanye atas Irian Barat kelar, dan Indonesia berhak atas wilayah di sebelah timur tersebut, perlahan tapi pasti para burung tempur Negeri Beruang Merah mulai menemui ajal.

Ada yang dijual, dikanibal, dan dimuseumkan. Semua akibat kebijakan pemerintah Indonesia setelah Soekarno yang menganggap jet-jet ini adalah bagian dari komunisme.

Ketika era Soeharto berakhir, Indonesia mulai melirik kembali jet tempur Rusia sebagai bagian dari penguatan dan modernisasi armada TNI Angkatan Udara.

Sejak 2003 hingga sekarang, jet tempur Rusia sudah kembali nangkring dan mengudara seperti pada dekade 60-an.

Kebanyakan merek para pesawat tempur ini adalah MiG dan Sukhoi, dua manufaktur terbesar pesawat tempur di Rusia.

Nah, berikut ini adalah deretan pesawat tempur Rusia bermerek MiG dan Sukhoi yang pernah, sedang, dan akan menjaga langit Nusantara.

Pesawat Tempur Rusia di Indonesia


Pesawat Buatan MiG


MiG-15

Acesflyinghigh
Disebut juga dengan kode NATO Fagot adalah salah satu pesawat tempur Negeri Tirai Besi yang pernah memperkuat militer Indonesia.

Diproduksi setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, pesawat ini paling ditakuti oleh Blok Barat karena kemampuan intersepnya bisa menghancurkan pengebom B-29 Superfortress AS pada 1951.

MiG-15 sendiri adalah pesawat tempur yang akan selalu dikenang performanya dalam Perang Korea pada 1951-1953.

Pada perang yang meletus di Semenanjung Korea itu, pesawat tempur dengan kecepatan maksimum 1 mach ini beradu dengan pesawat-pesawat tempur AS, F-86 Sabre.

Dalam pertempuran yang berakhir tidak seimbang itu, para pilot AS menduga bahwa ada pilot-pilot Rusia yang turut campur.

Hal itu karena mereka mendengar suara-suara perintah dalam bahasa Rusia, meskipun itu ternyata belum bisa dibuktikan.

Indonesia sendiri pernah mempunyai 30 buah pesawat dengan senapan mesin Nudelman ini pada 1958.

Namun yang dipunyai Indonesia adalah varian UTI yang didatangkan langsung dari Cekoslovakia. Bedanya dengan versi biasa adalah tempat duduknya tandem tidak tunggal seperti Fagot.

Kedatangannya bersamaan dengan kedatangan MiG-17 di Bandara Udara Kemayoran kala itu, dan memperkuat Skuadron 11 TNI AU.

Kini, pesawat bermesin turbojet Klimov ini sudah menjadi monumen serta dimuseumkan. Meski begitu di luar Indonesia, rupanya Korea Utara masih mengoperasikannya.

MiG 17

Wikipedia
Pesawat tempur kedua dari Rusia yang juga pernah memperkuat militer Indonesia adalah MiG-17 Fresco.

Pesawat yang desainnya dibangun berdasarkan MiG-15 ini merupakan pesawat tempur yang akan selalu diingat sepak terjangnya di Perang Vietnam.

Dalam perang akbar di kawasan Indocina itu, MiG-17 mampu merontokkan F-4 Phantom AS, pesawat tempur yang kemampuan sebenarnya di atas MiG ini.

Akan tetapi, Vietnam mampu mengoptimalkan performa MiG penerus Fagot ini sehingga banyak Phantom rontok. Kemudian lahirlah nama Nguyen Van Bay sebagai top ace.

Bermesin turbojet Klimov VK-1F, Fresco mampu melesat hingga 1,144 km per jam. Pesawat dengan desain sirip kecil membelah sayap ini memperkuat Indonesia pada 1960.

Kedatangannya untuk memperkuat Skuadron 11 yang sudah ada MiG-15. Indonesia sendiri membeli sebanyak 49 unit. Tujuannya jelas, untuk kampanye pembebasan Irian Barat.

Namun di Indonesia juga pesawat yang juga varian bernama Shenyang J-5 di Cina identik dengan perbuatan nekat Daniel Maukar membunuh Soekarno akibat istrinya yang diambil Sang Proklamator.

Sepak terjang MiG-17 hanya sebentar di Indonesia. Soalnya pada 1969, pesawat ini kemudian dipensiunkan lalu beberapa dimuseumkan.


MiG-19

Military Wiki
Selain MiG-15 dan 17, Indonesia juga pernah diperkuat oleh MiG-19. Pesawat dengan kode NATO Farmers ini adalah pesawat supersonik Rusia pertama dalam masa Perang Dingin.

Kemunculannya memang untuk menggantikan MiG-15 dan 17 yang merupakan subsonik, dan untuk menandingi pesawat-pesawat supersonik AS kala itu.

Dan, pada Perang Vietnam tercatat beberapa MiG-19 mampu merontokkan pesawat-pesawat supersonik AS seperti F-4 Phantom, A-6 Intruders, dan F-104C Starfighter.

Kemunculan MiG-19 di Indonesia sebenarnya lebih karena pembelian yang satu paket dengan MiG 21 yang benar-benar diinginkan pemerintah.

Jadi, Rusia bersedia menjual MiG-21 asalkan dibarengi dengan MiG-19. Indonesia menerima tawaran tersebut, dan rupanya pesawat berkecepatan 1.452 km per jam ini menunjukkan performa yang tidak bagus.

Sehingga, 5 unit dijual ke Pakistan demi membantu negara tersebut melawan tetangganya, India, pada 1965.

