Adam berlari sangat kencang layaknya Usain Bolt. Yang mengejarnya pun tampak tertinggal dan kewalahan, serta hanya mampu meneriakkan namanya. Itulah yang terjadi di sebuah kompleks perumahan. Seorang wanita dan pria lansia ditemani seorang gadis dengan wajah bening dan rambut panjang hitam adalah yang berupaya mengejar Adam yang tampak sangat ketakutan seperti baru melihat kuntilanak.
Ada 3 orang yang melihat aksi dari sebuah warung nasi terbuka. Salah satu dari mereka lantas berseloroh. Ia adalah orang yang memakai baju hitam.
"Ya elah, cerita lama keulang kembali," katanya seperti sudah maklum atas peristiwa yang sering terjadi berulang kali.
"Gue heran sama Adam," kata temannya yang baju putih menimpali, "Ada cewek cakep gitu kok nggak mau? Lah, gue mah pasti mau!
"Gue juga," ujar si baju hitam "Dikasih 1 aja mau gimana kalau 1.000?"
Mereka lalu tertawa-tawa
"Apa ada yang tahu kenapa Adam sering banget ketakutan lihat cewek cantik?" tanya temannya si baju biru langit, "Gue pernah lho ke rumahnya. Itu banyak banget cewek cantik datang. Putih-putih, bening-bening, atletis pula. Jadi, ingat dulu nonton Baywatch!"
Ia lalu tampak terkekeh sembari berkhayal yang indah bisa bermain dengan para wanita tersebut apalagi jika cuma memakai bikini.
"Ya ealah, Bro!" kata si baju hitam menimpali, "Pagi-pagi lo udah ngelamun jorok aja. Udah sana, pulang, main sama bini lo!"
Setelah ditimpali begitu, si baju biru tersadar.
"Ogah, ah! Bini gue mah sekarang udah kaya emak-emak gendut. Jalannya aja udah kayak ada gempa!"
Ibu penjual nasi yang sedari tadi memperhatikan ocehan bapak-bapak tersebut merasa tidak nyaman karena sudah menyangkut ke urusan ranjang. Ia lalu berkata,
"Heh, bapak-bapak emang nggak ada kerjaan lain apa selain ngurusin bodi perempuan?"
Mereka lantas berhenti tertawa dan menoleh. Si pria baju hitam lalu menjawab,
"Ya, Bu, kayak nggak tahu aja kalau laki-laki kan lihat perempuan selalu gitu. Khayalan tinggi. Ya, nggak, semuanya?" Si baju hitam dan baju biru langit segera mengangguk lalu tertawa lagi.
Si ibu penjual nasi tampak sewot,
"Pantasan aja ya bini-bini kalian sering marah-marah kalau suaminya udah rusak begini. Ada yang cakep dikit aja, langsung deh pada melotot. Ya udah, saya sih nggak bisa melarang kalian. Cuma, ingat jangan keseringan ngutang ngopi di sini. Atau saya WA para polisi dapur buat jemput kalian!"
"Wah, kalau soal itu tenang aja, Bu," kata si baju putih berusaha diplomatis sekaligus mencairkan suasana, "Kita pasti bayar kok. Kita kan taat pajak!"
"Taat pajak, gundhulmu!" kata si ibu penjual nasi, "Ya udah sekarang bayar. Kalau nggak diingatin kagak bayar-bayar. Sama aja Lo semua kaya pejabat-pejabat korup. Ogah bayar pajak!"
Si baju hitam, baju putih, dan baju biru langit segera mengeluarkan uang dari kantong mereka,
"Nih, Bu, kita bayar dah tuh sama yang kemarin-kemarin," ujar mereka kompak. "Tuh, ya, Bu!
Si ibu penjual nasi berubah raut wajahnya dari sewot ke senyum kaya di iklan-iklan.
"Nah, gitu dong!"
"Tapi, kita masih boleh nongkrong kan, Bu?" tanya si baju hitam.
Si ibu penjual nasi cuma bilang,
"Silakan!"
Kemudian datanglah seseorang dengan menaiki motor RX King lalu berhenti di depan mereka. Ia turun, membuka helm, dan semua terkejut karena itu adalah seseorang yang memakai celana gombrong, baju lengan panjang, kepala dan leher tertutup kain yang terikat ke belakang mirip Ninja. Pada mukanya ia mengenakan kacamata hitam tebal, dan kain untuk menutupi hidung dan mulutnya.
"Kok bisa ya di depan mata gue ada Ninja Hatori?" tanya si baju biru langit heran dengan sosok yang dilihatnya, yang kini maju ke arah mereka kemudian bertanya,
"Mohon maaf," katanya halus, dan ketika mendengar suara itu mereka segera menyadari itu adalah suara wanita, "Kalau boleh saya tahu kenapa tadi di jalanan ada orang lari kencang banget terus di belakangnya ada nenek-nenek dan kakek-kakek juga ada wanita yang kelihatan muda, kayaknya ngejar"
Si baju hitam segera menjawab,
"Oh, itu, Adam, Mbak," katanya, "Anak sini. Dikejar-kejar karena takut sama cewek. Padahal cakep ceweknya. Kan takut sama cewek yang mukanya serem kaya kolong wewe. Ini takut sama yang cakep-cakep,"
Ia lalu tertawa keras diikuti teman-temannya. Si wanita berpakaian ninja itu agak risih mendengar kata-kata lelaki di depannya. Ia cuma membatin, kayaknya gampang banget kasih stigma wanita jelek disamain kayak makhluk gaib.
"Boleh saya tahu ke mana larinya?" tanya si wanita ninja.
"Biasanya dia lari ke taman di ujung jalan sana, Mbak," kata si baju hitam sembari menunjuk dengan jarinya.
"Baik, terima kasih" si wanita ninja kemudian mundur, berbalik badan, dan segera menaiki motornya kemudian meninggalkan mereka.
Selepas itu, si baju putih segera berkomentar,
"Gue penasaran dengan di balik baju ninjanya. Pasti dia cantik banget!"
"Sotoy lo!" kata si baju biru langit menimpali.
"Ya, mau cantik atau nggak. Yang jelas di balik baju itu ya ada tetek sama memek lah!" kata si baju hitam. Mereka kembali tertawa-tawa. Si ibu penjual nasi cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala sembari membatin, laki-laki kok pikirannya kalo nggak wajah, ya bodi, terus tetek. Ampun deh, ampun!
***
Tahu apa kalian soal ketakutanku. Ini bukan ketakutan yang remeh. Bukan pula ecek-ecek. Kalian bilang begitu karena kalian tidak mengalami. Andai saja kalian mengalami, kalian akan tahu rasanya ketakutan itu! Memang, ketakutanku ini aneh bagi kalian. Tidak normal, mengada-ngada. Terserah. Tapi, aku cuma bilang kalau aku sangat ketakutan. Ketakutan ini juga bukan tanpa sebab, dan semua berasal dari dia yang bernama Winka. Dia, dia. Ah,.tidak! Apa aku harus menyebut namanya yang terlarang bagiku? Dia yang membuatku seperti ini!
Wanita itu memang sangat cantik seperti bidadari kahyangan. Semua terpesona melihatnya. Termasuk aku. Aku mengaguminya. Dia benar-benar sempurna dalam pandanganku. Oh, tampilan visualnya mirip seperti para model di catwalk. Tatapan matanya terasa menggoda. Bibirnya tipis tapi aku sudah bisa membayangkan jika berciuman dengannya, kalian akan mendapatkan kenikmatan. Tutur katanya sungguh halus, dan bisa membuat yang mendengarnya terasa terangsang luar-dalam.
Aku terang saja harus mendapatkan dia. Kenyataannya aku berhasil, dan mengalahkan semua kompetitor. Aku ajak dia kencan berulang kali, dan terlihat ada hasrat ingin menidurinya. Jujur, aku tidak akan munafik karena dia juga mau begitu jika melihat bahasa tubuhnya. Namun, Winda ini selalu saja bisa menolakku dengan alasan mencari waktu yang tepat. Aku tidak masalah.
Ketika waktunya tiba untuk merajah tubuhnya dengan cuma-cuma seiring hasrat dan berahiku yang memuncak luar-dalam, aku tentu tidak sia-siakan. Akan tetapi, ketika kami sudah dalam keadaan telanjang, dan baru akan foreplay, ia tiba-tiba menendang penisku. Aku terkejut. Kesakitan dan terjatuh. Ia kulihat hendak mengambil pisau dapur di sebuah meja dekatnya. Seketika pandanganku berubah. Aku yang melihatnya seperti model-model seni telanjang itu malah kini melihatnya dalam bentuk monster yang hendak mencabik-cabikku.