Di Pakistan, pesawat yang diperkenalkan pada 1955 ini berjaya merontokkan 110 pesawat tempur India.

MiG-21

Tepian Indonesia
Banyak yang mengatakan bahwa inilah burung besi tempur Rusia di Indonesia yang paling hebat pada dekade 60-an.

Anggapan yang tidak sepatutnya salah jika melihat pada spesifikasi pesawat dengan kode NATO Fishbed yang mampu melaju hingga 2 Mach.

Meskipun, di sisi lain, kehebatan Fishbed itu dibesar-besarkan seperti halnya mitos terutama untuk menggempur psikologis musuh, dalam hal ini, Belanda, pada Operasi Trikora 1962.

Datang sepaket dengan MiG 19, MiG-21 memang langsung menjadi tumpuan utama militer Indonesia kala itu untuk melindungi pengebom Tu-16 Badger.

Almarhum Marsekal FX Djoko Poerwoko dalam bukunya, My Home My Base, menyebut bahwa Indonesia adalah operator MiG-21 pertama di luar Rusia.

Sebanyak 20 unit pesawat yang dipersenjatai dengan misil R-3S ini memperkuat Indonesia pada 1962 hingga 1967.

Di luar Indonesia, tercatat MiG-21 banyak menorehkan kemenangan terutama palagan Vietnam. Adalah Nguyen Van Coc yang menjadi top ace berkat kegemilangannya menerbangkan Fishbed untuk merontokkan pesawat-pesawat AS.

Begitu juga pada Perang 6 Hari pada 1967, MiG-21 Mesir mampu merontokkan Mirage III dan F-4 Phantom Israel dalam rangkaian pertempuran udara.

Hingga hari ini, pesawat yang terkenal dengan julukan Olowek atau pensil di Polandia karena moncongnya masih dipakai beberapa negara seperti India dan Kroasia.

Pesawat Buatan Sukhoi


Yang Sedang Beroperasi


Su-27

Alert 5
Setelah tidak lama bergaul dengan jet tempur dari Rusia, pada 2003 Indonesia kedatangan kembali salah satu armada tempur udara Negeri Beruang Merah.

Kali ini bukan lagi buatan MiG, melainkan Sukhoi, dan seri yang dibeli adalah Su-27 yang dikenal punya kemampuan superioritas di udara, yaitu mematuk layaknya ular dari belakang untuk menghancurkan pesawat musuh.

Hal itulah yang membuatnya diberi kode NATO Flanker. Pesawat yang terbang pertama kali pada 1977, dan diperkenalkan pada 1985 ini dibuat untuk menyaingi F-14 Tomcat dan F-15 Strike Eagle.

Indonesia membeli Su-27 sebagai sebuah opsi sebagai akibat masih diembargo AS, dan juga untuk penguatan dan modernisasi alutsista setelah Reformasi 1998.

Pembelian pesawat dengan kecepatan 2,5 Mach ini sempat menjadi kontroversi karena diimbali dengan beberapa komoditas penting seperti kelapa sawit.

Su-27 datang ke Indonesia bersama dengan Su-30 secara bertahap hingga 2010. Total hingga saat ini TNI AU sudah mempunyai 5 buah Su-27.

Su-30

TNI AU
Pesawat Sukhoi kedua yang menjadi andalan Indonesia hingga saat ini adalah Su-30 Flanker C. Dioperasikan sejak September 2003 atau sebulan setelah pengoperasian Su-27.

Dari wujud terlihat pesawat tempur multitempur ini punya desain dan kemampuan yang sama dengan Su-27.

Namun, pesawat ini punya kemampuan endurasi 10 jam lebih, serta telah dilengkapi dengan beberapa fitur yang lebih canggih daripada Su-27.

Fitur itu antara lain adalah radio location yang memungkinkan pelacakan target hingga 10 atau lebih dalam waktu yang bersamaan.

Untuk kecepatan pesawat ini yang terbang pertama pada 1996 ini mampu melesat hingga 2.120 km per jam.

Indonesia sendiri hingga saat ini mempunyai 11 unit Su-30 yang terdiri dari varian MKK dan MK2. Terakhir, Indonesia membeli pada 2016.

Akan Datang


Su-35

The National Interest
Dalam waktu dekat dikabarkan TNI AU akan kedatangan 11 unit pesawat Sukhoi lainnya, yaitu Su-35 Flanker E.

Pesawat yang punya kemampuan supermanuver itu digadang-gadang untuk memperkuat pertahanan udara Indonesia saat ini sekaligus melengkapi koleksi Sukhoi yang sudah ada.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada tanda-tanda kapan pesawat yang terbang pertama kali pada 2008 itu akan mendarat meskipun pembelian dikabarkan sudah final pada 2018.

Beberapa faktor menjadi terhambatnya pembelian pesawat berkecepatan 2.390 km per jam ini, yaitu masalah imbal dagang dan sanksi dari AS.

Memang Su-35 bukanlah pesawat yang sembarangan karena mempunyai fitur kontrol radar baru dengan antena Irbis E yang mampu mendeteksi dan melacak hingga 30 target di udara.

Hal inilah yang ditakutkan banyak pihak seperti AS dan Australia. Bahkan, Rusia berani menuding AS sebagai biang terhambatnya pembelian Su-35 oleh Indonesia.

Apabila Su-35 benar-benar mendarat, Indonesia akan menjadi negara keempat operator pesawat tempur Rusia pesaing Eurofighter Tyhpoon itu setelah Rusia, Cina, dan Aljazair.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Terjemahan

Wikipedia

Hasil penelusuran