"Tidak ada tempat bagi seorang penjahat kelamin!" katanya sembari memegang pisau bersiap menyerangku, "Lo kira gue cewek murahan apa? Kok lo gampang banget ya nyodorin titit ke gue!"
Aku lantas terheran-heran dengan ucapannya.
"Maksud lo apa? Perasaan gue bukan penjahat kelamin!"
"Perasaan-perasaan, makan tuh perasaan! Emangnya gue nggak tahu tingkah lo ke teman-teman gue. Enak banget numbuk sana, numbuk sini!" katanya dengan nada geram. Aku yang mendengarnya seketika teringat; Ina, Indah, dan Mirna.
"Lah, itu kan mereka yang mau! Kenapa jadi gue yang kena?" ujarku menolak semua itu.
"Jangan pakai ngelak!" katanya kemudian mulai menyerangku. Aku yang masih merasakan kesakitan berupaya mengelak. Pisau itu hendak menghujamku, tapi aku berhasil menghindar, dan cuma mendarat di lantai. Winka segera mencabut pisau itu. Dalam keadaan kaya begini, aku sudah tidak bisa seperti orang normal lagi untuk bisa melihat lekuk tubuh yang telanjang itu. Aku berupaya menghindar hujaman pisau itu terus-menerus sampai akhirnya aku bisa berdiri, dan aku lihat dia sedang di atas karpet, dan aku ada di ujungnya. Aku segera menarik ujung karpet tanpa ia sadari. Ia lalu terjatuh ke lantai, dan kepalanya terkena kaki meja. Ia merasakan kesakitan, dan kemudian pingsan. Sebuah benda di atas meja lantas terjatuh di atas mukanya. Rupanya itu sebuah dildo.
Aku yang tahu ia pingsan segera kabur tunggang langgang dari kamar apartemennya. Aku tak peduli kalau aku telanjang. Aku cuma peduli keselamatanku. Semenjak itu aku jadi trauma dengan cewek cantik bahkan melihat saja enggan. Aku malah lebih baik melihat cewek dengan muka jelek dan buruk. Itulah alasanku aku takut terhadap cewek cantik. Aku selalu bersembunyi di kamar atau di bawah tempat tidur kalau di rumahku kedatangan cewek cantik. Ini biasanya kerjaan orang tuaku yang selalu membawa mereka untuk diperkenalkan denganku sebab aku belum menikah juga bahkan sampai umurku hampir 40. Ah, aku tidak mau memikirkan hal itu. Diri aja udah ribet dan takut sama cewek cantik yang aku anggap kaya melihat kuntilanak atau sundel bolong, ini malah disuruh nikah. Ogah!
Aku harap kalian mau memahami soal ketakutanku ini. Ini tidak main-main. Aku benar-benar trauma. Orang tuaku juga tidak memahaminya. Berulang kali psikolog didatangkan ke rumah, dan selalu saja psikolog cantik. Kata ibuku, siapa tahu berjodoh. Aku tetap tidak mau! Dan, keringat dingin akan selalu ada di tubuhku jika di hadapanku ada seorang cewek cantik. Ah, tidak!
***
"Permisi," sebuah suara datang menuju ke sebuah pipa besar di taman. Suara itu datang dari seorang wanita ninja yang kini tengah berjongkok di depan pipa tersebut. Ia tahu Adam ada di dalamnya.
"Kamu Adam, bukan?" tanya si wanita ninja masih dengan nada pelan dan halus.
"Siapa kamu?" tanya Adam curiga, "Kamu pasti psikolog yang dikirim sama bapak dan ibu saya. Bilangin ya, saya nggak mau ketemu. Kamu cantik. Aku takut!"
"Aku bukan psikolog kok," kata si wanita ninja, "Aku juga nggak cantik. Aku jelek,"
"Lalu mau apa kamu ke sini?" tanya Adam masih dengan penuh curiga dan ketakutan.
"Aku mau kenalan dan main sama kamu. Boleh, kan?" kata si wanita ninja membujuk.
"Beneran kamu bukan psikolog? Kamu jelek?"
"Iya, benar kok,"
Adam yang ketakutan itu perlahan mulai keluar dari pipa besar. Ia merangkak lalu berdiri, dan kini tampak di depannya seorang wanita dengan tampilan seperti ninja. Adam merasakan sebuah gejolak kala melihatnya. Ia suka dengan wanita ini. Mereka lalu berkenalan, dan mulai berbincang.
"Kamu katanya takut ya sama cewek cantik? Kenapa?" Adam mulai menceritakan, dan si wanita ninja mendengarkan dengan penuh simpati.
"Nah, kamu sekarang pulang ya," kata si wanita ninja setelah mendengarkan semua cerita. Ia lalu melihat dari kejauhan 3 orang yang hendak ke taman, "Itu bapak dan ibumu mau menjemput juga seorang gadis sepertinya,"
"Itu psikolog, "kata Adam langsung merespons, "Dia cantik. Aku nggak mau ketemu,"
"Kamu tenang aja," kata si wanita ninja, "Sekarang lihat aku ya!"
Adam lalu menatap si wanita ninja,
"Anggap aja si psikolog itu wajahnya sama kaya aku. Jelek, jelek banget!"
Adam menuruti si wanita ninja yang tampak memesona dirinya.
"Oke, aku duluan ya" Si wanita ninja bergegas dari pandangan Adam kemudian menaiki motor RX King, dan melaju.
***
Senja mulai mendekati malam. Burung-burung beterbangan kembali ke sarang sembari bersahut-sahutan. Bersamaan dengan itu, sebuah RX King masuk ke halaman sebuah rumah besar berpagar besi tinggi lalu diparkir di depan garasi. Yang mengendarai segera turun lalu membuka helm. Ia lantas menuju ke beranda rumah. Di situ ada seorang laki-laki tua tampak sedang melihat smartphone. Ia kemudian mencium tangan si lelaki itu.
"Sudah pulang kamu, Eva?" kata si lelaki tua itu, "Bagaimana dengan anak yang bernama Adam itu?"
"Anaknya baik, ganteng tapi ya benar memang trauma sama cewek cantik, Ayah," kata Eva seperti memberikan laporan kepada lelaki tua yang ia sebut ayah, "Aku ragu kalau dia beneran mau sama aku sementara aku kaya begini,"
Si Ayah hanya tersenyum,
"Nah, di situlah tantangannya, Nak! Ini kan masih awal. Kamu harus sering intens sama dia,"
"Iya, Yah!"
"Sudah sana segera mandi. Istirahat,"
Eva segera masuk ke dalam rumahnya kemudian menuju ke kamarnya. Di sana ia segera melepas pakaian ninjanya. Kini ia dalam keadaan tak berbusana. Ia pandang dirinya pada cermin di kamarnya. Wajah yang tampak ayu dengan muka yang oval, mata coklat, hidung mancung, dan bibir sedikit tebal bahkan sensual. Ia pandangi tubuhnya yang sintal lalu payudaranya yang proposional dengan puting susu coklat kemerahan. Ia seperti merasakan ada cahaya pada kulitnya yang terang. Ia lalu bertanya pada dirinya: Apakah mau Adam dengan dirinya yang mempunyai tubuh seperti dewi Sri? Ia khawatir Adam pasti tidak mau karena menyadari bahwa ia juga cantik, dan Adam tampak ketakutan dengan cewek cantik. Memang tidak normal karena ia tahu tubuh ini sudah pasti jadi santapan para hidung belang jika diumbar-umbar. Tapi, lagi-lagi, bagi Adam malah kebalikannya.
Dalam ketelanjangan itu, ia merasa dirinya seperti dirasuki sesuatu. Ia merasa sange. Wajah Adam benar-benar membuatnya tergila-gila. Rasanya ia ingin memainkan alat kelaminnya agar keluar cairan itu. Tanpa pikir panjang, Eva segera masuk ke kamar mandi, dan melampiaskan hasrat seksualnya. Ia kini memikirkan Adam, dan Adam juga pasti memikirkan dia.
***
"Bu, aku mau ketemu wanita ninja itu," ujar Adam kepada ibunya saat mereka berdua di kamar Adam, "Aku suka dia, Bu!"
Ibunya hanya menggeleng heran.
"Kenapa kamu suka dia?" Ibunya kini bertanya menyelidik.
"Karena dia jelek, Bu! Aku suka cewek yang jelek!"
Si ibu sekali lagi hanya menggeleng heran.
"Bagaimana kalau ternyata wanita ninja itu cantik seperti yang sering ibu ajak ke sini termasuk si Karina, psikolog? Apa kamu masih mau?"
Adam hanya terdiam. Bingung.
0 komentar:
Posting Komentar